"Tidak ada harapan jika tidak ada yang memberikan harapan. Namun, ternyata memang aku saja yang terlalu berharap, sedangkan dirinya tidak mengharapkanku."
- Asmara Sekar Alstroemeria -
***
Ruang depan di sebuah penginapan yang ditempati Asmara dan Volas Gang sudah dipenuhi dengan manusia-manusia kelaparan. Ya, manusia-manusia itu adalah anggota Volas sendiri, yang mana sudah duduk melingkar di lantai dengan makanan tersaji di tengah-tengah.
Pagi ini, mereka akan bersiap untuk kembali ke Bandung sesuai permintaan Asmara, walau sebenarnya Volas masih ada agenda menuju Cirebon. Namun, Asmara tidak selera karena sampai detik ini pun tuannya tidak menyusul. Ia terus mengkhawatirkan pemuda itu yang tidak ada kabar hingga sekarang. Jadilah Asmara meminta untuk pulang saja ke Bandung, mencari tahu keberadaan dan keadaan Pupus.
Galang dan Volas Gang tidak masalah. Tujuan awal mereka hanya menuruti permintaan Pupus yang mana agenda ini dibuat khusus untuk menyambut kedatangan Asmara. Namun, karena si pemilik ide tidak ada di sini, maka mereka menuruti kemauan Asmara selaku tokoh utamanya.
"Aing hayang nu eta, tah! Eh, tapi naha harideng kieu? Maneh masakna tutung nya, Lang?" (Aku mau yang itu, tuh! Eh, tapi kok hitam-hitam begini? Kamu masaknya gosong, ya, Lang?) seru salah satu anggota Volas yang rambut atasnya berwarna hijau neon dan sisanya coklat kepada Galang.
Galang menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan menunjukkan cengiran khasnya. "Saetik hungkul, anjir." (Sedikit doang, anjir).
Asmara menyodorkan piring berisi buah yang baru saja ia potong-potong. "Ini untuk cuci mulut nanti. Jangan dibuat mainan, ya!"
"Siap, Teteh cantik!" kompak anggota Volas.
Sarapan kali ini sedikit berbeda. Asmara yang biasanya hanya membeli bubur atau sekadar minum wedang bandrek bersama Pupus untuk mengisi perut, kini sarapan besar bersama anak-anak Volas yang sangat terlihat bahagia. Solidaritas yang hanya bisa Asmara nikmati ketika ia berada di tengah-tengah anak-anak hebat ini.
Jika ingin tahu, Evolusi Laskar bukan geng motor yang perlu ditakuti karena Volas didirikan oleh generasi pertama sekadar untuk menambah keeratan silaturahmi antaranggota yang ingin masuk. Tidak ada unsur paksaan untuk masuk dalam geng motor ini. Biasanya, kegiatan Volas tidak jauh dari sosialisasi, kerja bakti, dan mengisi waktu libur dengan agenda touring atau sekadar sunmori.
Sekalipun Volas memiliki musuh seperti L-Fire yang selalu iri dengan pencapaian Volas, geng motor ini tidak mau ambil pusing. Setiap ketua yang dipilih selalu memiliki jalan keluar dengan pikiran tenang. Tidak pernah mau ribut, walau masing-masing dari mereka memiliki ilmu bela diri.
Terpancing emosi mungkin bukan hal asing lagi, tetapi sebisa mungkin mereka mengontrolnya. Satu syarat supaya tidak keluar dari geng ini, yaitu tidak ada tawuran antarpelajar, balapan liar demi taruhan yang mampu membahayakan diri, dan menunjukkan kehebatan dengan mencari keributan. Sekali lagi, moto Volas adalah menjaga tali persaudaraan, bukan menciptakan pertumpahan darah.
"Teh Mara?" panggil laki-laki dengan slayer hitam mengikat keningnya.
"Iya?"
"Jadi pulang sekarang?"
Asmara melirik ke arah para anggota satu per satu yang kompak menunjukkan wajah datarnya. "Jadi. Memangnya ada apa? Kalian masih mau di sini?"
Si lelaki menggeleng. "Bukan." Kemudian terlihat salah tingkah sendiri, membuat Asmara ikut bingung dengan mengerutkan keningnya. "Duh, malu mau ngomongnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Pupus Asmara, 2023
Romance"Mari mendalami kisah dalam air beriak." "Mari." Mengisahkan tentang mereka yang memiliki perasaan yang sama, tetapi tidak berani saling mengungkapkan rasa. Juga, mengisahkan tentang mereka yang sama-sama mengabadikan cinta dalam suatu karya. Pupus...