°°°
°°°
Mata pelajaran olahraga tengah berlangsung. Setelah semua murid kelas Xll MIPA 1 berganti pakaian, merekapun segera berkumpul ke lapangan sekolah untuk melakukan olahraga. Dan sedari tadipun Tari tak berhenti meminta maaf kepada Sheila karena saat kejadian kemarin ia tak datang menolong Sheila.
"Aaa cayangku gue bener-bener minta maaf. Sumpah gue kemarin kebelet boker jadinya gue ke toilet. Makanan gue aja belum kemakan samsek. Gue nggak tau kalo lo ribut sama murid baru itu suer. Maafin gue ya?" Jelas Tari panjang dan lebar kali tinggi.
Sheila hanya mengangguk angguk dengan cepat merasa sedikit geli dengan penuturan Tari. "Astaga Tar, nggak papa kok. Gue juga fine-fine aja kan? Udahlah lupain aja. Lagian masalahnya udah kelar kok. Padahal masalahnya baru dimulai kan, Van?" Lanjut Sheila dalam hati sembari melirik Vano yang tengah berkumpul bersama teman-temannya.
"Tapi gue tetep aja nggak enak sama lo, Shei." Sumpah Tari merasa tak enak hati karena saat itu tak ada di samping Sheila. Ia mendengar gosip jika perdebatan kemarin pun membuat Nathan dan Sheila bertengkar. Digosip itu juga katanya Sheila yang salah namun ia tak percaya. Tari lebih mempercayai Sheila yang sudah ia anggap sahabatnya sendiri.
Sheila hanya menghela nafas lirih. "Udah nggak usah dipikirin. Mending kita ngumpul bareng yang lain yuk." Setelahnya Sheila menarik tangan Tari untuk menuju ke para murid lainnya.
"Baik anak-anak, hari ini saya akan mengadakan lomba. Saya akan membagi kalian menjadi berpasangan. Setiap pasang adalah laki-laki dan perempuan karena jika tidak nanti tidak akan imbang. Jadi, dengarkan baik-baik! Saya tidak akan mengulang ucapan saya lagi!"
Lalu guru olahraga yang bernama Pak Jack itupun mulai membagi setiap pasangannya. Siswi yang mendapat pasangan dengan Biru berpekik senang. Lain halnya dengan lelaki itu. Wajahnya terlihat muram dan enggan untuk didekati. Sama halnya dengan siswi yang berpasangan dengan Nathan dan Bagas. Wajah mereka sangat gembira. Namun di sisi lain terdapat Tari yang mendengus sebal. Ia berpasangan dengan Adit si cowok paling menyebalkan menurutnya. Namun justru disini Adit yang terlihat sangat senang dengan muka playboynya. Sheila yang melihat tari berwajah masam tertawa mengejek.
"Sheila berpasangan dengan Vano," tepat setelah Pak Jack mengatakan itu Sheila merasa tak asing dengan nama itu.
Tunggu-tunggu...
WHAT? VANO??
Entah dunia sedang tak berpihak kepadanya atau ini memang karma karena sudah mengejek Tari, ia malah dipasangankan dengan lelaki yang sangat menjengkelkan bagi Sheila. Wajahnya yang selalu menampilkan raut tengil sangat membuatnya naik pitam. Ditambah ucapan Vano yang selalu terdengar pedas itu membuat telinganya panas. Namun bagaimanapun Vano adalah partner kerja samanya. Ia harus tahan dengan semua sikap lelaki itu dan ini merupakan satu latihan untuk menghadapinya.
"Haha kita satu tim nih. Oh iya gue lupa kalo kita kan emang udah satu tim dari kemarin, iya kan, Milia?" Ucapnya tepat di telinga Sheila. Ya memang Vano memanggilnya dengan nama belakang padahal sudah ia larang namun lelaki itu sangat keras kepala. Sheila hanya bisa mengalah dan memilih diam.
Gadis itu memejamkan matanya sejenak. "Lo nggak usah cari gara-gara ya. Lo lupa kalo kita nggak boleh kelihatan mencurigakan?" Bisiknya dengan penekanan.
Vano lalu ber oh ria seolah baru ingat. "Oh iya gue lupa, thanks udah ngingetin girl." Lalu setelahnya netra Vano bergulir mencari seseorang. Ia merasa sedang di perhatikan. Vano memejamkan matanya merasa sial kala sepasang mata menatap ia dengan tajam seolah memberi peringatan 'mati lo!' untuknya.
"Mampus gue! Si bulol udah mode jealous," Batin Vano.
Vano menghela napas lega kala Pak Jack kini kembali bersuara. Fyuhh... ia terselamatkan dari tatapan maut itu. "Sudah dapat pasangan semua?"
"Sudah Pak," jawab mereka semua.
"Oke jika sudah saya akan jelaskan permainan ini. Jadi, setiap pasangan akan saya ikat salah satu kakinya begitupun dengan salah satu tangannya. Lalu kalian harus mengambil bendera yang ada di sudut lapangan bersama pasangan kalian. Disini keseimbangan dan kekompakan sangat dibutuhkan. Dan satu tim yang berhasil mengambil dan sampai duluan dinyatakan menang. Ingat jangan sampai jatuh! Jika kalian jatuh, kalian akan didiskualifikasi. Dan yang menang bapak akan beri hadiah makan di kantin sepuasnya. Mengerti?"
"MENGERTI!" Ucap mereka semua serempak.
Setelah semua persiapan selesai, mereka semua berjejer menunggu aba-aba dimulai. "SEMUANYA SIAP? MULAI!"
Prittt
Bertepatan dengan peluit dibunyikan semuanya bergegas untuk menuju ke tempat bendera diletakkan. Jika kalian pikir mudah, itu salah besar. Untuk mencapai bendera itu, mereka harus menempuh jarak beratus-ratus meter. Ditambah dengan kaki dan tangan yang terikat membuatnya semakin sulit dan membutuhkan keseimbangan serta kekompakan.
Biru, Bagas dan Nathan terlihat tak berminat sehingga memilih untuk santai-santai saja dengan pasangan mereka yang menggerutu kesal. Sedangkan Vano dan Sheila pun tak begitu berniat untuk menang namun mereka tetap mengikuti permainan ini. Walau dalam hati Vano sudah merapalkan doa kala punggungnya merasakan tusukan tak kasat mata dari seseorang yang menatap tajam dirinya.
Lain halnya dengan Adit dan Tari. Mereka sangat bersemangat mengingat hadiahnya adalah makan sepuasnya di kantin. Mereka yang memang penyuka gratisan pun berambisi untuk menang dan kini mereka pun berada di garis terdepan mendahului lainnya. Dan benar saja, Adit dan Tari berhasil mengambil bendera itu duluan sebelum yang lainnya. Merekapun dinyatakan memenangkan perlombaan ini.
"YUHUU ASEKKK KITA MENANG!!" Sorak Adit dan Tari berputar putar sambil bergandengan.
"Ck, seneng banget tu bocah," decak Bagas.
"WOII!! Kalo mau gila jangan di sini kali." Teriak Vano membuat keduanya tersadar.
Tari yang melihat tangannya sedang bergandengan langsung menepisnya. "Anjirr! Jangan pegang-pegang lo. Pergi sana hus hus!"
"Heh cabe merah! lo pikir gue anjing?" Balas Adit tak terima.
Tari melengos. "Tuh lo ngaku sendiri. Gue kan nggak bilang lo anjing." Setelah itu, Tari melengos pergi untuk mengambil air minum. Sedangkan Adit yang masih emosi pun mengomel tak jelas. Teman-temannya yang melihat itu menertawakannya tanpa beban.
Sama halnya dengan Sheila, ia hanya tertawa melihat ke absurdan Adit. Dari jauh Nathan yang melihat Sheila tertawa bahagia mulai merasa ada yang aneh pada dirinya. Ia merasakan perasaan aneh. Seperti ada yang hilang di hidupnya. Dan juga, ia merasa hari-harinya terasa sangat kosong.
Sejak kemarin perasaannya tak tenang. Nathan pun tersadar jika perlakuannya kepada Sheila sudah keterlaluan. Ia tak seharusnya membentak gadis itu, apalagi saat keadaan ramai. Ia harus meminta maaf. Ya! Walaupun ia sadar perbuatannya tak akan mudah di maafkan.
°°°
Biru: jangan deket² cewek gue!
Vano: posesip amat, pacar juga bukan😏
Biru: mau berantem bro?
Vano: oke fine kalo itu mau lo, gue mau lari dulu🏃
Biru: 😑
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Sheila
Novela JuvenilSheila Athena Kamilia, seorang gadis yang mempunyai penyakit mental karena sebuah peristiwa kelam sewaktu ia kecil. Hidup Sheila kini tak pernah bahagia semenjak kematian kedua orang tuanya yang meninggal karena tragedi pembunuhan. Bermodalkan teka...