20. Rencana

42 20 0
                                    

°°°

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Di tengah-tengah Sheila yang masih belum bisa mencerna semuanya, Vano menahan mati-matian untuk tidak tertawa. Bagaimana tidak, ekspresi gadis itu saja membuatnya ngakak. Dengan mulut yang sedikit terbuka dan wajah cengonya membuat Sheila seperti orang bodoh.

"Udahlah mending sekarang lo ikut gue. Ayok, nanti gue jelasin semuanya." Vano menarik tangan Sheila agar ikut dengan dirinya. Sheila yang masih terdiam kaku hanya menurut.

Akhirnya mereka pergi dari taman itu menggunakan mobil milik Vano. Beberapa puluh menit kemudian, mereka sampai di sebuah apartement milik lelaki itu. Merekapun turun dan mulai masuk kedalam apartement tersebut.

Sheila yang sudah mulai mencerna apa yang terjadi sebenarnya langsung melontarkan banyak pertanyaan untuk Vano. "Lo beneran Mr. D? Tujuan lo apa? Kenapa lo harus nyamar-nyamar sih? Kenapa lo ngajak gue kerja sama? Jelasin semuanya titik nggak pake koma!" Cercanya dengan pertanyaan bertubi-tubi.

Vano yang mendengar itu merasa pening. "Sttt mending lo minum dulu, gue pusing dengernya. Kalo lo udah tenang baru gue jawab satu-satu." Lelaki itu memberikan minuman kepada Sheila.

Sheilapun tak menolak lalu meminumnya hingga tandas. "Udah kan? Sekarang jelasin cepet!" Serunya dengan mata melotot.

Vano meneguk ludahnya kasar. "Buset ni cewek ngeri juga." Batinnya.

Lelaki itu menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Hehehe gue emang bener Mr. D kok. Mr. D di ambil dari nama belakang gue, Dexa. Gue sengaja nutupin nama belakang dari semua orang karena suatu alasan. Dan nama itu cuma lo yang tau."

"Terus tujuan lo apa?"

Kini raut wajah Vano berubah serius. "Gue mau balas dendam sama dia! Itu niat awal gue. Gue sengaja buat identitas Mr. D buat mancing lo ikut kerja sama ini. Kalo gue langsung terang-terangan pake identitas asli, kemungkinan besar nggak akan berhasil. Dan see? Gue pake surat misterius dan terbukti lo akhirnya kepancing. Kita bisa kerja sama. Gue untung dan lo juga untung. Ini baru simbiosis mutualisme, right?" Jelasnya panjang dan lebar.

Sheila mulai berpikir keras. Ada untungnya juga. Toh ini Vano yang sudah lama Sheila kenal. Ini juga bisa mempermudahnya mencari informasi. Tapi tunggu? "Eitss bentar-bentar. Lo kok bisa tau semua seluk beluk masalah keluarga gue? Dan, kenapa lo gunain gue buat balas dendam ke dia? Secara gue nggak ada hubungannya apa-apa sama dia."

Vano menyunggingkan sudut bibirnya, "itu mudah bagi gue buat dapetin informasi tentang seseorang. Dan kenapa gue gunain lo? Karena dia nggak suka sama lo. Otomatis dia bakal lakuin cara apapun buat hancurin lo. Dengan dia yang ngehalalin segala cara buat hancurin lo, itu buat gue ada celah buat balas dendam. Tapi lo tenang aja, gue bakal selalu lindungin lo dari akal busuk dia. Karena, misi kita ini bakal saling berkaitan. Suatu saat nanti lo bakal tau apa maksud gue."

Mendengar penjelasan itu, rasanya kepala Sheila ingin meledak. Padahal disaat pembelajaran Sheila sangat pintar. Namun untuk hal ini mengapa ia sangat bodoh? Aneh bukan? Sudahlah ia ikuit saja rencana Vano.

Sheila bertanya lagi. "Kalo lo mau lindungin gue, kenapa tadi di sekolah lo diem aja? Kenapa nggak belain gue?"

"Bodoh! Kalo gue bantuin lo, yang lain pasti curiga. Kita nggak boleh nunjukin interaksi yang nimbulin kecurigaan kalo kita lagi ada sesuatu. Gue juga masih sayang nyawa kali. Ini aja diem-diem supaya si bulol nggak tau," Lanjutnya dalam hati.

Sheila hanya mengangguk mengerti. Cukup puas dengan jawaban Vano karena memang seluruh penghuni sekolah tau jika Sheila dan Vano hanya teman biasa. Dan pada saat kejadian itupun Sheila yang terlihat salah. Jika Vano membela, itu akan menimbulkan kecurigaan. Sejenak ia ingin menghela nafas namun dikagetkan lagi dengan suara lelaki itu yang kembali berbicara.

"Dan satu lagi, lo inget misi pertama dari gue? I said, lo harus bisa lawan dia kan? Itu juga alasan gue nggak bantu lo. Karna gue pengen liat lo sanggup nggak buat lawan dia dan ternyata lo sangat memuaskan. Gue cukup terhibur sama tingkah dia yang kayak doggy minta dikasihanin, menjijikan!" Ucapnya sangat ramah bintang satu.

Sheila sudah tak heran dengan ucapan pedas Vano yang menusuk ke hati hingga paru-paru. Uhh sungguh majas hiperbola. Namun ia tak menyangkal semua perkataannya karena yang dikatakan lelaki itu semuanya benar. Menjijikan, cuih! Ehh, ternyata dirinya sama saja seperti Vano hahaha.

"Sekarang, apa rencana lo?" Sheila mulai penasaran apa yang akan Vano lakukan nantinya.

Vano tersenyum miring. "Bagus! Itu pertanyaan yang dari tadi pengen gue denger."

"Jadi?"

Vano menepuk kedua tangannya karena mendapat ide. "Gantian, kita yang buat drama. Agree?"

"Hm.. not bad." Jawabnya.

"Oke, lets go!"

°°°


Sedangkan di lain sisi, terlihat Naya yang sedang bahagia karena telah dibela oleh lelaki pujaannya. Siapa lagi jika bukan Nathan. Naya berjingkrak-jingkrak di atas kasurnya. Namun, bunyi dering telepon membuatnya segera melihat siapa penelpon itu. Tanpa pikir panjang, Naya segera mengangkatnya.

"Halo Dad. Tumben banget telpon aku? Biasanya kan Daddy selalu sibuk sama kerjaan?" Ujar Naya setengah menyindir.

Orang di seberang menyahut. "Kamu tadi di sekolah bikin masalah apa Naya?"

Naya terlihat acuh. " Udahlah nggak usah dibahas lagi. Lagian aku cuma ngasih sedikit pelajaran sama tu anak."

Daddy Naya terlihat kesal. "Gara-gara kamu, Daddy tadi ditelpon sama kepala sekolah. Kalo mau ngasih dia pelajaran, jangan di sekolah, Naya! Malu-maluin tau nggak?!"

Di belakang, Naya menirukan ucapan Daddynya dengan mengejek. "Iya-iya Dad, habisnya dia ngeselin. Makanya Naya pengen hancurin imagenya dia di depan semua orang."

"Lain kali berpikir dulu sebelum lakuin sesuatu. Kalo kayak gini Daddy yang malu. Kamu juga kan baru pindah, masak sudah bikin keributan?"

Naya mengerucutkan bibirnya kesal. "Iya Dad. Maafin aku ya? Aku pasti lebih hati-hati lagi. Habisnya aku nggak sabar pengen liat dia menderita."

"Yasudah Daddy tutup dulu ya. Inget jangan sampe kalah dari dia. Kamu harus main cantik, Naya," ucapnya serius.

Naya menyeringai lebar. "Siap Dad. Jangan lupa transfer uang ya. Soalnya uang bulanan aku udah mulai habis."

"Nanti Daddy transfer. Kamu jangan boros-boros! Udah ya, nanti Daddy telpon lagi."

"Oke, bye Dad."

Tut

Sambungan pun dimatikan oleh Naya. Ia menyeringai lebar setelah memikirkan rencana selanjutnya untuk menghancurkan Sheila.

"Hahaha sampai kapanpun, lo nggak bakal bisa menang dari gue Sheila. Tunggu aja kehancuran lo!"

°°°

Naya bener² 😡🤬
Pillain yg menjengkelkan
Btw Sheila sama Vano kok sefrekuensi ya?
Sama² edan bwahaha (ketawa garing)😃
Janlup vote🤍

The Story Of SheilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang