°°°
°°°
Jumat pagi, seluruh murid angkatan kelas XII berkumpul di lapangan SMA BHAKTI NUSA untuk melaksanakan kegiatan camping selama tiga hari dua malam. Terdapat sekitar lima bus yang terparkir di depan gerbang sekolah.
"Ayo anak-anak! Diharap segera menaiki bus karena sebentar lagi kita akan berangkat. Dimohon untuk tertib agar selamat sampai tujuan!" Suara Bapak Kepala Sekolah mengintrupsi semuanya agar terkendali.
Sheila beserta teman sekelasnya yang lain hendak menaiki bus sesuai arahan Kepala Sekolah. Namun tangannya dicegat oleh tangan lain.
"Shei gue mau jelasin soal kem--" Belum sempat menyelesaikan, suara Sheila memotong ucapannya.
Tangan Sheila bergerak menyuruh Nathan diam. "Udah stop! Gue nggak papa. Tolong jangan bahas ini dulu!" Tolaknya melepaskan tangan dari Nathan.
"Tolong jangan jauhin gue, Shei. Gue minta maaf." Tangan Nathan bergerak memohon maaf dengan wajah memelas.
Sheila memejamkan mata sejenak sembari menghirup napas dalam. "Oke, gue maafin lo! Tapi, lain kali jangan bohong lagi. Gue nggak suka!"
Nathan tersenyum senang. "Siap!! Hamba tidak akan berbohong lagi kanjeng ratu." Lelaki itu berpose hormat di depan Sheila.
Sheila tertawa kecil. "Udah ah, nanti ketinggalan bus kalo kita ngobrol terus." Gadis itu lalu pergi memasuki bus disusul Nathan yang berada di belakangnya.
Suasana dalam bus tampak ricuh. Mereka menyanyikan lagu berjudul Disenchanted yang pastinya karena ajakan dari Adit yang mengajak untuk galau. Banyak yang menyalakan lampu senter hpnya sebagai flash untuk menambah kesan dari lirik lagunya.
Sheila sendiri hanya menikmati perjalanan sambil sesekali bernyanyi lirih. Banyak hal yang ada di pikirannya mulai dari orang tuanya yang semulanya tidak mengijinkan untuk mengikuti camping jadinya mengijinkan karena itu wajib. Pastinya sepulang dari camping ia akan di hajar habis-habisan.
Huft ayolah, ia hanya ingin menikmati hidup beberapa hari yang tenang. Tapi apakah mungkin? Orang yang sudah meninggal pun didoakan agar tenang. Apakah ia harus mati dulu agar bisa tenang? Sheila menggelengkan kepala untuk menghapus pemikiran anehnya.
Tak terasa satu jam telah berlalu. Bus yang mereka tumpangi berhenti tanda sudah sampai. Mereka semua lalu mulai turun dengan tertib. Sheila memandangi lapangan luas yang menjadi tempat berkemahnya. Udaranya tampak segar, lingkungannya asri. Berbeda dengan kota Jakarta yang banyak debu dan polusi.
"Semuanya kita bagi tugas, anak laki-laki mendirikan tenda dan anak perempuan mencari kayu bakar. Ayo cepat!" Titah Kepala Sekolah yang di angguki semuanya.
Kini mereka semua mengerjakan tugasnya masing-masing. Para lelaki lalu mulai membangun tenda tak terkecuali Nathan and the geng. Bagas dan Nathan mendirikan tendanya sedangkan Biru, Vano dan Adit eh tidak lebih tepatnya Biru dan Vano saja yang mendirikan karena Adit hanya beban dan membuat rusuh.
"Bangke lo Dit gak guna banget jadi orang! Bukannya bantuin malah ngerusak tenda orang," Vano terlihat mengumpat kepada Adit yang merusuh dan berakhir merobohkan tenda mereka yang sudah susah-susah ia buat.
Biru terlihat menatap Adit nyalang. "Lo tidur di luar!" Ancaman atau lebih tepatnya perintah membuat Adit melotot kaget.
"B-bos jangan gitu lah, gue cuma bercanda. Nih gue benerin kok." Tangan gemetar Adit berusaha membenarkan tenda yang roboh namun tidak bisa.
Vano berdecak sebal. "Udah sana lo tidur di tenda anak cewek aja! Biar jadi banci sekalian!" Usirnya pada Adit.
Adit terlihat lesu lalu memilih untuk pergi dan mencari kayu bakar daripada dianggap tidak berguna oleh temannya. Saat hendak mencari kayu bakar, netranya menyipit melihat dua orang yang tengah mengobrol. Adit hendak menghampirinya namun sesuatu terjadi.
Disisi lain Sheila yang tengah mencari kayu bakar bertemu dengan Naya yang juga sama dengannya. Gadis itu memilih diam karena teringat kejadian kemarin. Naya terlihat mendekatinya lalu tersenyum kecil.
"Eh hai, kita ketemu lagi ya," Sapa Naya dengan ceria.
Sheila tersenyum tipis. "Iya hehe," Jawab gadis itu seadanya.
Naya terlihat ingin mengucapkan sesuatu. "Emm sorry ya soal kemarin, gue gak bermaksud buat ngerebut Nathan kok. Cuma, gue belum tau daerah Jakarta jadinya minta Nathan buat nemenin," Raut penyesalan terpartri di wajah cantiknya.
Sheila mengangguk paham. "It's oke, gue nggak papa juga. Lagian, kita dia cuma sahabat gue,"
Raut wajah Naya terlihat terkejut, ekor matanya melirik ke arah belakang sesaat. "Oh ya? Gue kira kalian pacaran loh." Tangan gadis itu hendak mengambil ranting kayu. Namun, kakinya terpeleset yang membuatnya terjatuh. Kayu bakar yang dibawa menimpa tubuhnya yang membuat Naya meringis kesakitan.
Akhh
Sheila terlihat kaget melihatnya. Ia hendak menolong namun seorang lelaki datang yang membuat ia menunda niatnya.
°°°
Maapkeun part ini agak pendek🙏
Hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
The Story Of Sheila
Roman pour AdolescentsSheila Athena Kamilia, seorang gadis yang mempunyai penyakit mental karena sebuah peristiwa kelam sewaktu ia kecil. Hidup Sheila kini tak pernah bahagia semenjak kematian kedua orang tuanya yang meninggal karena tragedi pembunuhan. Bermodalkan teka...