18. Jiwa Yang Lelah

39 23 1
                                    

°°°

°°°

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

°°°

Sheila mendekatkan wajahnya ke telinga Naya lalu berbisik. "Pengecut! Setelah bikin bakso gue tumpah, lo malah main pergi gitu aja. Sopan santun lo mana?" Bisikan itu entah kenapa terasa sangat mengejek ditelinga Naya.

Sheila berdecih sinis. "Kalo salah minta maaf! Nggak pernah diajarin etika ya? Oh atau jangan-jangan, emang gak punya?" Ucapnya lagi disusul kekehan lirih.

Naya mengepalkan kedua tangannya erat lalu tangan kanannya mulai terangkat ke atas sedangkan Sheila hanya tenang saja melihat itu.

"Cara lo murahan ya. Udah ketebak banget dari anceman lo di toilet waktu itu." Ucap Sheila dengan santai sambil mengamati reaksi Naya yang semakin naik pitam.

Plakk

Tamparan yang nyaring membuat seluruh kantin nyaris tak mengeluarkan suara apapun lagi. Semuanya terpusat pada dua gadis yang tengah bertengkar. Mereka semua mengenalnya dan yang membuat kaget adalah murid baru itu menampar Sheila, sahabat dari Nathan.

Kepala Sheila tertoleh ke arah kanan. Tamparan itu membuat sudut bibirnya sedikit sobek. Namun bagi Sheila, ini bukan apa-apa. Ini tidak sesakit punggungnya saat dicambuk gesper oleh Arsen berkali kali. Ini hanya luka kecil. Luka yang tak seberapa daripada hatinya yang ditikam ratusan kali oleh takdir.

Naya mencengkram kerah seragam Sheila. "Lo! Berani banget sama gue! Inget, gue bisa bikin lo hancur berkali kali lipat. Dan apa lo bilang tadi? Gue nggak punya etika? Sorry ya, gue hidup dengan penuh kasih sayang. Gue selalu dituntun menjadi anak yang sempurna sama orang tua gue. Dan lo, lo cuma anak yatim piatu yang ditinggal mati! Hahaha." Ucapnya tepat ditelinga Sheila namun tawanya mengudara keras.

Cukup! Sheila merasa ini sudah keterlaluan. Amarahnya di ujung tanduk. Ia lalu melepaskan cengkraman di kerahnya lalu mendorong Naya.

Plak

Ia menampar Naya sampai-sampai Naya tersungkur jatuh ke tanah. Namun tamparan itu tak meninggal luka sedikitpun. "Lo nggak usah bawa-bawa orang tua gue ya! Ini nggak ada urusannya sama keluarga, sialan! Lo kalo mau hina gue silahkan, tapi jangan sekalipun usik masalah keluarga gue! Mau gue yatim piatu ataupun nggak, itu bukan urusan lo!" Marah gadis itu.

Di tengah-tengah perdebatan panas itu Bagas datang selaku OSIS karena mendapat laporan salah satu siswi jika di kantin ada keributan. Ia lebih kaget lagi saat siswi itu mengatakan jika Sheila lah yang bertengkar. Akhirnya ia datang dengan teman-temannya yang juga ingin melihat keadaan Sheila. Alangkah terkejutnya mereka jika ia melihat Naya yang terduduk lemas dengan Sheila yang terlihat sangat marah.

The Story Of SheilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang