3 : Good Boy

190 21 2
                                    

.

.

.

Burung-burung yang berjejer rapi di pohon mengeluarkan suara merdunya sesuka hati. Cahaya yang masuk melewati jendela kaca dari balik tirai tipis dirumah sakit membuat sang pangeran bermata bulan terbangun. Setelah semalaman membuat semua orang khawatir kini dirinya sudah dipindahkan di ruang rawat yang sangat luas. Dirinya sengaja dipindahkan ke kamar rawat tersebut supaya lebih nyaman dan orang-orang yang menjaganya bisa ikut beristirahat tanpa harus meninggalkan pangeran kecil keluarga Kim.

Semalam dirinya sudah berhasil membuat semua orang khawatir, bahkan Seokjin sang papa harus meninggalkan rapat penting. Kakek Min juga menyempatkan datang untuk menjenguk sang cucu walaupun akhirnya harus kembali pulang saat pagi buta karena ada urusan yang tidak bisa ditinggalkan.




~ DON'T WORRY ~




Perlahan mata indah yang sedari tadi ditunggu bangunnya akhirnya terbuka, rasa sakit yang samar membuat wajahnya masih terlihat pucat. Pipinya juga masih tetap mengembang karena papa dan mamanya selalu memberikan susu pisang kesukaannya. Sang kakak yang paling setia menungguinya masih selalu siaga dan sesekali memastikan kalau adiknya masih bersamanya.

Mungkin sang kakak terlalu khawatir karena dirinya sempat tidak merasakan nafas sang adik. Sang kakak masih sangat syok dengan apa yang dialaminya tadi malam. Adiknya benar-benar membuatnya takut, bahkan saat tidurpun sang kakak bermimpi buruk dan berakhir menangis karena saat terbangun dirinya sudah berada ditempat yang tidak biasa untuknya.

"Eunghhhh..." Mata Jimin mengerjap pelan. Berusaha menghalau silau karena lampu dan cahaya sang Mentari yang masuk dalam kamar rawatnya.

"A-ku dimana? Ma-ma..ma" Ucapnya serak yang belum sepenuhnya sadar. Jimin berusaha memanggil sang mama tapi tiba-tiba suara sang kakak yang dirinya dengar.

"Apa ini terlihat seperti kamarmu Jim? Kau sedang berada di rumah sakit." Ucap Jungkook ketus yang saat ini berada disamping Jimin, mungkin dia lelah karena sejak semalam menunggu adiknya siuman. Responnya berbanding terbalik dengan apa yang sekarang dirinya rasakan. Rasa kesalnya lebih ditunjukkan dari rasa khawatirnya.

"Dan ya, semalam kamu sudah berhasil membuat kakak khawatir" Tambah Jungkook.

"Sudah sayang, adikmu baru saja bangun. Jangan bicara seperti itu padanya eoh!" Ucap Nara lembut yang menghampiri putranya kemudian mengusap surai hitam milik Jungkook pelan yang mana sudah berada didekat Jimin.

Jimin sang adik masih belum merespon ucapan sang kakak, Jimin masih berusaha mengingat apa yang terjadi. Kondisinya masih sangat lemah dan entah kenapa dadanya terasa sakit dan tidak nyaman.

"Jiminie apa yang kamu rasakan sekarang nak?" Setelah menenangkan putra sulungnya, Nara mendekat pada Jimin dan menanyakan keadaan putra bungsunya. Nara merasa Jimin terlihat kurang nyaman dan wajah Jimin juga terlihat pucat.

"Sssttt... Di-sini masih te-rasa sakit ma?" Jimin menyentuh dadanya dan sedikit mengernyit.

"Dimana yang sakit?" Bukan Nara yang bertanya, tapi Jungkook yang tiba-tiba merangsek maju karena melihat Jimin kesakitan. Jungkook langsung mengusap lembut dimana tangan sang adik berada.

"..." Jungkook mengelus dada Jimin dan sedikit mengingat kejadian semalam.

"Jiminie jangan sakit lagi nee, kakak sudah mengelusnya sebentar lagi pasti sakitnya akan hilang." Jungkook mengulas senyum pada Jimin.

Don't WorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang