7 : Ketegasan

146 20 3
                                    

.

.

.

Suasana pagi ini begitu sepi dan dingin tidak seperti pagi biasanya. Angin sepoi yang tertiup membuat merinding kedinginan. Bulir-bulir embun yang jatuh dari langitpun beku diatas daun-daun yang mengunig kering yang berjatuhan diatas tanah.

Keluarga Kim kini sudah bernapas lega saat melihat Jimin yang berhasil bangun dari koma nya. Sang mama dan papa yang tidak pernah absent untuk terus menjaga Jimin serta mengirimkan do'a kepada tuhan supaya putra kecilnya tidak diambil dari mereka.

Namun ada yang berubah dari sikap Jungkook. Jungkook sang kakak saat ini menjadi sosok yang pendiam, bahkan setelah Jimin sadar dari komanya Jimin tak sekalipun melihat Jungkook datang untuk sekedar menanyakan kabar. Jimin sempat bertanya kepada sang papa, namun jawabannya tetap sama kalau Jungkook sedang sibuk mempersiapkan ujian untuk kelulusannya yang tinggal beberapa bulan lagi.

"Pa..."Lirih Jimin memanggil sang papa. Tubuh Jimin masih sangat lemah, sehingga dirinya masih belum boleh melepas masker oksigen yang terpasang.

"Ah Jiminie, ada apa sayang? Apa ada yang sakit?" Seokjin yang dipanggil sang putra mendekat dan sedikit mencondongkan tubuhnya supaya bisa mendengar lebih jelas.

"..." Jimin mengerjapkan mata pelan dan berusaha mengatur napas.

"Ada apa sayang? Apa perlu papa panggilkan paman Yoongi untuk memeriksamu hmm..?" Seokjin yang melihat sang putra kesulitan bicara mencoba mencari tau apa yang sebenarnya ingin disampaikan oleh Jimin.

"Kakhh Jung-kook man-na pahh.." Tanya Jimin sekuat tenaga.

"..." Seokjin menghela napas pelan karena Jimin sudah berkali-kali menanyakan sang kakak.

"Kakakmu sedang sibuk sayang. Kak Jungkook akan menghadapi ujian kelulusan, papa tau kamu pasti rindu dengan kakakmu tunggu saja ya mungkin besok kak Jungkook bisa mampir untuk melihat adik kecilnya yang manis ini." Jawab Seokjin yang entah benar atau tidak, Seokjin juga berusaha menghibur Jimin supaya anak bungsunya itu tidak sedih karena merindukan sang kakak.

Walaupun Seokjin sudah memberikan penjelasan kepada Jimin, sepertinya masih belum cukup sampai Jungkook berada dihadapan Jimin. Mata indah Jimin berkaca-kaca, entah apa yang anak itu pikirkan sekarang.

"Kamu kenapa sayang? Kenapa menangis? Bilang sama papa nak, apa ada yang sakit?" Seokjin yang kurang peka dengan situasi Jimin berubah khawatir karena melihat mata Jimin yang berkaca-kaca seperti akan menangis.

"..." Jimin menggeleng dan menarik pelan tangan sang papa yang masih bisa dijangkau oleh Jimin.

"Jimin tidak apa-apa pa.." Jawab Jimin yang sudah mulai bernapas dengan normal. Walaupun sebelum berbicara Jimin harus meraup oksigen yang cukup untuk bisa lancar berbicara.

"Lepas.." Tangan Jimin yang sebelumnya menggenggam tangan Seokjin kini berpindah mencoba untuk melepas masker oksigen yang membuatnya kesulitan untuk berbicara dengan sang papa.

"Hei sayang, jangan dilepas ya... Nanti kamu sesak." Seokjin berusaha menghentikan tangan Jimin yang akan melepas masker oksigen.

"Jimin sudah tidak sesak pa.. Jimin mau ini dilepas" Ucap Jimin yang ingin melepaskan masker oksigen juga membujuk sang papa untuk mengabulkan permintaannya.

"Tunggu sebentar, papa akan panggilkan paman Yoongi dulu. Papa takut kalau dilepas kamu akan kembali sesak sayang. Kamu bisa kan menurut dengan papa." Seokjin membujuk Jimin dan memintanya untuk menunggu Yoongi mengecek kondisi Jimin sebelum akhirnya melepas masker oksigen yang sedari tadi berusaha ditarik oleh Jimin.

Don't WorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang