5 : Basket

149 23 4
                                    

.

.

.

Pagi ini terasa hening, Anggota keluarga Kim sudah berkumpul untuk sarapan dan melakukan aktivitasnya masing-masing. Suasana dimeja makan terasa begitu tenang tapi yang menarik perhatian Seokjin adalah sikap Jimin yang terlihat lebih diam dari biasanya. Wajah Jimin juga sedikit pucat, Seokjin merasa aneh dengan sikap kedua putranya yang terlihat seperti sedang menyembunyikan sesuatu, ntah ini hanya perasaan Seokjin atau nalurinya sebagai seorang ayah tapi itu yang dirasakan Seokjin saat ini. Yang Seokjin ingat terakhir kali Jimin meminta izin padanya untuk mengajak Jungkook menemani Jimin di acara belajar kelompok dirumah Taehyung, tapi setelah itu Seokjin tidak tau apa yang dilakukan kedua putranya.

Walaupun saat itu Seokjin sempat merasa aneh karena dihari yang sama dirinya meminta Jungkook untuk datang ke perusahaan bertemu dengan koleganya. Namun itu bukan masalah karena Jimin yang meminta dan jika itu ditolaknya maka Seokjin akan berurusan dengan Nara sang istri karena Jimin akan melakukan mogok makan jika keinginannya tidak dipenuhi oleh Seokjin.

Seokjin tau beberapa hari ini kedua anaknya melakukan kegiatan bersama, tapi dirinya tidak tau apa yang Jungkook dan Jimin lakukan. Bukankah mereka tidak berada disekolah yang sama? Lalu apa yang membuat mereka harus selalu bersama setiap hari. Bahkan Seokjin bingung kenapa beberapa hari ini Jimin tidak ikut makan malam dan selalu terlambat bangun pagi.

"Jiminie apa kamu sakit nak?" Seokjin bertanya pada putra bungsunya yang membuat Nara dan Jungkook langsung menoleh pada orang yang dimaksud Seokjin.

"..." Jimin hanya diam tidak menjawab pertanyaan sang papa.

Nara yang duduk disamping Jimin langsung mengecek suhu tubuh sang putra.

"Badan kamu panas sayang lebih baik hari ini kamu tidak usah masuk sekolah hmm?" Nara yang khawatir melarang Jimin untuk masuk sekolah..

"Jimin baik-baik saja pa, dan Jimin harus tetap masuk sekolah ma. Jimin sudah berjanji pada Taehyung akan menemaninya di pertandingan basket hari ini, walaupun aku tidak bisa ikut bertanding tapi aku tidak mau mengingkari janjiku pada sahabatku ma pa." Jawab Jimin sembari menoleh pada papa dan juga mamanya.

"Deg" Seokjin diam menatap sendu wajah anak bungsunya, Seokjin memang melarang Jimin melakukan kegiatan fisik yang berat dan dari dulu dia tau kalau sebenarnya Jimin sangat ingin seperti sang kakak bisa bermain dan melakukan banyak hal tanpa harus dikekang olehnya.

"Sudahlah ma, biarkan Jimin masuk sekolah. Dan juga anak kita kan sudah bilang tidak ikut bertanding basket." Seokjin membela Jimin karena tidak ingin membuat Jimin semakin sedih.

"Tapi pa, badan Jimin sekarang pan-" Ucapan Nara dipotong sebelum selesai mengatakan apa yang ingin dirinya katakan.

"Ma... Biarkan Jimin melakukan apa yang ingin dia lakukan sekali ini saja. Lagipula nanti pulang sekolah aku juga akan ikut bertanding sebentar dan menjemput Jimin" Bukan Jimin, tapi Jungkook yang berusaha membujuk sang mama.

"Bukankah kalian berada di tingkat yang berbeda? Apakah pertandingan ini nanti bisa dikatakan seimbang?" Tanya Seokjin penuh selidik.

"Mma..mm maksudnya nanti timku akan ikut menjadi pelatih di sekolah Jimin pa." Jungkook gelagapan menjawab pertanyaa Seokjin.

Seokjin yang masih penasaran dengan kedua putranya langsung menanyakan hal yang membuat semua anggota keluarganya kaget.

"Jungkook, Jimin apa kalian menyembunyikan sesuatu dari papa dan mama?" Seokjin membuat suasana menjadi tegang karena tiba-tiba menanyakan sesuatu yang tidak disangka oleh anak-anaknya.

Don't WorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang