10 : Memar

139 19 9
                                    


.

.

.

Pagi yang begitu indah, dipandangnya langit biru disertai angin sepoi meniup pelan wajah Jimin yang saat ini sedang berdiri didepan jendela kamar miliknya. Jimin memandang lurus kedepan dan membayangkan moment indah saat bersama sang kakak, Jungkook. Ujung bibirnya sedikit terangkat tersenyum kecil sembari menoleh kebelakang dimana terdapat foto keluarga yang memperlihatkan Seokjin sang papa, Jungkook sang kakak dan dirinya yang saat itu berlibur bersama divilla milik keluarga Kim.

Flashback On

"JIMIN KEMARILAH! LIHAT PEMANDANGANNYA SANGAT INDAH DARI ATAS SINI." Teriak Jungkook pada Jimin yang saat itu sedang mendaki gunung kecil dibelakang villa.

Jimin yang masih berada dibelakang bersama Seokjin, berlari berusaha mendaki mendekat ketempat sang kakak berada.

"Hati-hati Jimin, jalanannya licin sayang" peringat Seokjin yang melihat Jimin berlari dilereng gunung.

"Papa tenang saja, aku akan hati-hati." Jawab Jimin yang masih berlari ke arah sang kakak.

"Jimin cepatlah!" Teriak Jungkook karena tidak sabar memperlihatkan pemandangan indah yang dia temukan.

"Iya kak Jungkook huh.. huh.. tunggu sebentar." Jimin yang semakin dekat dengan Jungkook berhenti sejenak mengatur napasnya yang hampir hilang.

Setelah mengatur napasnya, kini Jimin sudah sampai tepat disamping Jungkook, Jungkook tidak henti-hetinya menunjukkan sesuatu yang menurutnya sangat indah.

"Lihat disana Jim, disana sangat indah. Disana juga tak kalah indah, apa kamu mau kalau kita kesana besok?" ucap Jungkook pada adiknya, Jimin.

"Wah kakak benar pemandangannya sangatlah indah. Lihat disana juga kak!" Jimin menunjukkan pemandangan lain yang juga terlihat indah.

Mereka melihat pemandangan gunung lainnya dan langit yang terbentang luas seperti lautan dari puncak gunung kecil yang berada didekat villa. Pemandangan hijau yang terbentang seperti lautan dan didukung warna langit menjelang sore yang membuat pemandangan semakin indah. Jungkook dan Jimin tak berhenti kagum dengan apa yang mereka lihat saat ini.

Seokjin yang melihat kedua putranya tersenyum bahagia ikut senang melihatnya, dalam hati dirinya tak henti-hentinya bersyukur dengan apa yang telah Tuhan berikan padanya.

"Jimin, apa kita harus ke gunung yang lebih tinggi lagi untuk melihat pemandangan yang lain?" Jungkook meminta saran kepada sang adik.

"Kakak benar juga, Ayo kak!" jawab Jimin setuju.

"Dan papa tidak akan mengizinkan kalian mendaki lebih tinggi lagi mengerti!" Kini Seokjin yang menjawab pertanyaan Jungkook.

"Tapi pa, kita sudah jauh-jauh datang kesini. Bukankah tidak masalah kalau kita mendaki sedikit lebih tinggi." Jungkook berusaha meyakinkan sang papa.

"Papa bilang tidak ya tidak Jungkook. Menurutlah apa kata papa." Jawab tegas Seokjin.

"Tapi pa, kak Jungkook ben-" Belum selesai Jimin menjawab, Seokjin sudah memotong ucapan Jimin.

"Jimin, apa kamu ingin melawan papa? Dan untuk kamu Jungkook, papa harap kamu bisa menjaga adikmu dengan baik."

Jimin terdiam mendengar sang papa mengomel, hati jimin itu sangat lembut jadi Jimin akan selalu menurut apa yang Seokjin katakan.

"Sekarang itu musim hujan, lihat langit juga sudah mendung. Papa tidak mau kalau kalian sampai kenapa-napa. Bisa habis papa dimarahi mama kalian kalau kalian sampai lecet barang sedikit saja." Tambah Seokjin yang menjelaskan alasan kenapa dia melarang anak-anaknya untuk tidak mendaki lebih jauh lagi.

Don't WorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang