12 : Ceroboh

134 19 13
                                    

.

.

.

Keluarga Kim duduk dalam keheningan di ruang rawat Jimin, hanya terdengar bunyi detak jam dinding yang seakan-akan mengiringi detak jantung Jimin yang semakin lemah. Narra menggenggam tangan Seokjin, suaminya, dengan kuat dan Seokjin membalasnya dengan memberikan dekapan hangat untuk menenagkan hati sang istri. Jungkook, sang kakak, duduk di sudut ruangan, wajahnya menunjukkan campuran rasa bersalah dan kepedulian yang dalam. Mereka sengaja berkumpul untuk menemani Jimin di rumah sakit bersama kakek Min karena permintaan Yoongi.

"Jimin membutuhkan transplantasi jantung," kata Narra dengan suara serak, mencoba menyampaikan informasi yang baru saja mereka dapatkan dari Yoongi. "Ini satu-satunya cara untuk menyelamatkannya."

"Tapi hal itu sangat sulit dilakukan sekarang karena usia Jimin yang belum genap tujuh belas tahun dan kita belum mendapat pendonor yang tepat untuk Jimin. Sekarang kita harus lebih menjaga Jimin dengan baik karena anak itu pasti tidak akan diam saja setelah sadar."

Seokjin mengangguk pelan, matanya berkaca-kaca. "Kita harus melakukan apapun untuk menyelamatkan Jimin. Tidak peduli seberapa sulit jalannya."

"Papa akan mengatakan kebenarannya pada Jimin." Ucap Seokjin sembari menatap lurus pada Jimin yang terbaring diatas brangkar.

"Mama mohon jangan katakan semuanya pada Jimin pa, mama takut kalau Jimin akan patah semangat." Narra khawatir kalau apa yang dikatakan Seokjin nanti akan membuat Jimin minder.

"Ini semua salahku pa, ma. Maafkan Jungkook hiks..." Jungkook menangis mengingat semua yang dilakukannya pada Jimin beberapa bulan ini.

"Sudah sayang ini bukan salahmu atau siapapun, memang sudah takdir adikmu yang mengalami semua ini. Tugas kita sekarang adalah menjaganya lebih baik lagi." Ucap Narra menenangkan putra sulungnya.

"Papa akan mulai menyelidiki semuanya dari sekolah Jimin, sepertinya ada yang tidak suka dengan Jimin selain seniornya itu" Ucap Seokjin dengan wajah yang terlihat begitu tegas.

"Mama setuju pa, mama juga akan melalukan observasi lagi tentang obat yang membuat anak kita seperti ini." Jawab Narra yang setuju dengan ucapan Seokjin.

.

.

.

Keesokan harinya, Narra dan Seokjin memulai perjalanan mereka untuk menemukan pengobatan terbaik bagi Jimin. Mereka mengunjungi rumah sakit terkemuka dan berkonsultasi dengan dokter-dokter spesialis teman dan kenalan Narra dari berbagai kota. Di setiap tempat, mereka mencari jawaban dan solusi yang bisa memberikan harapan baru.

Seokjin dan Narra tidak pernah patah semangat untuk membuat Jimin sembuh. Dengan kondisi Jimin yang seperti ini membuat mereka selalu khawatir dan merasa takut akan kehilangan Jimin putra bungsunya.

Jungkook juga mulai menyadari kalau apa yang dilakukan pada adiknya selama ini adalah kesalahan besar, bukan dengan cara menjauh supaya Jimin tetap baik-baik saja tapi seharusnya Jungkook harus lebih dekat dengan sang adik dan menjaganya lebih baik lagi.

Selain keluarga Jimin, Eunwoo dan Taehyung juga sering menemani Jimin dirumah sakit. Setelah dua hari dirawat, Jimin sadar dan menunjukkan perubahan yang bisa dikatakan baik. Jantungnya juga mulai stabil dan lusa Jimin juga sudah diizinkan untuk pulang dan beristirahat dirumah.

Saat Jimin ditemani Eunwoo dan Taehyung, Jimin selalu merengek meminta diajak keluar kamar karena merasa bosan. Sedangkan mereka takut kalau keluarga Jimin marah karena mengajak keluar Jimin tanpa persetujuan dari dokter. Karena keluarga Jimin ada keperluan yang lain dan meminta Eunwoo dan juga Taehyung untuk menjaga Jimin, mau tidak mau mereka harus bisa tegas dengan Jimin.

Don't WorryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang