Sekitar 500 meter dari pintu masuk parkiran kantor, Kiya menepuk pundak Rulla dengan keras.
"Kenapa Kiy?" Tanya Rulla menoleh.
"Stoop.. stopp Baangg Rulla." Ucap Kiya setengah berteriak.
Rulla menepikan motornya.
"Kenapa?" Tanyanya pelan dan lembut.
"Kiya turun sini aja ya Bang." Pinta Kiya.
"Kenapa? Bentar lagi sampe kantor kan. Nanggung Kiya." Jawab Rulla.
Kiya menelan ludahnya dan memandang berkeliling.
"Bang Rulla, kalo ada yg liat bakal jadi bahan omongan ga sih Bang." Ucap Kiya panik.
Rulla ikut memutar kepalanya dan memandang berkeliling.
"Takut sama siapa sih?" Tanya Rulla lembut.
"Sales, nanti mulut mereka rame Bang. Kiya ga mau nanti kamu jadi bahan omongan mereka." Jawab Kiya.
Rulla membuka helmnya dan menatap Kiya yg wajahnya tampak was was.
"Sales? Bani maksud kamu?" Tebak Rulla.
"Hmm, buk.. bukkaaann." Jawab Kiya gugup.
Iya! Bani salah satunya. Bagaimanapun dia belum siap menyakiti Bani.
Menyakiti Bani? Memang Bani akan sakit hati kalau liat Kiya dengan Rulla? Masa?! Who knows!
"Panik sih? Ya udah kalo itu mau Kiya." Ucap Rulla.
"Tapi bukan karena Bang Bani. Beneran bukan karena...." Kiya terdiam seketika, dia sadar dia sedikit berbohong.
"Iya Kiya, iya. Aku percaya, apapun alasannya aku hargai." Ucap Rulla dan menatap teduh wanita dihadapannya.
"Maafin Kiya." Ucap Kiya pelan.
"Kiya ga salah, ya udah Kiya jalan ke kantornya ati-ati ya. Bang Rulla ga mau Kiya kenapa-napa." Ucap Rulla.
Kiya mengangguk pelan, dan mendekatkan dirinya kepada Rulla. Menarik tangan Rulla dan menciumnya untuk salim.
Rulla nenatap bingung namun tak melakukan apa-apa, dia hanya diam menatap apa yg Kiya lakukan.
"Loh kok Kiya salim ya? Maaf Bang, Kiya inget sama Papa." Ucap Kiya.
"Gapapa Kiya, emang Bang Rulla setua itu kok." Ucap Rulla mencoba tenang.
"Ihh ga maksud gituuu." Jawab Kiya, suaranya membuat Rulla bergetar.
"Haha becanda kok Kiya. Udah sana ati-ati yaa." Ucap Rulla tersenyum.
Kiya menahan senyumnya dan membalikkan badannya lalu meninggalkan Rulla disana.
Rulla menatap kepergian Kiya, dia kemudian memakai helmnya lagi dan melajukan motornya kearah pintu parkiran motor.
Tanpa mereka sadari, gerak gerik mereka diawasi oleh dua orang. Yaa, mereka sedang diperhatikan oleh Bani dan Evan dari tempat yg berbeda.
Bani menatap mereka dari belakang tempat Rulla memberhentikan motor. Sebelum masuk ke parkiran dia melihat sosok Rulla dan Kiya disana. Dia memberhentikan motornya dan menatapnya dalam diam.
"Kenapa jadinya begini? Kemarin dia nyuruh gua ngakuin Kiya jadi pacar gua, nyuruh gua ngelindungin Kiya dari mantannya. Kenapa sekarang dia yg maju? Gua ini apa sih buat mereka? Boneka? Atau kelinci yg mau dikorbanin?" Batin Bani, dia sedikit tak terima dengan semua cara Rulla.
Sementara Evan menatap mereka dari seberang jalan. Dia melihat Bani dibelakang Rulla sedang melihat Rulla dan Kiya dengan tatapan sendu.
"Hemm, main lu ga cantik Bro. Gua udah tau dari awal ada yg ga beres. Rulla, urusan kita belom kelar. Kiya? Lu ga akan bisa lepas dari gua. Dan lu? Pacar jadi-jadiannya Kiya, gua bakal pake lu buat bales mereka semua." Ucap Evan dari jauh, kemudian menutup kaca helmnya dan bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut.