Part 9

290 33 1
                                    

Kiya terdiam, semakin waktu berjalan semakin hati Kiya menciut. Dia tau benar bagaimana mantannya itu. 1 tahun cukup baginya mengenal sosok Evan, si manusia manipulatif dan sangat playing victim. Jangan sedih, belum lagi si banyak mau dan tak bermodal. Oh iya, posesifnya pun tak pakai otak. Menderita, satu kata untuk Kiya kala itu. Kadang dia tak mau mengakui Evan sebagai mantannya yg masih mengejarnya sampai detik ini.

Rulla dan Aru masuk berbarengan ke kantor. Minggu ini, minggu terakhir mereka melakukan stock opname setiap hari, karena per minggu depan mereka tak perlu tiap hari kembali ke ka tor untuk mengembalikan barang yg tiap pagi mereka bawa.

Kiya berdiri disamping Serly, dia disuruh Alma membantu Serly untuk sekalian mengajari Jobdesk Serly.

"Kiy, Alma udah balik sama Koko kesayangannya?" Tanya Aru.

"Hah? Koko? Hah?" Kiya terlihat linglung.

Rulla memperhatikan Kiya yg terlihat pucat dan panik, dan terlihat tak fokus.

"Kiya kenapa?" Tanya Rulla.

"Hemm?" Kiya hanya bertanya balik dengan ekspresinya.

"Kiya? Lu belom makan?" Aru bertanya lagi.

"Hemm gak, ga apa. Kalian ke gudang dulu aja, nanti setoran bisa sama aku atau Serly." Jawab Kiya, namun wajahnya terlihat gugup.

Aru memperhatikan Kiya dan memandangnya aneh.

"Gua ke ruangan Alma ya Kiy." Ucap Aru dan pergi.

Rulla menatap Kiya, tak ada efek kembang api lagi diwajah Kiya yg biasanya sangat menyala-nyala. Kiya terlihat redup.

Rulla meninggalkan Kiya dan mengikuti Aru.

"Ay? Kiya kenapa?" Tanya Aru.

"Kenapa apanya?" Alma bertanya balik.

"Kok dia kayak orang kena guna-guna gitu? Ada masalah di kantor?" Tanya Aru.

"Gak sih, kenapa yaa." Alma bingung sendiri.

"Dia ga ada cerita apa-apa sama lu, Ma?" Tanya Rulla.

"Ishh ngapain lu kesini?" Tanya Aru melihat Rulla diruangan Alma.

"Lu boleh kenapa gua ga boleh?" Ucap Rulla.

"Khawatir sama Kiya? Mau cari tau?" Tembak Aru.

"Iya, kenapa? Masalah? Kiya bukan punya lu kan? Jangan lu cemburu lagi." Jawab Rulla tajam.

"Santai hahaha, udah mulai terbuka hati lu buat dia?" Tanya Aru.

"Biasa aja." Jawab Rulla datar. Dia memandang Alma yg daritadi nampak berpikir.

"Jadi kenapa Ma?" Tanya Rulla lagi.

"Pasti gara-gara si Evan." Jawab Alma.

"Evan siapa lagi? Saingan gua nambah lagi ini?" Tanya Rulla.

"Hah? Saingan?" Alma bingung.

"Lupain." Jawab Rulla datar.

Aru menatap Alma dan tersenyum penuh arti.

"Kebanyakan drama hidup lu, kayak bukan laki aja." Sindir Aru.

"Ngaca! Dulu lu gimana sama Alma." Sahut Rulla.

"Lu bisa diem ga?" Aru memasang wajah sebal.

"Bencong." Ucap Rulla.

Tak lama Mas To masuk dan melihat Aru dan Rulla didalam.

"Al, anak lu kenapa? Kok pucet banget. Ditanya juga kaku banget." Ucap Mas To.

"Anak gua?" Alma bingung.

LabilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang