Part 25

534 43 10
                                    


"Ma, lu percaya sama omongan sales?" Tanya Rulla yg tiba-tiba udah diruangan Alma.

"Ngapain lu kesini?" Tanya Alma.

"Ma? Lu ga bisa diem aja. Lu tanya mending sama Aru." Ucap Rulla.

"Arunya mana? Gua tanya Arunya mana?? Dia peduli sama gua cuma pas kemarin gua sakit doang Rulla! Itu juga mungkin karena dia ga mau kalah sama si Jeffri." Ucap Alma tajam.

"Maaa, please gua yakin Aru ga kayak yg lu pikirin." Ucap Rulla.

"Yg gua pikirin apa? Hemm? Tau banget lu sama pikiran gua?" Tanya Alma sedikit sebal.

Rulla memejamkan matanya, dia tau betul bagaimana Alma. Anaknya sangat teguh dengan dirinya sendiri, tidak ingin terlihat lemah, namun sekali dia anggap sesuatu itu A dia akan mengamininya sampai kapanpun.

"Gua kenal lu, cukup buat gua kenal sama lu sedalam itu, Ma. Tolong perbaiki hubungan lu sama Aru, biar gua beneran tenang jalanin hubungan gua sama Kiya." Ucap Rull pelan, supaya hanya Alma yg mendengar.

"Maksud lu?" Tanya Alma.

"Lu tau Alma, ga usah belaga bodoh." Jawab Rulla dan meninggalkan Alma.

Dia pergi melewati meja Kiya dan Serly dan berjalan agak cepat. Kiya memperhatikan Rulla yg berjalan dengan wajah keras.

"Ser, bentar ya." Ucap Kiya dan berlari keluar untuk mengejar Rulla.

Kiya sempat melewati Alma yg sedang terdiam dan bergerak dengan tatapan kosong.

"Kak Alma? Bang Rulla kenapa?" Tanya Kiya sekilas.

Alma hanya menggeleng pelan. Kiya berlari keluar kantor dan mengejar Rulla yg menuju kearah parkiran.

"Baang Rulllaaa..." Panggil Kiya.

Rulla berhenti dan membalikkan badannya lalu menghadap ke Kiya.

"Kenapa Kiya?" Tanya Rulla mencoba mengubah raut wajahnya.

"Kenapa?" Tanya Kiya pelan.

"Apanya?" Tanya Rulla tenang.

"Kenapa sama kamu dan Kak Alma?" Tanya Kiya ragu.

"Gapapa sayang, aku cuma ga suka Alma ngebiarin masalahnya sama Aru begitu aja." Jawab Rulla menatap Kiya.

"Abang, Kak Alma mungkin punya caranya sendiri buat nyelesaiin masalahnya sendiri, Abang. Jangan terlalu dipaksa. Ini kamu mau kemana?" Tanya Kiya lembut.

"Nemuin Aru, aku ga bisa Kiya liat Alma mendem sakitnya sendiri tanpa ada penjelasan dari Aru." Jawab Rulla sewot.

"Abang?" Ucap Kiya lirih.

"Gak gitu, gak kayak yg kamu pikirin. Ini cuma salah satu bentuk kepedulian aku ke seorang teman, Kiy." Jawab Rulla.

"Jangan boong." Ucap Kiya pelan.

"Kiy, maaf. Tapi aku harus bantuin Alma." Jawab Rulla.

"Kenapa harus?" Tanya Kiya.

"Karena Alma..."

"Karena Alma masih dihati kamu?" Tanya Kiya.

"Gak, gak gitu sayang. Percaya yaa.. aku cuma ga suka ada orang kayak Aru." Jawab Rulla.

"Apa yg kamu sembunyiin dari aku?" Tanya Kiya.

"Aku..."

"Ya??" Tanya Kiya.

"Apa yg mereka bilang soal Aru benar Kiya. Aku juga sering liat dia sama Aura akhir-akhir ini. Makanya aku keseell, kemarin dia bersikap seolah-olah dia ga bisa kehilangan Alma, tapi ternyata dibelakang kita dia... Bajingan." Ucap Rulla pelan namun dengan penekanan.

LabilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang