Masa remaja, masa yang tidak akan bisa diulang nantinya. Begitulah pikir anak angkatan 19, tahun semua bayangan tentang apa masa-masa sekolah itu runtuh. Orang-orang menyebutnya angkatan Covid, penyakit langkah yang menyerang masa muda mereka.
Itu adalah awalnya. Tapi dua tahun tidak boleh sia-sia begitu saja. Harus ada kisah di dalamnya, walaupun hanya penambah aroma datar dari fenomena karantina.
Anak zaman sekarang menyebutnya 'per-Sirkelan'. Di zaman ini siapa yang tidak punya kelompok pertemanan? Mungkin ada beberapa yang tidak suka dengan lingkungan berkelompok, atau mungkin ada tipe orang yang lebih suka sendiri.
Tahun penuh drama, tahun yang tertutup dengan masker. Namun tahun ini juga yang menyatukan beberapa manusia jadi satu kelompok, atau lebih gaulnya 'sirkel'.
Remaja baru puber sering tidak jauh dari kata jatuh dan cinta. Begitulah satu kelompok ini terbentuk. Saling jatuh menjatuhkan karna cinta monyet.
Itu beberapa bulan setelah masa karantina. Entah kabar angin dari mana hingga anak dari dua sekolah yang berbeda bisa saling bertemu hanya untuk duel. Tapi jangan salah, ini bukan segerombolan laki-laki yang ingin tawuran. Melainkan 8 perempuan yang siap lempar kalimat pedas, mungkin paling parah saling jambak.
Jika dihitung, ada 2 dari sekolah sebelah saat itu. 6 orang ini dominan tapi pertengkaran yang memakan waktu itu tidak menghasilkan solusi sama sekali. Kenapa tidak? 2 orang dari sekolah berbeda itu tidak membawa pakar masalahnya atau si biang keroknya.
"Itu Ra yang sering gue ceritain ke lo? Katanya gue rebut pacar temannya si ono!" masih setia memakai masker, satu perempuan menunjuk salah satu orang dari sekolah lain. Namanya 'Annel' salah satu sumber masalah di sini.
Corona bukanlah hambatan, bagi mereka masalah ini harus selesai sekarang juga.
"Yang mana temannya?" satu perempuan dari kelompok yang berjumlah 6 orang itu merespon mencari sosok yang dimaksud.
"Gak ada, dia belum datang."
"Telpon teman lu dah! Kelamaan tau gak! yang punya masalah juga siapa!" intonasi suara dari mereka mulai meninggi, yang artinya suasana mulai menunjukkan tanda-tanda ketegangan.
"Iya gue udah telpon tapi dia gak angkat!" efek dari intonasi tinggi memancing emosi yang lainnya.
"Btw, bukannya itu masalah udah lama?" satunya buka suara, semua reflek menoleh ke sosok pemilik nama 'Serra'.
"Iya temannya ini emang cari masalah! Alay!" satu perempuan lagi emosi, tapi mimik dari wajahnya mencoba terlihat tidak termakan emosi. Padahal jelas dia juga sedang diselimuti emosi. 'Beby' namanya.
"Iya bisa jangan marah ke gue bisa gak? bukan gue yang cari masalah juga," pihak yang beranggotakan dua orang itu mulai kesal, tangannya tak berhenti mengotak-ngatik isi ponsel. 'Calsey' teman dari orang yang jadi masalah utama di sini. Dia datang dengan satu teman lainnya, 'Kesya' yang masih menyimak adu bicara di sana.
"Lagian napa lu yang di sini dah? harusnya di sini itu teman lebay lu tai!" satu umpatan lolos. Membuat atmosfer lebih seram dari sebelumnya. 'Audryn' tentu saja dia dari kelompok yang beranggotakan 6 orang.
"Gak usah ngegas bisa gak sih? lu siapa juga? kek tau aja masalahnya," akhirnya Kesya yang hanya diam membuka suara.
"Kita ngegasan! kalo lo baperan yaudah derita lo!" kata Serra mulai memancing pihak lawannya.
"Kalian kek bocah sd tau gak sih? bisa gak gak usah ngegas? lu jangan ngegas, biarin dia selesain masalahnya!" salah satu di antara mereka mulai menengah. Sesuai dengan umur, masih anak sekolah menengah pertama yang sebentar lagi lulus.
"Yang ngegas kalian pulang aja! selesain masalah baik-baik bisa kan?" orang itu kembali menenangkan dua pihak, walaupun dirinya ada di pihak 6 orang. Dia 'Freya' datang ke sini hanya untuk menemani temannya.
"Tuh orang mana dah? lama nunggunya," ini 'Alicia' dia tidak ikut menyumbang emosi tapi diam-diam ikut mengeluh dan kesal.
"Yang beraninya bareng-bareng," sindiran keluar dari mulut Kesya. Orang terdekatnya memanggil dia dengan sebutan 'Jeplak'.
"Udah Jep, diam aja haha," temannya Calsey menenangkan Kesya yang masih sedikit kesal.
Walaupun emosi mereka sedikit mereda, acara adu bicara masih berlanjut hingga suara burung dan masjid menyuruh mereka pulang. Magrib telah tiba, mereka mulai acara ini sesudah azhar. Artinya mereka di sini sudah berjam-jam lamanya.
"Yaudah kalo gini kita damai aja ya?" Freya mengusulkan ide ini begitu semuanya kehabisan ide untuk saling lempar kata.
"Sey, teman lu gimana?" Kesya bertanya dulu kepada Calsey. Salah satu fakfa jika Kesya sama sekali tidak memihak siapapun di sini, dia hanya ikut menemani Calsey yang nekat datang sendiri.
"Nanti gue kasih tau, masalahnya udah selesai."
"Yaudah, lagian kita udah hafal nama toh? Jadi jangan ada yang bertengkar lagi yah, bikin pusing tau gak," kali ini yang berbicara Alicia. Dia tidak banyak bicara tadi, lebih banyak menimpali temannya setelah bicara. Semuanya saling mengangguk, setuju dengan perkataan Alicia.
Para perempuan dibalut masker, tapi sebelum pulang mereka diam-diam saling memperlihatkan wajah masing-masing agar bisa ingat siapa yang sudah diajak bertengkar tadi. Ternyata pertengkaran itu tidak terhitung sia-sia.
Siapa sangka mereka akan jadi teman hingga tahun berikutnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Eiplusei
Teen FictionSebuah kisah klise antara dua kubu yang punya dunianya masing-masing.