Sudah jam pulang, kini hujan sudah reda. Tapi masih sedikit gerimis, walaupun tidak membuat kewalahan ketika harus menerobosnya. Tetap saja ada beberapa orang yang takut kena hujan dengan alasan tertentu.
Dibanding dengan para lelaki, perempuan di kelas itu masih mengintip dari pintu. Gerimis masih membuat mereka bingung untuk langsung pulang atau menunggu hujan benar-benar reda.
"Balik aja Nel kalo mau, pake jas hujan Copen," saran Serra menepuk pundak Annel yang berdiri di balik pintu.
"Malu diliatin orang," ucap Annel sedikit terdengar malas.
"Yaelah tadi aja lo datangnya make tuh jas hujan. Lagian ngapain malu etdah? jas hujan Copen bukan tipe jas hujan yang udah bolong-bolong tapi dipaksain buat dipake anjir, gue liat itu jas hujan mahal," jelas Serra mencoba meyakinkan Annel yang masih bimbang.
Calsey menyimpan semua alat touch up miliknya sebelum keluar. Ia lagi-lagi ingin pulang bersama Alicia, ada hal yang membuat dia senang pulang dengan perempuan itu. Ketika Calsey pulang bersama Alicia, yang membawa motor bukanlah dirinya.
"Mau pake jas hujan gak?" tawar Calsey sebelum benar-benar menutup tasnya.
Alicia menggelengkan kepala, "selow mah ini gerimis doang."
"Ntar deras di tengah jalan gue mampusin lu," cibir Calsey akhirnya menutup tas.
"Kayak pas gue kehujanan lo gak ikutan basah aja monyet," balas Alicia ikut mencibir.
"Kata siapa?" ucap Calsey sekarang sibuk memasang jas hujan berwarna ungu itu ke tubuhnya.
"Buset malah dipake! serius lo mau pake itu keluar dari kelas? gak malu?" tanya Alicia menatap nanar temannya itu.
Setelah memakai jas hujan, Calsey langsung memakai helm, "udah ah ayo! mending gue kek gini timbang basahin muka pake air hujan."
Berbeda dengan Freya dan Beby yang ternyata pulang bersama. Dua orang itu memilih naik angkutan umum. Beby berencana singgah di toko gitar sebelum pulang, Freya hanya ikut karna bosan.
"Bekasi abis hujan cakep juga ya," komen Beby justru salah fokus dengan jalanan Bekasi yang mengkilat karna air hujan.
"Lumayan lah, kapan lagi liat view Bekasi becek kayak gini," Freya juga ikut komen.
"Lo sama Aksa gimana?" Beby tiba-tiba mengganti topik.
Freya mendelik sebentar, "gak gimana-gimana? kok malah bahas Aksa sih?" tanya perempuan itu heran sekarang.
"Nanya doang, tuh orang petrusnya kenceng banget dah," seru Beby mengayunkan kedua lengannya kini.
"Ya gitulah," balas Freya ala kadarnya.
Mendengar itu membuat Beby menoleh menatap Freya sedikit mengintimidasi, "lo baper ya?"
Freya sontak menabrakkan lengannya ke lengan Beby, "gak ya anjir!"
"IDIH IDIH KOK NGAMUK? HARUSNYA LO SANTAI AJA DONG," heboh Beby menjauhkan badannya dari Freya. Kedua perempuan itu melanjutkan setengah perjalanan dengan berjalan kaki ke toko musik.
"Stop bahas dia anjing!" umpat Audryn kesal hampir saja melemparkan tongkat kayu ke Kesya.
"Kalem anjir gue nanya doang, tuh kata Brayden beneran sensitif banget ya di telinga lu," Kesya mengentikan tawanya, ikut membantu Audryn membawa beberapa tongkat ambalan ke ruang anak ambalan.
"Btw kenapa gue harus ikutan bantuin anak ambalan sih tai?" omel Kesya sedikit tidak ikhlas.
"Ini lo bantu gue ya nyet, gue gak enak sama anak ambalan. Anak paskib juga sering ditolong sama mereka," balas Audryn masih sibuk menyusun tongkat kayu itu ke tempatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eiplusei
Roman pour AdolescentsSebuah kisah klise antara dua kubu yang punya dunianya masing-masing.