Suara berisik anak-anak yang berangkat untuk sholat magrib itu mengusik Dean. Lelaki yang baru sadar telah melontarkan hal jahat pada Alicia itu sibuk di tegur habis-habisan oleh Babehnya sendiri. Umi Dean pun tidak peduli, ia juga marah ketika tau anak laki-lakinya itu membuat perempuan sakit hati.
"Sono sholat magrib, berdoa biar doa kamu dapat hidayah. Tuhan janganlah engkau pendekkan sumbu ini," ledek Babeh Dean di akhir tegurannya. Fakta jika Dean sumbu pendek memang sudah sampai di keluarganya.
"Iya ampun, ntar Dean minta maaf," lelaki itu mendengus berkali-kali. Tapi tetap mendengarkan perintah dari orang tuanya.
Dean segera mengambil sajadah, hari ini ia memutuskan untuk sholat di masjid. Niat lainnya adalah bertemu dengan Zul. Bocah yang ia anggap sebagai pelaku utama dari konfliknya dan Alicia.
Baru saja selesai magrib, belakang masjid sudah bising karena para anak-anak kompleks sibuk membakar petasan. Aksi itu selalu dimulai ketika Imam masjid sudah pergi atau pulang sebentar.
Dean satu-satunya orang yang tidak terhitung sebagai bocah kompleks tapi masih belum pulang. Misinya adalah mencari Zul sekarang. Biasanya anak itu akan menjadi yang terdepan ketika bakar petasan.
Kedatangan Dean membuat seluruh bocah di sana panik dan berhamburan. Dean sendiri kaget dan ikut panik.
"EH BOCAH TAI KALO LO KABUR, GUE NTAR LAPORIN KALO LO PADA SEMUA YANG SERING BAKAR PETASAN!" ancamnya berhasil membuat mereka berhenti bergerak dan berbaris di depan Dean.
"Mane ketua lo?" tanya Dean sadar jika puncak dari mereka tak ada di sini.
"Lagi berak dia om," jawab salah satu anak tersebut.
"Om matamu, gue juga masih sekolah tolol," balas Dean sewot tak terima dipanggil seperti itu. "Satu orang cepat suruh Zul ke sini, ntar gue kasih permen kaki," suruh Dean lagi, dan semua anak itu masih menurut.
Dalam sesaat sosok yang Dean cari benar dibawa. Wajah Zul nampak setengah takut dan panik. Tentunya Dean sendiri langsung menatap tajam ke arah Zul, sengaja untuk mengintimidasi.
"Sini lo biang kerok," panggil Dean menyilangkan tangannya di dada. "Udah berak lo?"
"Udah Bang, ampun Bang, jangan dilaporin," Zul panik ingin menangis terus memohon di depan Dean. Walaupun niat awal lelaki itu bukanlah ini, tapi Dean puas membuat Zul berlutut.
"Lo abis isya mau ke mana?" Dean tak peduli dan memilih ke poin utama.
"Pulang lah Bang, gitu aja nanya," balas Zul sewot, Dean mendengar itu kembali menatap tajam. "Ampun Bang, bercanda doang. Aku sih langsung pulang!" jawab Zul kemudian.
"Mau ke rumah Alicia gak? minta opor," bisik Dean mengalungkan lengannya itu pada Zul.
"Kaga mau Bang, aku abis dari sana," tolak Zul menyingkirkan lengan Dean lalu menggelengkan kepala menolak. "Bang Dean bertengkar sama Kak Alicia ya? pantes tadi dia nangis," celetuk Zul membuat Dean panik menutup.mulut anak itu.
"Dia nangis?" tanya Dean sekali lagi berbisik.
"Boong HAHAHA PANIK YA," Zul tertawa puas melihat ekspresi Dean tadi.
Baru saja Dean ingin mengajak Zul bicara, kedatangan Imam masjid membuat mereka semua berhambur pergi. Dean tidak mengerti kenapa dirinya harus ikut kabur, seakan dia salah satu pelaku pembakar petasan di masjid.
Lelaki itu lari hingga sampai di depan rumahnya. Dan berpapasan dengan Alicia yang sibuk membeli siomay di depan rumahnya juga.
Dean yang merasa ini kesempatan bagus untuk bicara itu mulai merogoh kantong. Untungnya dia berhasil menemukan koin seribu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eiplusei
Teen FictionSebuah kisah klise antara dua kubu yang punya dunianya masing-masing.