21. Keteteran

18 3 0
                                    

Kegiatan pembersikan sekaligus perombakan kelas itu kembali dilanjutkan. Setelah kemarin, hari ini selepas pulang sekolah mereka dibagi jadi beberapa kelompok.

Pada agenda membersihkan kali ini ada yang akan keluar sekolah untuk membeli bahan serta barang kelas. Sisanya akan tinggal melanjutkan acara yang tertunda kemarin.

Walaupun jumlah mereka kurang karna beberapanya keluar, tidak menutup kemungkinan perkelahian kecil serta debat tak penting akan muncul lagi.

Deren memijat pelipisnya ketika melihat nota pengeluaran dari bendahara. Sangat boros dari perkiraannya.

"Akalin aja deh. Kalo misal duitnya gak cukup, catnya di campur-campur aja," usul Deren memberikan nota itu kembali pada Rakas si bendahara kelas.

"Putih mana?" tanyanya kemudian.

Rakas menaikkan dua bahunya menjawab, "gak tau?"

"Hadeh," hela Deren terdengar kesal, "kalo Serra mana?" tanya ia lagi.

Rakas menjawab dengan menunjuk menggunakan dagu, "sono noh."

Perempuan yang tadi dicari itu sibuk mencampur warna cat. Mereka berniat mengubah cat kelas agar hawanya lebih dingin.

"Udah belum?" gerutu Alfian terus bertanya.

"Sabar ini lagi ngaduk," sahut Serra benar-benar fokus mengaduk cat agar warnanya tercampur rata.

"Eh beneran jadi anjay!" heboh Aksa menunjuk se ember cat yang berubah warna setelah diaduk Serra.

"Ini namanya colour theory," ucap Serra masih dengan tangan yang sibuk mengaduk isi cat.

"Hah? apaan? kolor?" tanya Niko menggaruk tengkuknya bingung sendiri.

Melihat itu membuat Aksa reflek memukul kepalanya, "warna itu dongo."

"Woles anjing! namanya juga salah dengar," kesal Niko setelah mendapat pukulan dari Aksa.

"Bedain mana congek sama dongo Nik," celetuk Alfian.

"Dah ah gue mau cangkulin tanah aja," gerutu Niko berdiri dari jongkoknya. Lelaki itu benar-benar pergi dari kelas sekarang. Sementara dua temannya terus melihat Niko pergi menjauh.

"Bocah edan gitu aja baper," ucap Aksa memegang belakang kepalanya heran.

"Biarin aja, lagi sensi tuh bocah gara-gara kemarin ditolak pulang bareng," balas Alfian santai sementara Aksa kembali mengeluarkan ekspresi heboh.

"NIKO DEMEN ORANG?? BUSET KOK GUE GAK TAU?" heboh Aksa menarik rambutnya tidak percaya.

"Gak usah lebay reaksi lu anjing," kesal Alfian melihat tingkah temannya, "gak tau juga demen apa kagak. Kemarin intinya si Kesya nolak ajakan dia pulang bareng," jelas Alfian masih dengan raut kesal.

"Lu tau dari mana?" Aksa mendadak ingin tahu jauh.

"Makanya kemarin abis bersih-bersih jangan langsung pulang. Ya kemarin gue barengan aja keluarnya dari sekolah, kejadian dah tuh acara Niko ditolak," ujar Alfian panjang lebar lalu diakhiri dengan dua pundak yang terangkat seolah tidak terlalu peduli dengan masalah itu.

"Itu si Jeplak takut gosip soal dia jadi makin kesebar. Dean noh salahin, siapa suruh teriak kayak gitu kemarin," celetuk Serra berdiri setelah akhirnya selesai mencampur warna cat.

Brayden tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka sembari menghela panjang, "gak nyangka gue progres pdkt udah sampai ditahap tolak menolak gini."

"Apasih anjir nongol tiba-tiba?" kesal Alfian hampir melayangkan kuas cat ke wajah Brayden.

EipluseiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang