Kedatangan Alicia ternyata tidak menimbulkan suasana canggung. Walaupun Dean masih sedikit takut saat dia ketahuan sudah saling kenal lama dengan Alicia.
Copen sendiri tidak mau ambil pusing dengan masalah pasangan ini, justru dia menjadikan dua orang itu wadah mengeluarkan unek-unek serta masalah yang sedang ia hadapi sekarang. Sepertinya sehabis jujur dengan Dean tadi, nyali Copen menyuarakan perasaannya mulai bangkit.
"Ini lo demen temen gue ya?" tanya Alicia memastikan, sekarang ketiganya duduk di ruang tamu Dean.
Copen mengangguk tidak gelisah seperti tadi, "belum valid 100% juga sih."
"Lo ngapain ikut tinggal di sini sih?" Dean mengalihkan topik, kedatangan Alicia ternyata didasari oleh kantong kresek yang ia bawa. Ibunya menitipkan daging lagi ke tetangganya.
"Gue mau ngobrol bentar sama Copen," jawab Alicia anteng, Copen juga hanya mengangguk seakan setuju dengan kehadiran perempuan itu di sini.
"Pen bego kok lo berani amat cerita ke ni cewek?" adu Dean pada Copen yang masih santai bertukar pikiran dengan Alicia, "gimana ntar kalo dia cepu ke Annel?"
"Setdah itu mah lo yang fitnah," bela Alicia merasa dirinya terus saja dipojokkan.
Kemudian perempuan itu kembali mendengarkan keluhan Copen, "jadi ini gimana? lo mau spek-spek petrus atau yaudah biarin aja perasaannya?" tanya Alicia kini.
"Kaga tau sih sebenarnya, bingung?" jawab Copen ala kadarnya, mengundang reaksi kesal dari Alicia.
Dean yang tadinya diam saja kini mulai ikut duduk bergabung, "tapi denger-denger Annel itu gamon ya?" tanyanya spontan membuat Copen melemas.
"Nggak sih? kabar burung itu mah, lo gampang percayaan sih," sanggah Alicia membuat Dean sedikit tersindir.
"Ngaca bego, di sini yang gampang di bego-begoin siapa coba selain lo," sambar Dean jadi emosi lagi. Padahal baru saja beberapa menit lalu dia berhenti mengamuk.
Alicia tidak merespon ucapan Dean, ia kembali pada sumber masalah hari ini, "Annel minusnya itu banyak temen cowok, plusnya banyak kok. Jadi lo tanggung resiko aja harus sering cemburu sama temen dia, contohnya Leo kemaren kan?" jelas Alicia disusul anggukan Copen yang setuju-setuju sama dengan ucapannya.
Posisi duduk mereka sekarang membuat Dean sedikit risih. Terlebih ketika Alicia mulai kembali bicara, Copen akan mendekatkan wajahnya ke Alicia perlahan. Dirinya selalu diabaikan dalam sesi pembicaraan kali ini.
Hal itu membuat Dean tiba-tiba berdiri dengan niat mengusir kedua orang itu dari rumahnya, "udah sono cerita berdua di rumah sendiri!" ucapnya mengibaskan tangan kesal.
"Apaan dah Den? gue curhat doang, kaga bakalan gue rebut cewek lo," desir Copen berhasil membuat lelaki pemilik rumah itu mengamuk. Berbeda respon, Alicia justru menikmati pertengkaran dua orang laki-laki di depannya, walaupun ia sadar maksud dari perkataan Copen tadi.
Esoknya rumah di kompleks itu kembali tersisa Dean dengan keluarganya yang lain. Pagi ini ia sudah siap setelah sholat subuh. Ayah atau yang lebih sering ia panggil Babeh pun sudah pasang gaya di teras rumah dengan surat kabar. Di era canggih ini, Babeh Dean masih memakai sistem jadul seperti berita dari surat kabar.
Sebenarnya ini masih terlalu pagi, jadi Dean memutuskan ikut duduk di teras rumah sembari menunggu matahari semakin tinggi.
"Ada daging lagi ye dari Alicia?" tanya Babeh Dean masih fokus membaca setiap kata dari surat kabar.
Dean melirik sebentar, "iya Beh, kemaren dia bawain satu kantongan."
"Tuh anak beneran baek ye? elu deketin sono, ajakin taaruf," celetuk Babeh Dean blak-blakan. Hal seperti ini sudah biasa bagi Dean, karna itu juga dia memutuskan untuk membenci sosok tetangganya itu. Semenjak kedatangan Alicia di kompleks ini, keluarganya sering menggoda bahkan menyuruh Dean terang-terangan berhubungan dengan Alicia. Walaupun kadang hanya terdengar seperti candaan, tetap saja itu mengganggu bagi Dean.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eiplusei
Roman pour AdolescentsSebuah kisah klise antara dua kubu yang punya dunianya masing-masing.