Perkumpulan hari ini sedikit berbeda dari biasanya. Agenda pertemuan akan ada jika sudah di tetapkan sebelum hari itu tiba. Namun sekarang menjadi pertemuan dadakan yang diciptakan Copen karena cerita bohongnya pada Annel.
Hampir semua terlihat emosi. Kali ini rumah hijau yang menjadi base camp adalah rumah milik Brayden. Pemilik rumah pun nampak tersulut emosi.
"Lo asbunnya lebih parah dari Aksa ya Pen," tekan Deren berkacak pinggang, sementara orang yang jadi biang keladi itu tersenyum ketir.
"Jadi ini gimana? gue gak bisa main musik samsek," Azrel ikut mengeluh, ia juga memegang pinggang sekarang.
Selesai berkata itu, ke tujuhnya menatap Dean bersamaan, "apaan liatin gue?" tanya Dean mulai merasa tidak enak, "kaga! kaga! gue gak mau nanggung beban, gila aja gue ajarin lo semua? ajarin satu aja kaga beres. Lagian gue juga gak bisa semua alat musik, cuma beberapa doang," sanggah Dean cepat segera berpindah tempat ke pojok kamar.
Niko mengusap wajahnya gusar, bahkan ia tidak menyentuh bola basket karna pusing, "ah tai nih bocah, lagian lo ngapain ngide bilang punya band sih monyet? kenapa gak sekalian aja lo bilang lo sesohib sama One Direction?" keluh lelaki itu kemudian.
"Gila-gila aja, siapa yang mau petrus siapa yang susah?" Deren kembali bersuara, ia juga sesekali memijat pelipis.
Perkara Copen yang mengatakan ingin tampil band ternyata sudah sampai ke mulut tetangga kelas bahkan sampai angkatan lain. Sekarang semuanya sedang memikirkan bagaimana cara tampil sebagai 'anak band'. Karena gosip ini, juga wali kelas mereka mendukung penuh. Pasalnya semakin banyak perwakilan kelas yang tampil, maka semakin bagus pula citra yang kelas itu hasilkan.
"Tuhan ada-ada aja hidup gue," Alfian bergumam, ia semakin malas marah karena temannya juga sedang dalam emosi yang sama. Kemudian ia melirik Aksa yang sedari tadi hanya diam, "lo kenapa gak ngereog?" tanya Alfian merasa aneh ketika lelaki itu lebih banyak diam dibanding bersuara.
"Gue mah setuju-setuju aja mau ngeband, makanya diem bang. Kan yang lain lagi ngamuk karna gak setuju, jadi ngapain gue ikutan ngamuk coba?" jelas Aksa membuat Alfian menyesal bertanya.
Copen yang mendengar itu spontan menoleh ke Aksa dengan wajah memelas, "emang lo doang Sa," ujarnya dramatis.
"Serius dulu anjing, lo mau kita diketawain orang karna ngebego di atas panggung?" Deren langsung menengah, "karna masih ada waktu sebulan, kita coba aja dulu."
"Hadeh gak segampang itu Ren, sumpah deh," Dean segera protes sembari mengambil gitarnya, "belajar kunci yang paling gampang gak langsung bisa Ren."
"Yaudah kita bawain lagu yang paling gampang aja Den, plis deh bantuin kita semua sekali aja," pinta Deren kemudian memelas memohon agar lelaki di depannya itu mau mengorbankan diri.
Lama berpikir, Dean menghela nafas panjang lalu duduk menatap semua temannya, "hadeh ntar gue tanya temen gue yang lain, minimal ada yang drum di belakang ntar, sama bass. Itu susah, terus ada yang bisa keyboard gak?" tanyanya sembari menjelaskan.
"Gue bisa dikit," jawab Brayden mengangkat tangan.
Dean yang sudah menjelaskan pun masih berpikir dan ragu, "sisanya ntar dicoba dulu," ia benar-benar frustasi sekarang. Rasanya semua beban sedang diberikan padanya.
Sementara acara kumpul di tempat lain berbeda. Para perempuan yang susah untuk dikumpulkan itu kini menjadi satu di dalam bilik Annel. Kamar yang membuat mata sakit sebab warnanya hampir dominan dengan pink.
Perkumpulan mereka terjadi lagi setelah hampir seminggu tak bisa kumpul karena alasan yang berbeda-beda, akhirnya mereka bisa lengkap lagi. Itu semua karena hari ini Bunda Annel membuat acara perayaan kecil di rumah untuk memperingati hari ulang tanun Abel.
Adik perempuan Annel yang sempat ditawari perayaan besar-besar justru menolak dan lebih memilih mengundang orang-orang terdekatnya saja.
"Bilangin Abel hadiah gue nyusul," seru Beby berbaring telentang dengan kepala di ujung kasur.
"Iya santai aja kali," jawab Annel melempari temannya itu bantal.
"Gak enak gue, mana lo semua pada bawa kado lagi, kok gue gak dikasih tau kalo mau lo semua mau bawa?" protes Beby mulai menunjuk satu persatu temannya.
Namun tak ada yang merespon, semuanya justru sibuk bermain ponsel masing-masing. Ada juga yang memilih mencatok rambut. Calsey menatap cermin serius takut terlewat beberapa helai rambut. Pemilik rumah juga tiba-tiba pergi dari kamar. Padahal niat Calsey tadi ingin menyuruh ahlinya untuk membantu menata rambut
Serra tiba-tiba bangun dari kasur lalu mendekat ke Calsey yang sendirinya sibuk di kaca rias Annel, "sini gue bantuin," tawarnya mungkin sudah bosan terus bermain ponsel di sini.
"Catok yang di belakang aja Ra," suruh Calsey langsung memberikan catok itu pada Serra. Kemudian perempuan itu melirik ke sekitarnya, "udah denger belom kalo Brayden sama temennya mau tampil ngeband?" tanya Calsey sengaja mengundang temannya bercerita.
Audryn yang tadi menatap layar ponsel itu sontak menoleh ke Calsey, "eh itu beneran? kata Brayden itu cuma bercanda?" komennya langsung terpancing oleh Calsey.
"Hubungan lo sama Brayden itu konsepnya gimana sih? gue bingung dah asli," Kesya yang salah fokus malah protes, "lo sama dia ini emang dasarnya kagak suka, istilahnya benci tapi kok malah deket?"
"Biasalah Jep, kalo kata orang mah enemies to lovers," tambah Alicia, kedua perempuan itu sekarang tertawa lepas.
Mendengar dirinya ditertawakan membuat Audryn melemparkan tatapan sinis, "bacot, gue selama ini diam-diam doang ya. Asal lo tau, gue udah tau kalian ngapain aja di belakang gue selama ini," kesal Audryn dengan nada ditekan, berharap temannya terintimidasi dengan perkataannya.
Namun tawa Kesya dan Alicia justru makin lepas, "iya-iya deh gue diem, kita mah nunggu late game," senggol Kesya pada lengan Alicia.
Annel masuk membawa potongan kue ulang tahun milik Abel. Kedatangan perempuan itu membuat spontan seisi kamar menoleh ke arahnya, "bagi rata," ucap Annel setelah itu semua tangan langsung berebut kue detik itu juga.
"Kayak orang susah lo semua anjing," umpat Calsey memilih menjadi satu-satunya orang yang tidak merebut potongan kue.
"Eh gimana Nel band lo?" tanya Freya begitu berhasil mengambil satu potong kue.
"Aman Frey," jawab Annel memberikan jempol, "lo pada wajib rekam gue terus post di ig, jangan lupa tag akun gue!" suruh Annel hanya mendapat raut kesal dari yang lain.
"Males tag akun yang isinya full pencitraan doang," cibir Serra baru saja selesai dengan rambut Calsey.
"Tangan lo abis makan kue udah lo cuci belom pas nyatokin rambut gue?" tanya Calsey sadar jika Serra juga ikut memperebutkan kue tadi.
Perempuan yang ditanyai itu hanya bergidik, tentu saja membuat Calsey tak berhenti mengomel, "lo jorok ya jorok aja anjing, jangan gue juga ikutan lo jorokin," kesal Calsey langsung mengecek bau dari rambutnya.
"Stop ngomong kasar, oma gue denger ege, mau lo semua pada diusir?" Annel buru-buru melerai kedua orang yang terlihat sudah siap kejar-kejaran di kamar itu.
"NIKO ANJING YANG TOXIC MULU!" sanggah Alfian kesal mendengar Dean tak berhenti menegur mereka yang sedari tadi mengeluarkan kalimat kasar.
"Babeh gue denger dongo, dia ngancem suruh lo pada diem atau dirukyah rame-rame," lelah Dean kini terhuyung jatuh ke lantai. Setelah diskusi panjang di rumah Brayden, mereka semua langsung pindah ke rumah Dean.
"Emang rukyah ngaruh ama orang kristen?" tanya Aksa dengan raut polosnya. Melihat itu membuat Alfian tak tahan ingin melayangkan satu pukulan ke wajah Aksa.
"Ngaruh, gue siram lo pake air baptis anjing," kesal Dean justru kelepasan mengumpat.
"Gimana sih tuan rumah? dia negur tapi dianya sendiri yang kayak gitu," Niko bereaksi dramatis sembari menutup mulutnya tak percaya.
"INI ALASAN KENAPA GUE GAK PENGEN NGUSULIN RUMAH BUAT TEMPAT LO PADA MANGKAL," frutasi Dean mengacak rambutnya hingga berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eiplusei
Teen FictionSebuah kisah klise antara dua kubu yang punya dunianya masing-masing.