Pelajaran dimulai dengan begitu saja seperti biasanya. Para sirkel Audryn pun sama, Beby yang hampir tidur di mata pelajaran Biologi lalu ada Calsey yang sibuk menjedai rambutnya. Mapel pertama selesai, barulah mungkin ada cerita lagi yang terselip di sana.
Seperti saat ini, Aksa sedang mendekat ke bangku Freya sambil membawa buku tulisnya. Kegiatan itu sudah lama terjadi semenjak satu bulan terlewatkan. Apa yang di lalui oleh mereka hanya mereka yang tau.
Lelaki itu menarik kursi di samping bangku Freya yang kebetulan kosong. Aksa langsung duduk di sana, "kemarin lo udah jelasin mate-matika umum kan, sekarang bantu jelasin materi yang tadi guru kasih," pinta Aksa langsung setelah dia duduk.
"Elah jauh-jauh lo bucin," Alicia langsung menanggapi dengan raut kesal. Ia mengibaskan bukunya dengan isyarat menyuruh dua orang itu pergi.
"Makanya punya doi sono," timpal Aksa sengaja, namun entah kenapa reaksi Freya hanya tertawa. Perempuan itu sama sekali tidak komplain ketika sedang di sindir terang-terangan oleh temannya semenjak sebulan lalu.
"Males? hidup gue masih banyak hal pentingnya daripada cowok melulu," balas Alicia melirik sinis ke dua orang di sebelahnya.
"Elah tuh congor udah mirip sama si Dean," ucap Aksa berhasil membuat emosi Alicia tersulut.
Kemudian mereka semua dikejutkan oleh kehadiran anak IPS yang kelasnya termasuk jauh dari kelas MIPA. Lelaki yang sebenarnya sudah diketahui banyak orang, sebab ia kerap kali tampil dalam acara sekolah. Maleo atau seringkali dipanggil Leo. Dia anak yang satu band dengan Annel, jadi tentu sudah jelas kedatangannya kemari untuk apa dan pada siapa.
"Annel ada gak?" tanya Leo di pintu tak sadar jika Annel duduk di ujung hingga tertutupi oleh pintu.
Audryn spontan mencari temannya, "ANNEL ADA YANG NYARI!" teriak perempuan itu kepada Annel yang hanya berjarak dua bangku dari dirinya.
"Gak usah teriak monyet! orangnya udah denger!" kesal Kesya yang berada di samping Audryn. Pemilik nama yang sedang dicari itu spontan memunculkan diri dari balik pintu. Annel mengambil tas kecil berisikan beberapa alat untuk menambal riasan tipisnya yang mulai runtuh karena suhu.
"Ra gue kumpul dulu ya sama anak band," pamit perempuan itu pada teman sebangkunya Serra.
"Yoi semangat buat anak band yang lain," Serra sendiri memberi kata penyemangat sebelum temannya pergi untuk berlatih.
Tidak ada yang berubah drastis ketika perempuan dengan nama Annel itu keluar, semua biasa saja. Apalagi para temannya, pemandangan Annel yang sibuk dengan anak band adalah makanan sehari-hari bagi mereka. Agenda sibuk Annel dimulai saat akan ada acara di sekolah. Pada waktu itu juga banyak ekstrakulikuler yang sibuk menyiapkan sesuatu, seperti anak band. Mereka akan menyiapkan penampilan di acara merayakan hari kemerdekaan nanti.
Alfian menyenggol bahu Copen yang mendadak membatu. Agenda bermain kartu para lelaki itu juga selalu jadi makanan sehari-hari, Putra memberikan isyarat pada Alfian agar menyuruh temannya fokus pada permainan.
"Pen turun anjing!" umpat Alfian tersulut emosi tak direspon sama sekali oleh Copen.
Lelaki itu tersentak sedikit, "maafin atuh tadi otak maneh ngeblank dikit," sahut Copen langsung menurunkan kartu ke meja.
"Stop ngesunda monyet, kaga paham gua," protes Putra membalas kartu yang diturunkan Copen. Lalu lelaki itu mendesah lelah, "hadeh gue udahan deh, mendadak panas gue liat Aksa bareng Freya," keluh Putra meletakkan semua kartunya ke atas meja.
"Yaelah kayak baru aja lo liat mereka kayak gitu," timpal Alfian menatap temannya yang sudah terkapar lesu, "lagian masih banyak cewek, ngapain sih demen yang Aksa taksir?" lelaki yang tadi hanya menimpali itu mengganti segmen bicaranya menjadi teguran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eiplusei
Teen FictionSebuah kisah klise antara dua kubu yang punya dunianya masing-masing.