30. Maaf deh

15 2 0
                                    

Dean hampir saja melayangkan tendangan ke wajah Aksa. Pertanyaan yang tidak terduga itu justru membuatnya makin kesal. Ia sudah panik setengah mati, sembari dalam hati menyiapkan jawaban dari pertanyaan yang akan dikeluarkan Aksa.

Copen dengan cepat menarik Dean yang sudah dipenuhi Emosi, "Den sadar Den, Abah maneh teh ustadz!" teriaknya menahan lelaki itu.

"ALFIAN TOLONG GUE!" teriak Aksa berlari ke belakang Alfian. Ia mencoba berlindung di balik punggung Alfian.

"Gak anjir, urus sono masalah lo sama Dean," gertak Alfian menarik lengan Aksa agar keluar di balik punggungnya.

Niko memukul drumnya agar mereka semua tenang. Karena suara sekarang sungguh berisik bukan main. Deren melirik sebentar, lalu ia berjalan mendekati Dean yang masih ditahan oleh Copen.

"Udah Den gak usah ngamuk," ujar Deren menepuk pundak Dean.

Paham dengan situasi yang dibuat oleh Deren, akhirnya Brayden menjadi perwakilan untuk bicara pada Aksa, "Sa serius deh yang ini udah parah banget main lo."

Azrel memilih menonton dulu, dia harus merekam semua adegan di kepalanya sebelum nanti dirangkum menjadi sebuah cerita baru. Copen juga merasakan Dean sudah berhenti menahan diri, ia langsung melepaskan tangannya dari lengan Dean.

Aksa menundukkan kepalanya, "iya-iya deh maaf, gue tadi kaget banget pas liat notif Dean, soalnya-"

"Gue kaga sodaraan goblok," potong Dean masih terdengar emosi. Kemudian ia menghela nafas agar tidak meninggikan suara, "gue sama Alicia tetanggan. Dia sekomplek sama gue, bahkan sampingan," jelas Dean mencoba tenang.

Aksa mengangguk-ngangguk, "oh bilang dong."

"Monyet, lo tadi aja langsung nyimpulin. Ah tau deh terserah lo Aksa, gue udah capek," Dean berdecak kesal. Walaupun tidak menggertak, emosinya masih sangat jelas.

Copen berdehem sebentar, "gini deh Sa, sebenarnya kita lucu-lucuan aja kalo singgung soal temen Audryn. Gue gak tau aslinya iya bener atau nggaknya ya, itu terserah kalian lagi bener apa nggaknya. Iya lo bisa isengin kita sama mereka tapi jangan kelewat batas. Periksa isi hp orang itu langgar privasi, dan itu gak banget. Lo sampai buka-buka isi roomchat Dean kan? Sa itu sumpah ganggu banget, main lo jangan sampai kelewatan dan buat orang kesinggung kayak gini. Kalo udah begini, lo mau ngapain sekarang?" tutur Copen mencoba menjelaskan pelan.

"Gue mau minta maaf," ujar Aksa masih menunduk memegang dua tangannya.

Dean sendiri hanya diam di tempat, ia juga bingung mau merespon bagaimana.

Aksa kemudian mendekat pelan pada Dean, "Den...maaf ya, janji gue gak buka-bukaan privasi lagi, tapi...," ia menjeda, "gue gak bisa janji gak bakal gangguin lo lagi."

"Sa serius dulu," tegur Deren.

"Iya serius, gue merasa bersalah sumpah Den. Gue jadi gak enak sama lo, serius gue minta maaf, janji gue gak ngulang lagi," histeris Aksa berlutut di depan Dean sambil ia tarik tangan lelaki itu memohon ampun.

Dean masih acuh, ia memanfaatkan sedikit kejadian ini untuk membuat Aksa berlutut di depannya.

"Udah Den anjir anak orang kek orang bloon," sahut Azrel menggunakan mic.

"Emang bloon kan dia," timpal Alfian di sampingnya yang ternyata sedari tadi tertawa menonton kejadian ini.

"Biarin sih, emang Aksa harus dibikin kapok sesekali," Niko juga ikut menimpali.

Azrel menatap dua orang itu, "lo berdua emang gak punya perasaan ya," komennya sedikit dramatis.

Deren menyenggol tubuh Dean yang masih diam, "ngomong ege, lu juga gak sopan ngacangin orang yang udah tulus minta maaf gitu," tegurnya kemudian.

Dean menarik nafas panjang lalu mengajak Aksa agar ia berhenti berlutut di depannya, "iya gue maafin. Sebenarnya gue gak peduli lagi kalo lo ceng-cengin gue sama temen Audryn, cuman gue males aja kalo kalian pada tau gue sama Alicia tetanggan," ucapnya dengan emosi yang mulai mereda.

"Emang kenapa Den? takut ya lo Alicia kita samperin?" pancing Brayden membuat Dean spontan melemparkan tatapan sinis.

Aksa yang tadi tertawa mendengar ucapan Brayden itu berhenti ketika di tatap sinis oleh Dean, "ya intinya gitu! udah kan? jadi lo mau tau apalagi soal gue sama Alicia? gue sama dia? gak ada apa-apa! tetanggaan doang, apa lagi? nyokap deket sama Alicia? iya deket? orang tetanggan, kan tiap hari ketemu mulu. Jadi tanyain aja, gue udah muak anjing, gak berhenti-berhenti ni drama persirkelan bajingan, kalo aja kemaren Copen gak bablas ngomong ngeband, kita gak bakal kayak gini, si Azrel gak akan pusing mindahin alat caleg bokapnya, kalo aja kemarin kita gak pusing nyari tempat latihan, Alfian juga gak bakal ngamuk karna ketauan demen Calsey-"

"Kapan gue bilang demen anjing?" potong Alfian pada ucapan Dean yang panjang lebar itu.

"Kata Aksa," tunjuk Dean langsung pada Aksa yang tadi terus melongo mendengarkan ucapan Dean.

"Kata Aksa Al, enemies to lover," tambah Deren membuat Alfian berdecak kesal. Ia heran, kenapa tiba-tiba jadi dirinya yang dimaki di sini.

Azrel mengetuk-ngetuk mic, "jadi ini udah kelar? atau ada tambahan gosip baru?"

"Gue! gue ada gosip soal drummer kita!" Copen mengangkat tangannya semangat. Semua langsung menatap Niko.

Lelaki dengan mata sipit itu menghela kesal, "gue apaan lagi anjing?" umpatnya langsung kesal.

"Niko mau sparing!! lo semua kudu nonton, dan gue denger-denger dari coach kita, si Niko teh semangat pisan latihannya, bahkan dia hampir tiap hari mangkal di rumah coach, gue curiga dia demen tetangga coach gue," heboh Copen menjelaskan, tak lupa dibumbui dengan logatnya.

"Dih? lo kenapa bilang gue demen tetangga coach?" cibir Niko menatap Copen tak suka.

"Nebak aja sih, ya masa lo demen nyokapnya? eh? lo demen nyokapnya Nik?" Copen mulai berasumsi aneh-aneh.

Niko mencibir lagi, "ya kaga lah tolol, lagian demen mulu anjing topik lo, emang kalo orang demen bentukannya gimana?" mendengar ucapan Niko itu membuat Dean menoleh curiga.

"Sumpah ye gue benci banget pertanyaan kayak gitu. Copen kemarin nyekek gue sambil nanyain itu, kalian kalo demen orang kagak usah pake acara goblok kayak Copen, cari aman aja. Caranya? ya ngaku, jangan denial kalo kata Brayden," timpal Dean akhirnya kembali ke mode biasa. Lelaki yang akan terus menegur kesal jika ia greget.

Brayden mengangguk setuju dengan ucapan Dean, "betul tuh, yang udah ketauan siapa aja nih? Copen, Alfian, sama lo kan Den?" tunjuknya pada Dean. Lelaki itu langsung memberikan tatapan sinis.

"Kalo semisal maneh pada teh ngaku, kita bisa usaha buat bantu nyomblangin," Copen menimpali, ucapan itu membuat yang lain bergidik ngeri. Pasalnya lelaki ini sudah terlalu terang-terangan dengan perasaannya.

"Iya kan lo doang bajingan yang kepincut warga sono!" kesal Niko ingin melempar Copen dengan stik di tangannya.

"Udah deh, ayo latihan!" Azrel menegur lewat mic, sebab suara mereka yang bercampur jadi satu itu berisik sehingga sulit bagi Azrel untuk mencari perhatian.

Latihan kembali dilanjutkan sampai Isya.

EipluseiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang