26. Para manusia melankolis

20 3 0
                                    

Walaupun keadaan di kantin sedang chaos, Copen masih menyempatkan diri untuk belajar beberapa kunci gitar. Tujuh temannya pun tidak peduli dan memilih mengisi perut masing-masing daripada meladeni tingkah aneh Copen.

Lelaki itu masih terlihat frustasi, sesekali ia acak rambutnya ketika salah nada. Pemandangan seperti ini selalu memancing siapa saja apalagi orang yang memang menyukai musik.

Pelaku yang kemarin datang ke kelas mereka pun tertarik melihat Copen, sehingga Leo mendekat ke arah lelaki itu.

"Gitar apaan nih?" tanya Leo tanpa tau siapa yang ia ajak bicara.

Copen sadar siapa yang tiba-tiba mendatanginya, ia mendengus sebal dengan terang-terangan memperlihatkan wajah sinis, "kaga tau," jawab Copen acuh.

Leo sempat bingung dengan lelaki di depannya lagi, ia mencoba berpikir positif dengan menganggap mungkin pembawaan Copen memang begini, "eh temannya Annel gak sih?" tanya Leo lagi-lagi mencoba basa-basi.

"Hoh," Copen menjawab dengan asal lagi. Lelaki itu tidak menatap Leo sama sekali, ia memilih sibuk dengan gitarnya sendiri.

Karena merasa diabaikan, Leo meninggalkan Copen sembari menggaruk tengkuk belakang, ia berpikir apakah dia punya salah dengan orang ini? "aneh amat dah tuh orang."

Tak jauh dari tempat para lelaki itu kumpul ternyata ada Audryn beserta ke tujuh temannya yang lain. Jika dibicarakan dari sudut pandang mereka dengan kejadian sebulan lebih ini, sebenarnya hampir tidak beda jauh. Namun mereka lebih memilih tidak terlalu membicarakan masalah dengan sirkel sebelah demi menjaga kenyamanan ketika berkumpul. Apalagi reaksi Audryn ketika mendengar langsung cerita dari para oknum yang terlibat langsung, perempuan itu memilih tau dari sudut pandang sendiri saja daripada harus di jelaskan menurut sudut pandang ke tujuhnya.

Ia biarkan semua berjalan saja seperti biasa, walaupun mungkin nanti mereka benar-benar berhasil berhubungan, Audryn benar-benar sudah tidak peduli lagi.

Sangat berbanding terbalik dengan kasus sebelah, beberapa dari mereka justru khawatir benar-benar jatuh. Tapi ada juga yang mulai menerima perasaan sendiri, walau masih dengan setengah hati.

Niko kembali melancarkan hasrat buruknya. Sisa air putih seribuan yang ia beli digunakan untuk menyirami orang yang Niko kenal. Salah satu korbannya adalah Azrel yang baru saja hendak mengisi ulang air minum.

Terjadilah kekacauan yang membuat kantin lebih berisik dari sebelumnya. Sehingga para perempuang yang duduk di ujung kantin itu menyadari keberadaan teman Brayden.

"Liat tuh monyet, kalo kita yang berisik kayak gitu pasti diusir," desir Audryn masih sedikit tidak terima kejadian yang sudah lewat sebulan lalu itu.

"Masih aja lo ungkit malih," timpal Calsey menghela nafas, walaupun menjadi salah satu orang yang ditegur saat itu, tetap saja sesuatu jika sering dibahas akan terdengar memuakkan.

"Gue punya teh hanget tapi gak bisa gue spill," celetuk Alicia tiba-tiba. Semuanya jadi fokus ke perempuan itu.

"Spill, lo pikir lo bisa lari setelah mancing kita kepo kayak gitu?" tekan Calsey menjadi garda terdepan jika ada cerita hangat.

"Gak bisa, gue udah janji gak bakal bocor," Alicia panik, ia mencoba menjelaskan pelan-pelan agar temannya tidak salah paham.

"Yaudah clue aja Al," pinta Freya, ia juga tetap seperti manusia pada umumnya. Selalu penasaran dengan gosip.

"Annel?" ucap Alicia ragu, Annel yang disebut namanya itu pun spontan melayangkan tatapan bingung. Ada apa dengan dirinya?

"Annel punya cowok baru?" terka Beby langsung disanggah oleh pemilik nama itu.

EipluseiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang