Jika dilihat dari perkembangan alur cerita cinta Copen dan Aksa, kedua orang ini memiliki kesamaan. Mereka berdua sama-sama berani mengekspresikan perasaan sendiri, oleh karena itu keduanya sering mendapat bagian yang lebih banyak dari enam lelaki lainnya.
Walaupun sempat mengalami dilema panjang dengan perasaan sendiri, Copen berhasil mengungkapkan perasaan sebenarnya pada yang lain. Sedangkan Aksa memang sudah sedari dulu tidak punya batasan perkara perasaannya. Lelaki ini memilih jujur dari awal, sehingga ia tak pernah merasa khawatir dengan respon temannya. Sebab Aksa pikir, hal ini jika dibiarkan begitu saja akan menjadi hal biasa pula bagi mereka.
Sayangnya masih ada enam karakter yang memilih menyangkal perasaan dan tetap diam. Tak heran jika mereka justru sudah tau masing-masing namun memilih bungkam dan membiarkan semua berlalu begitu saja.
Lalu apakah dalam beberapa bulan ini mereka akan tetap di situ saja?
Seperti yang dikatakan sebelumnya. Mereka bungkam dan bergerak dalam diam. Sehingga satu sama lain nyaris tak sadar jika sudah ada momen yang dibangun oleh masing-masing dari mereka.
Minggu ini Aksa dengan agenda mematainya kali ini bersama dengan Copen. Lelaki itu akan berdiskusi panjang tentang apa yang sudah ia temukan sejauh ini. Kamar dengan pajangan lukisan bunda Maria itu berantakan, tentu saja sang pemilik sudah bersikeras membereskannya.
"Sumpah teh mata aing meni gatal liat kamar maneh," Copen yang mendadak OCD itu terus menghela nafas melihat selimut Aksa yang berserakan, seperti bekas tadi pagi yang belum dibereskan.
"Udah duduk dulu, dengerin dulu gosip yang bikin lo ngerasa terkhianati!' seru Aksa menggeser barang tak berguna seperti charger, kupluk, hingga kaus oblong yang lupa dimasukkan ke lemari. Sebenarnya Aksa bukanlah orang yang kotor, tapi pagi tadi ia heboh sendiri sampai lupa membereskan kamar. Apapun itu hanya dirinya yang tau.
"Ini konsepnya bukan Ajrel lagi yang demen gosip, lu kesambet apaan dah mendadak punya banyak cerita gini?" kembali ke logat biasa, Copen berceloteh masih tak mau naik ke kasur.
"Sebenarnya ini dari mulut kelas lain dan orang yang gue kenal Pen. MAKANYA DUDUK DULU BIAR GUE JELASIN EGE!" greget Aksa tak tahan melihat Copen terus mengeluh.
Karena temannya mulai emosi, Copen langsung duduk dan pasang telinga siap mendengar cerita Aksa.
"Gini ya Pen, sejauh ini kan kita berdua orang yang ngaku demen temen Audryn-"
"Ini lu gosipin temen Audryn?" potong Copen.
"Diem anjing, dengerin gue dulu," umpat Aksa kesal ceritanya terus terpotong oleh Copen.
"Gue pernah denger dari Brayden, udah lama banget pokoknya! pokoknya dia itu ketemu Audryn di gereja terus dia iseng ngomong gimana kalo kita semua double date-"
"Lu masih kekeuh aja monyet jodohin mereka," potong Copen mulai tidak enak mendengar cerita Aksa.
"DEMI TUHAN, NI ORANG ALAT BICARANYA BISA DIHILANGIN DULU KAGA SIH?" kesal Aksa sekali lagi karena ceritanya dipotong.
"Nah gue lanjut. Intinya si Brayden iseng doang. Ternyata di hari yang sama, kita semua ketemu. Waktu itu lo ketemu Annel karna kumpul keluarga kan? gue ketemu Freya karena beresin lab, dan sisanya-"
"Sisanya baru asumsi lo doang?" potong Copen namun ia bertanya kali ini.
"Kaga anjir, inget dulu kita semua chat malamnya tapi abis itu chatnya tenggelam doang, kayak kaga ada apa-apa samsek," Aksa mencoba menjelaskan lagi sambil menarik turun isi pesan grup mereka.
Copen semakin bingung, "apaan dah Sa? gue gak mudeng anjing. Bisa gak lo simpulin aja? otak gue mumet kalo disuruh inget momen yan udah lewat," sanggahnya mulai lelah dengan tingkah Aksa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eiplusei
Novela JuvenilSebuah kisah klise antara dua kubu yang punya dunianya masing-masing.