Chapter 1

1.1K 122 28
                                    

Happy Reading 💜

•••

Jennie mengunci dirinya di kamar kost yang sempit itu dengan keadaan temaram.

Jennie mencengkeram erat kepalanya dan kembali mengingat ucapan lelaki yang baru di kenalnya dua hari yang lalu karena insiden tak terduga itu.

Tiba-tiba kedua tangannya turun dan menyentuh perut ratanya.

Apakah benar di sini terdapat kehidupan?

Kepalanya kembali menggeleng kencang seolah menolak kenyataan itu.

"Tidak! Aku tidak mengandung bayi siapapun! Tidak ada janin di dalam perutku! Tidak ada!" serunya seolah menenangkan diri sembari mengangguk meyakinkan.

Namun, tak lama dari itu rasa mual mendadak muncul membuat Jennie terpaksa berlari menuju kamar mandi dan memuntahkan isi perutnya.

Hanya cairan kuning yang keluar dari sana sebab sejak siang tadi ia belum mengisi perutnya.

Rasa perih terasa di perutnya. Ia merasa kelaparan dan mual secara bersamaan.

"Akhhh... Kepalaku pusing sekali!" Jennie menatap pantulan dirinya di cermin wastafel, rautnya terlihat pucat dan lemas.

Setelah membasuh wajah, Jennie keluar dari kamar mandi untuk mencari makanan yang berada di dapur.

Tapi nihil. Semua lemari serta kulkas tidak ada makanan selain air dalam botol.

"Ah! Aku baru ingat kemarin lusa membeli roti di kantin," Jennie berjalan menuju tasnya sembari memegang perut.

Ia buka tas ranselnya dan menemukan roti coklat berada di dalam tasnya.

Gadis itu mengukir senyum seolah baru saja mendapatkan harta karun dan segera memakan roti itu dengan lahap bak tidak makan selama satu minggu.

Setelah teringat akan sesuatu, Jennie merogoh saku roknya dan menemukan beberapa lembar uang.
"Aku harus membeli alat tes kehamilan, aku masih tidak percaya bahwa aku sedang mengandung saat ini."

Jennie lantas meminum minumannya dan lekas pergi dari sana. Tapi, tanpa gadis itu sadari roti yang telah ia makan telah berjamur dan berhasil masuk ke dalam lambungnya.

•••

"Kau yakin alat tes kehamilan ini untuk ibumu?"

Dengan keringat dingin yang sudah membanjiri keningnya Jennie mengangguk gugup, "Ya, Ibuku menyuruhku untuk membelinya karena sejak kemarin ia terus mual."

Apoteker itu menatap Jennie penuh curiga, melihat dari raut wajahnya saja sangat kentara jika Jennie yang sedang mengandung.

"Wajamu kenapa pucat?"

Jennie menelan ludah kasar mendengar pertanyaan itu.

"Mm.. Ak-aku sedang tidak enak badan. Oh iya, sudah ada alatnya?"

Apoteker itu segera memberikan dua buah testpack yang Jennie minta san memberikannya pada gadis itu.

Setelah membayar, Jennie lantas pergi karena suhu tubuhnya mendadak panas dan kepalanya dilanda pusing yang amat sangat.

HEARTBEAT| taennie Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang