Part Awal Mula

11 0 0
                                    

Sepertinya saya akan mengetik ini 2 hari sekali, hehe. Tapi tidak janji. Mengingat banyak juga yang hars saya kerjakan di kehidupan saya. Yang jelas, tentang dia selalu menjadi topik yang menyenangkan.

Iya, dia selalu menjadi topik yang menyenangkan untuk saya ceritakan kepada teman-teman. Meskipun saya tahu bahwa kemungkinan gosip lama akan beredar kembali alias saya yang kelihatan bucin sangat, saya tidak masalah dan saya tidak peduli. Yang jelas, dia bersama saya.

Saat itu hari rabu saya memakai hoodie berwarna maroon. Saya berangkat ke kampus dengan buru-buru hingga saya skip sarapan yang jelasnya saya tim sarapan pagi. Kelas dilaksanakan jam 8 sesuai jadwal. Namun ternyata saya salah paham. Kelas libur secara keseluruhan satu kampus. Iya, saya sia-sia datang terburu-buru hingga skip sarapan saya. Dan saya tidak ingin pulang karena saya sudah menyiapkan outfit untuk keluar, bukan untuk pulang.

Akhirnya saya menelpon dia apakah dia bersedia jika menerima saya di kampusnya dengan cara membiarkan saya duduk di perpus kampusnya. Saya tidak masalah jika ditinggal karena dapat dipastikan saya akan sangat betah tinggal di perpustakaannya hingga dia selesai kelas.

Iya, menunggunya di kampusnya hingga selesai kelas merupakan salah satu wishlist date saya, haha.

Tapi seperti yang saya sampaikan sebelumnya, dia bilang bahwa dia tidak pernah berpacaran. Iya, untuk pertama kalinya dia berpacaran dengan saya. Saya sempat meragukannya. Tapi mengingat kejadian-kejadian yang terjadi saat dia berinteraksi dengan saya rasa-rasanya seseorang yang pernah berpacaran tidak akan melakukan seperti itu. Berikut beberapa contohnya, pada awal-awal pacaran, dia selalu minta evaluasi jika perlakuannya ada yang membuat saya tidak nyaman. Setiap bertemu dan saya melakukan hal yang berbeda, saya meminta dia untuk berkata bahwa saya cantik (ya betul, saya haus validasi dan saya tidak peduli karena saya meminta validasinya kepada pacar saya). Dia selalu bertanya apakah saya nyaman jika disebelahnya.

Hal-hal tersebut membuat saya berpikir bahwa betapa beruntungnya saya memilikinya. Tapi itu masih awalan. Saya masih takut untuk terlalu berharap terhadapnya.

Kembali pada kejadian hari itu. Jika dipikir-pikir, itu kali kedua kita bertemu dan saya tidak ingin kehilangan daya ingat saya tentang bagaimana wajah pacar saya, haha. Jadi, oleh sebab itu saya memperhatikan baik-baik bagaimana fisik pacar saya. Tentu saja hanya satu yang tidak berubah, dia tetap tinggi.

Karena saya di kampusnya dari pagi jam pertamanya kelas sampai jam terakhirnya kelas. Jadi dapat dipastikan bahwa saya di kampusnya dari pagi sampai sore. Lucunya bahkan dia sama sekali tidak mengkhawatirkan saya apakah saya sudah makan atau belum di tempat dimana pacarnya sama sekali tidak tahu bagaimana keadaan lingkungan tersebut. Iya, saya paham pemikirnannya bahwa saya membawa bekal dan dia melihatnya. Pikirnya jika saya lapar saya akan memakan bekal saya sendiri tanpa perlu diingatkan atau doajak oleh dia. Tapi tidakkah dia memastikan bahwa pacarnya apakah kelaparan atau tidak? Memiliki kesusahan atau tidak?

Pengalaman sedikit mengherankan sekaligus lucu.

'Gini amat pacaran sama pemula'

Tapi dia meminta maaf dengan amat sangat. Meskipun bisa dikatakan bahwa itu ada campur tangan tindakan dari ketololan saya, dia tetap meminta maaf karena kurang perhatian sama saya.

Lucu sekali pacarku itu.

Kita makan dan melanjutkan untuk dia mengerjakan tugas dan saya sedikit merevisi tentang tugas akhir saya.

Saya kira untuk saya yang introvert, saya tidak akan bisa lama-lama bersama dia. Niat awal jika sudah maghrib tiba, saya akan pulang.

Tapim kenapa saya memilih untuk menetap sampi jam 10 malam? Kenapa saya memilih untuk tetap bersamanya hingga dipenghujung hari padahal saya sudah di luar rumah dari pagi hari? Kenapa saya nyaman berada di sampingnya? Apa aku mulai nyaman dengannya?

Jika berpicaraan tentang perasaan, bagaimana perasaan saya pada waktu itu, saya akan berkata dengan jelas bahwa saya tidak tahu. Yang jelas, saya masih ingin bersamanya jika diperbolehkan waktu berhenti sejenak karena saya masih ingin bersamanya. Jika tidak salah, foto dalam cerita ini juga diambil pada hari tersebut.

Saya pulang pada jam 10 malam. Karena saya membawa motor, saya pulang sendirian. Ditengah perjalanan, saya masih tidak menyangka.

'Apakah dia pacar saya?'

'Apakah sekarang saya punya pacar?'

'Bagaimana caranya berpacaran?'

'Bagaimana cara membahagiakan pacar?'


Ya, saya mulai merasa jika saya oon seketika.





Surabaya, 13 Desember 2023

MonokromTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang