Sebenarnya jujur, aku bingung memberi judul apa pada bab ini karena kali ini aku ingin mengetik tentang dia (lagi). Judul bab ini aku ambil dari posisi aku mengetik bab ini. Aku mengetik ini pada jam 01.16 dini hari selepas menelpon mas pacar. Entah, jujur mengantuk sangat tetapi aku ingin sekali mengetik tentang dia lagi dalam ceritaku. Atau mungkin bisa disebut dengan diary versi online? Entah.
Telepon hari ini membahas tentang LDR dan masalalunya. Yup, aku memintanya untuk bercerita tentang kisah-kisah asmaranya sebelum bertemu denganku. Apakah aku cemburu? Tentu saja iya. Tapi aku tekankan ke dalam diriku bahwa dia dan aku juga sama-sama memiliki masalalu. Namun masa kini dan masa depan adalah milik kita bersama.
Aku mengetahui secara lengkap bagaimana saat pertama kali dia menyukai wanita hingga pertama kali dia berpacaran. Lucu juga. Ternyata dia adalah laki-laki yang effortless jika memang tidak benar-benar niat. Apakah aku juga diberlakukan dengan demikian ya?
Bolehkah aku berpikir bahwa aku bisa mengenalnya lebih dalam melalui cerita-cerita yang dia ceritakan?
Dari seluruh cerita yang dia ceritakan, benang merah yang dapat disimpulkan adalah dia menyukai perempuan yang membuat dia tenang dan damai. Dia memerlukan pertemuan. Tapi dia cukup jika hanya diberi pesan teks. Dia menyukai seseorang entah melalui interaksi atau melalui kriterianya.
Dia menyukaiku karena apa?
Cerita tentangnya selalu menjadi topik yang menyenangkan.
Aku nyaman sekali bercerita dengannya dan senang sekali mendengar cerita-ceritanya. Aku senang ketika dia belajar untuk memahamiku. Aku senang ketika kita mulai mengobrol dipenghujung hari. Aku senang ketika aku mendengar suara tidurnya.
Apakah dia nyaman akan hal itu?
Pertanyaan itu masih sering terlintas di kepalaku tiap kali dia sudah tertidur duluan. Sebelum bertemu denganku, dia dapat tertidur dengan lelap dan nyaman tanpa harus berbincang dahulu denganku, mendengarkan ceritaku, bahkan tak jarang kita berdebat sedikit karena beda pandangan.
Apa aku benar-benar tidak mengganggu dirinya? Apakah dia tidak jengkel tiap kali ketika dia lelah seharian tapi masih harus meresponku? Bahkan, sesekali aku marah ketika dia tiba-tiba tertidur padahal aku tau bahwa dia sedang kelelahan atau memang sudah mengantuk sangat.
Iya, maaf. Kadang suka lupa diri bahwa kamu juga butuh istirahat dan aku masih belum bisa untuk memahamimu.
Apakah aku sudah sedikit bisa untuk mengerti dan memahaminya dengan baik?
Terkadang diri ini menjadi egois di waktu yang tidak tepat. Bagaimana jika ternyata aku memang belum bisa memahami dan mengerti tentang dia dengan baik? Bagaimana jika selama ini aku hanya memahami dan mengerti tentang diriku sendiri? Bagaimana jika ternyata selama ini aku memerhatikan diriku sendiri? Bagaimana jika ternyata selama ini dia tidak mendapatkan perhatian dariku dan dia merasa tidak dipahami olehku?
Bagaimana jika ternyata segala tentangnya salah. Karena ternyata selama ini aku salah memahaminya, salah menilainya, salah mengerti tentang dirinya.
Apa selama ini aku memahaminya dengan baik?
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom
Romance"Sebelumku kenal kamu, duniaku kelabu," "Dan kau datang membawakan cinta, yang tlah lama kunanti," "Oh, kasihku. Kau membuat dunia, indah dijalani," There's nothing special if it doesn't have him in it