Entah kenapa akhir-akhir ini banyak sekali hal yang aku pikirkan. Entah tentang tugas akhirku, bagaimana kehidupan selanjutnya aku ketika aku sudah lulus kuliah, apakah aku mendapatkan pekerjaan yang matang atau justru semua rencana-rencanaku berubah total. Aku takut tidak bisa menghadapi kenyataan jika semua yang aku rencanakan tidak sesuai dengan jalan yang terjadi sebenarnya.
Tidak berpikir jauh pun, aku juga memikirkan hal-hal yang akan datang dalam jangka waktu dekat ini. Aku semakin sadar bahwa tugas akhirku terus mengalami kemajuan yang sesuai dengan rancanaku tapi usungguh aku juga takut dengan semua yang akan menghadangku kedepannya. Yang pasti akan lebih sulit dari yang sekarang aku hadapi. Aku tidak siap untuk itu.
Entah kenapa aku menjadi bukan orang yang ambis lagi meskipun aku tetap merencanakan untuk menjadikan diriku yang terbaik daripada yang lalu-lalu. Tapi sejujurnya, aku mulai lelah mengejar semuanya. Tapi aku sadar bahwa, ketika aku tidak memaksimalkan usahaku untuk menjadi yang terbaik, aku akan menjadi stres yang berkepanjangan dan akan membuat diriku insecure di kemudian hari.
Aku juga takut semester depan pacarku benar-benar sibuk. Tentu saja aku akan selalu mendukung semua kegiatan kuliahnya asalkan masih benar dan aku akan berusaha memahami dan mengerti segala tentang kesibukannya. Aku bahkan rela menukar waktu kita dengan waktu kegiatan kampusnya. Aku bahkan menginginkan dia sibuk dari semester sebelumnya. Aku selalu meyakinkan dia bahwa aku baik-baik saja dan aku pastikan bahwa keberadaanku akan selalu mendukungnya dan akan selalu memahami bahwa tentangku bisa dijadikan nomor kesekian.
Tapi jauh di lubuk hatiku adalah aku takut jika semua yang aku ucapkan tidak bisa aku laksanakan dengan baik. Ingat jika omong doang itu mudah, bukan? Aku takut jika kenyataannya aku tidak bisa memahaminya. Aku takut jika kenyataannya aku akan menuntut dia atas waktu yang seharusnya aku relakan demi kepentingan kuliahnya. Aku takut gagal menjadikanya percaya bahwa aku akan mendukung setiap keputusan apapun yang dia putuskan. Aku takut mulai mempermasalahkan sibuknya padahal aku sudah berkata bahwa aku akan memahaminya. Aku takut bahwa aku akan menjadi penghalang yang sempurna atas keberhasilannya dalam akademiknya. Aku takut jika ternyata lebih baik aku memang tidak sama dia dan ternyata aku tidak pantas menemaninya karena aku sangat buruk dalam perihal menemaninya dan dia bisa mendapatkan yang lebih baik dari aku.
Pertanyaan itu terus berdatangan setiap malam. Aku tentu saja tidak berani menanyakan hal itu setiap hari karena aku takut dia akan muak dengan pertanyaanku yang selalu sama dengan aku yang selalu ingin diyakinkan bahwa aku bisa melalui semuanya termasuk dengan menghadapi dirinya untuk semester depan yang akan datang.
Aku takut jika baiknya dia tidak bersamaku. Aku takut jika seharusnya dia tidak mengenalku. Aku takut jika memang bersamaku tidak membuatnya senang apalagi tenang. Aku takut pikiran-pikiran negatifku membuatnya penat dan aku takut dia mulai lelah untuk menenangkan dan meyakinkanku bahwa semua akan baik-baik saja.
Aku takut jika dia mulai berpikir bahwa memag aku sebenarnya tidak bisa untuk ditemani. Aku takut dia mulai tidak nyaman dengan berisiknya kepalaku. Aku takut dia mulai tidak tahan dengan semua pertanyaan sama yang selalu aku pertanyakan padahal jawabannya juga sama. Aku takut jika memang bersamaku dia tidak bahagia.
Ketika diluar sana terlalu berisik dan dia pulang kepadaku untuk mendapatkan tenang. Ternyata aku jauh lebih berisik dari dunia luar sana dan dia tidak mendapatkan rasa tenang itu dari diriku.
Aku takut jika tenangnya harus dilakukan sendirian seperti dulu saat dia belum bersamaku. Aku takut dia berpikir bahwa ternyata lebih menyenangkan saat sebelum bersamaku. Aku takut dia menyesal telah bertemu dan bersamaku sampai saat ini.
Bahkan memang baiknya dia menghadapi semuanya sendiri tanpa aku yang selalu mengganggunya dengan seluruh isi kepalaku, bukan?
Tapi aku mau dia, Tuhan.
Aku ingin egois bahwa aku ingin dia bersamaku dalam jangka waktu yang panjang dan jika diperbolehkan aku ingin bersamanya dalam sisa waktu seumur hidupku.
Aku ingin menjadi orang yang paling dia cari ketika membutuhkan tempat tenang. Aku ingin menjadi orang yang paling dia cari ketika dia butuh tempat untuk istirahat. Aku ingiin jadi orang yang paling dia cari ketika semesta menjahatinya. Aku ingin menjadi orang yang paling dia cari ketika dia buth perlindungan. Aku ingin menjadi orang yang paling dia cari ketika tidak ada 1 orang pun yang berada di pihaknya. Aku ingin menjadi orang yang paling dia cari ketika dia membutuhkan dukungan . Aku ingin menjadi orang yang paling dia cari ketika dia bingung harus kemana. AKu ingin jadi orang yang paling dia cari ketika dia mersa semesta tidak adil padanya.
Aku ingin menjadi orang seperti itu meskipun aku sadar bahwa masih banyak kurangku, masih banyak hal yang terlalu berisik di kepalaku, masih perlu banyak hal untuk memahaminya dengan baik.
Aku ingin dia tidak sendirian lagi karena aku akan berusaha selalu bersamanya.
Surabaya, 13 Februari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom
Romance"Sebelumku kenal kamu, duniaku kelabu," "Dan kau datang membawakan cinta, yang tlah lama kunanti," "Oh, kasihku. Kau membuat dunia, indah dijalani," There's nothing special if it doesn't have him in it