H-7

4 0 0
                                    

Tidak terasa ternyata seminggu lagi cerita ini diberikan kepada tujuan pembaca sebenarnya. Mulai berpikir apakah hal ini cukup membuatnya bahagia. Soalnya memang hanya ini saja yang aku siapkan untuk ulang tahunnya yang pertama kalinya denganku. Tidak tau sih. Soalnya katanya kalau hanya kalimat yang diketik itu efortless. Jujur waktu dia bilang gitu aku cukup kesindir karena memang selama ini aku lebih banyak mengungkapkan perasaanku hany lewat kata-kata daripada tindakan. Karena selama ini aku tidak mendapatkan kasih sayang melalui kata-kata jadi aku merasa disayang ketika aku mendapatkan kata-kata yang ingin aku dengar dari orang yang aku sayang. Mungkin itu sebabnya aku lebih sering mengungkapkan perasaanku melalui kata-kata.

Aku selalu penasaran dengan reaksinya ketika membaca tulisanku ini. Apakah sampai bisa membuatnya menangis atau hanya sekedar, 'oh, terima kasih.' Apakah aku bisa membuatnya bahagia di hari istimewanya, Tuhan?

Besok dia ke kotaku. Ya karena senin dia mulai melakukan perkuliahan dan aku mulai melakukan magang. Seperti yang sudah aku tebak sebelumnya, semester kali ini aku akan sangat disibukkan dengan kegiatan-kegiatan untuk semester akhirku. Tentu saja, aku membutuhkan partner seperti dia. Dia dengan segala pemikirannya membuatku jatuh cinta berkali-kali terhadapnya. Aku menginginkan partner seperti itu. Aku menginginkannya.

Omong-omong soal pemikiran, aku dibuat jatuh hati lagi dengan pemikirannya. Tadi siang atau sore aku lupa tepatnya, kita membahas bagaimana jika dia mendapatkan beasiswa S2 secara gratis tapi dengan syarat tidak boleh menikah sedangkan kita sudah ada rencana untuk menikah. Dengan yakin dan meminta pengertian dariku, dia memilih untuk melanjutkan S2-nya. Tentu saja aku ingin menjadi partner terbaik dalam hidupnya. 

Awalnya aku memberikan respon yang menjengkelkan untuknya. Tentu saja akan jengkel. Aku saja jika memiliki partner seperti itu juga akan jengkel. Tapi kembali aku tekankan bahwa aku akan menjadi partner terbaik dalam hidupnya. Akan kudukung semua cita-cita dan impiannya. Akan kusiapkan diriku untuk selalu berada di sampingnya agar selalu bisa menemaninya. Akan kurelakan waktu kita jika dia membutuhkan lebih banyak waktu untuk menggapai cita-citanya.

Tapi yang aku takutkan adalah, bagaimana jika tujuan kita sudah berbeda? Aku takut jiak semua yang aku omongkan tidak bisa aku lakukan. Bukankan memang berbicara lebih mudah daripada melakukannya, bukan? Aku takut jika mulai tidak bahagia lagi atas bahagianya. Aku takut jika aku merasa sendirian dalam hubungan ini. Aku takut jika aku merasa hanya aku yang menginginkan hubungan ini karena dia lebih mementingkan mimpi-mimpinya daripada harus hidup bersamaku. Aku takut jika bersamaku malah membuatnya terbebani daripada menjadi support system dia yang baik. Aku takut jika bersamaku, dia mulai merelakan mimpinya. Aku takut jika aku tidak bersedia menemani mimpi-mimpinya. Aku takut jika aku mulai lelah menunggunya sedangkan dia sudah kehabisan tenaga untuk terus memotivasiku bahwa garis finish akan segera sampai. Aku takut jika aku tidak pantas menemaninya. Aku takut jika bersamaku dia mulai tidak bisa menemukan kenyamanan untuk mengobrol denganku. Aku takut jika mengobrol denganku sudah tidak menemukan keasikannya dimana.

Aku takut, Tuhan. 

Aku takut jika bahagianya sudah tidak menjadi bahagiaku juga.

Aku takut jika aku harus membuatnya antara memilih pendidikannya atau memilihku padahal janjiku adalah aku tidak akan menjadi penghalang antara dia dan mimpi serta tujuannya . Tidak akan aku buat dia bingung untuk memilih antara aku dengan mimpinya karena aku pastikan aku akan mengalah dan membiarkan dia menggapai mimpinya. Aku takut jika aku tidak bisa merealisasikan apa yang sudah aku janjikan kepadanya. Karena manusia tidak ada yang tahu, bukan?

Aku menyayanginya, Tuhan. Aku ingin menjadi temannya yang bisa dia ajak untuk berkembang bersama. Aku ingin menjadi kakaknya yang akan selalu bisa untuk diajaknya berdiskusi. Aku ingin menjadi adiknya yang bisa dia isengin sebagai tanda sayangnya. Aku ingin menjadi sosok ibu yang akan selalu menuntunnya ketika dia mulai menuju jalan yang salah . Aku ingin menjadi pasangannya yang bisa menjadinya tempat beristirahat dari kesibukannya. 

Aku sadar, aku tidak sesempurna itu untuk bisa melaksanakan semua sosok yang dia butuhkan. Tapi aku ingin dia cukup denganku. Aku ingin dia cukup memahami dan memaklumi kekuranganku daripada harus mencarinya di perempuan lain. Aku ingin dia hanya padaku, Tuhan. Maaf jika terkesan memaksa tapi sama dia melalui semuanya terasa menyenangkan.

MonokromTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang