Ini hari kesekian setelah bertemu dengannya kemarin di kotanya. Aku masih merindukannya. Yang entah kenapa tiap kali setelah kita bertemu, rindu itu kian bertambah. Seperti tidak ada artinya dalam pertemuan tersebut. Tapi tentu saja, bertemu dengannya adalah hal yang selalu aku nantikan.
Tak bosan aku mengetik bahwa aku merindukannya. Justru aku bingung dengan orang-orang yang sudah menjalani hubungan yang cukup lama. Bagaimana bisa mereka menahan rindu untuk tidak bertemu setiap hari? Apa lagi untuk mereka yang ldr dengan butuh biaya dan waktu yang lebih banyak dariku.
Jujur sebenarnya menempuh perjalanan ke kotanya tidak membutuhkan waktu dan biaya sebanyak itu. Hanya saja aku memang ingin melatih diriku untuk menjalani hubungan ldr ini. Ya, siapa tahu dia nanti kerja atau dinas ke luar provinsi atau bahkan ke luar pulau yang memang benar-benar tidak bisa ditemui.
Apa aku bisa melewati itu semua ya? Bagaiman kalau dia bertemu dengan orang yang lebih baik dariku?
Selama menjalani ldr ini, aku selalu berpikir bagaimana jika kita menjalani ldr yang sesungguhnya dengan waktu yang sebenarnya tidak sesenggang ini ditambah sinyal yang tidak selancar sekarang. Ya meskipun sinyal dari wifiku juga tidak selancar itu sih. Bagaiman jika dia tidak selalu bisa dihubungi? Bagaimana jika dia hanya bisa dihubungi sehari sekali saja? Apa aku sanggup untuk melaluinya? Ditambah kita setiap malam telepon.
Bahkan, aku menulis ini saat kita sedang melakukan telepon tetapi dia saat ini sedang tertidur. Iya, benar ucapannya bahwa sainganku sebenarnya hanya tentang tidurnya.
Aku tau bahwa terlalu mencintai seseorang tidak baik. Entah tuhan mengujiku melalui dia atau Tuhan mengambilnya dariku. Tapi aku mohon, Tuhan. Yang kali ini jangan diambil. Aku ingin menjaganya juga. Aku ingin membahagiakannya juga. Aku ingiin menyayanginya dengan baik. Aku janji aku akan menjaganya dengan baik. Meski aku sadar bahwa terkadang aku menyakitinya dengan sengaja ataupun tidak. Tapi aku benar-benar ingin berhenti di dia.
Tapi, jika memang ujungnya kita harus berpisah, biar aku yang tersakiti. Biar aku jadi pihak yang disakiti. Karena aku memang ingin menjaganya dengan baik. Aku tidak ingin sengaja menyakitinya. Aku ingin dia bahagia sampai akhir denganku. Meskipun mungkin sakitku juga menjadi bahagianya, aku mau.
Maaf jika terkesan egois dengan diriku sendiri, tapi dia orang baik. Ya meskipun, orang baik tidak akan menyakiti orang lain. Tapi tentu saja manusia tidak ada yang sempurna. Selain itu, bagaimana pun bentuk perpisahannya, yang namanya berpisan tidak ada yang baik-baik saja. Jadi, biar semua ketidak baik-baiknya itu aku semua yang tanggung. Biar dia saja yang bahagia sampai akhir. Karena aku sadar, bahkan sampai aku mengetik ini, aku masih belum bisa membuatnya bahagia dengan penuh ketika bersamaku.
Hidupnya yang awalnya damai tentram, tanpa harus memperhatikan bagaimana keadaan orang lain, bagaimana perasaan orang lain, bagaimana ikut merasakan masalah orang lain, tiba-tiab datang aku dengan segala masalahku di hidupku. Entah bagaimana bisa dia dengan segala tentangnya mau menerima aku dengan segala luka dan masalahku.
Hidupnya yang awalnya tidak ada hujan badai yang tiba-tiba datang dan sekalipun itu datang, dia bisa menghadapinya, ketambahan hujan badai dari kehadiranku. Bagaimana bisa dia juga dengan sabar menghadapiku.
Apa dia memang tidak ingin menyerah tentangku? Bagaimana jika diakhir dia menyesali bertemu dan menerimaku.
'Harusnya aku tidak menerimanya di hidupku yang awalnya baik-baik saja dan tidak ada masalah besar datang sebelum aku menerima kehadiran orang ini,'
Bagaimana jika suatu saat nanti pikiran itu datang kepadanya, Tuhan?
Bagaimana jika selama ini memang aku menyusahkannya?
Bagimana jika memang seharuhnya aku tidak ada dalam hidupnya?
Bagiamana jika memang kehaidranku dalam hidupnya buakn menjadi sebuah hadiah indah dalam ulang tahunnya nanti tapi malah jadi boomerang baginya?
Apa aku memang sepantas itu untuk menerima perasaannya, Tuhan?
Apa memang perasaannya baiknya ditujukan untukku?
Bagaimana jika memang baiknya dia seharusnya tidak menerimaku saja?
Tapi diluar semua pertanyaan itu, aku bersyukur ada di posisi ini. Aku bersyukur karena dia mencintaiku meskipun aku masih belum percaya bahwa aku pantas mendapatkannya. Aku bersyukur karena saat ini yang bersamaku adalah dia saat aku benar-benar membutuhkan seseorang lebih dari sekedar gorila. Aku benar-benar bersyukur saat aku dicintai dengan sedemikian kali olehnya. Aku bersyukur bahwa dia tetap memilihku meskipun banyak opsi yang aku tawarkan termasuk meninggalkanku sebelum ini semua terlalu jauh.
Aku bersyukur memilikinya. Aku benar-benar bahagia memilikinya. Aku benar-benar ingin membuatnya nyaman saat sedang disebelahku.
Tolong, Tuhan. Aku mohon ini untuk yang terakhir kalinya.
Surabaya, 11 Februari 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
Monokrom
Romance"Sebelumku kenal kamu, duniaku kelabu," "Dan kau datang membawakan cinta, yang tlah lama kunanti," "Oh, kasihku. Kau membuat dunia, indah dijalani," There's nothing special if it doesn't have him in it