Prolog

4.8K 288 10
                                    


Selamat membaca





Di kediaman Mahendra, pukul 15.00.Terlihat seorang laki laki yang sedang duduk dan membaca sebuah novel.Pemuda tersebut bernama Lucas yang merupakan anak pertama keluarga Mahendra.

"Dasar adik nggak ada perasaan... abang lu dibully, kagak ada nolong lu," umpat Lucas.

Lucas sedang membaca novel *The Unvalued Sibling*, diceritakan di novel tersebut bahwa ada seorang anak laki laki yang selalu dibully disekolah nya.Tetapi ia tidak bisa melawan mereka karena kondisi tubuhnya yang lemah.Walaupun adik dari sang laki laki ini juga bersekolah disana ,tetapi entah mengapa ia sangat enggan untuk menolong abangnya itu.

Belum membaca sampai habis, ia dikejutkan oleh dering ponselnya.

*Drrtt... drrttt* bunyi dering ponsel Lucas.

"Siapa yang nelpon sih?" ucap Lucas, lalu melihat nama yang tertera di ponselnya. Ternyata adiknya yang menelpon yaitu Aslan.

Lucas pun segera mengangkat teleponnya.

"Bang Lucas, jemput gue dong, bang. Di sekolah, gue udah pulang nih," ucap Aslan.

"Iya, abang jemput kamu. Tunggu aja di depan sekolah," ucap Lucas.

"Oke, bang. Gue matiin ya teleponnya," kata Aslan mengakhiri percakapan.

"Iya, tunggu di sana. Jangan ke mana-mana," kata Lucas, setelah itu ia mematikan teleponnya.

Setelah itu, Lucas menaiki motornya dan menuju ke sekolah adiknya. Tapi di tengah perjalanan tiba tiba turun hujan yang cukup deras.

"Aduh, hujan lagi. Nanti kalau Aslan kedinginan gimana ya?" Dengan perasaan khawatir, Lucas mempercepat laju motornya.

Tapi karena jalan yang licin akibat hujan, dan juga karena ia melajukan motornya terlalu cepat, akhirnya motornya terpeleset dan menabrak sebuah pohon.

"Aslan, maafin abang nggak bisa jemput kamu..." Itu adalah kata terakhir yang diucapkan Lucas sebelum ia menutup matanya.

---

Di sisi lain terlihat juga seorang laki laki yang tubuhnya penuh dengan luka bernama Reygan.Ia selalu saja dibully pada saat disekolah.Walaupun ada adiknya yang bernama Xavier juga bersekolah di sana ,tetapi ia selalu enggan menolong abangnya itu

"Xavier, bisa bantuin abang nggak?" ucap Reygan meminta tolong kepada adiknya.

"Dasar lemah. Gimana bisa jadi abang kalau lu gitu? Kalau dibully tuh lawan, jangan diem aja," sarkas Xavier.

"Maafin abang kalau abang bikin kamu malu karena kondisi abang kayak gini," ucap Reygan.

"Ngaku juga lu lemah. Mending mati aja deh daripada nyusahin," ucap Xavier tanpa mempedulikan perasaan Reygan.

"Kalau kamu mau abang mati, waktu abang mungkin nggak lama lagi... tapi boleh ya peluk abang buat terakhir kalinya?" Minta Reygan dengan mata berkaca-kaca.

Xavier pun terdiam. Ia merasa sedih mendengar ucapan abangnya, tapi ia tetap mempertahankan egonya.

Xavier tidak mempedulikan ucapan Reygan dan malah pergi ke luar tanpa mengucapkan apapun.

"Uhh... penyakit sialan ini kambuh lagi," umpat Reygan karena kepalanya mulai pusing dan dadanya mulai sesak.

"Xavier, maafin abang..." ucap Reygan sebelum menutup matanya.

To be continued...

Maaf ya kalau ada salah dalam penulisan atau apapun itu soalnya aku masih pemula.

The invisible brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang