Bab 9 (Alergi)

2.4K 177 0
                                    

Selamat membaca




Sebelum baca bantu komen sama vote ya teman teman!


"Xavier, nanti temenin aku ke mall, yuk. Aku mau beli baju baru soalnya udah pada ketinggalan zaman baju aku," ucap Evelyn lembut.

"Kan kamu baru beli baju dua hari yang lalu, Sayang. Kok beli lagi?" tanya Xavier.

"Kan udah ganti model lagi, Sayang... boleh yaa?" ucap Evelyn sok sedih.

"Iya, buat kamu apa sih yang enggak," ucap Xavier sambil mengecup pipi Evelyn.

"Khmm... khmm... aduh, kayaknya kita setan, ya? Gak kelihatan," ucap Angkasa karena iri dengan pasangan tersebut.

"Iya, kita mah cuma setan numpang lewat," sahut Arka menyahut lagi.

Xavier hanya diam menatap mereka tajam.

"Eh, bercanda gua mah, jangan dibawa ke hati, lah. Hehehe," ucap Arka karena sadar dengan tatapan mematikan Xavier.

"Apaan sih, kan memang kita ibarat setan. Mereka asyik berdua, bahkan sampai ciuman gitu. Gua sebagai jomblo iri dengan mereka," ucap Angkasa yang masih belum sadar dengan tatapan Xavier.

Melihat temannya belum sadar dengan tatapan Xavier, Arka dan Aska langsung mengkode Angkasa dengan tatapan mata agar temannya itu sadar.

"Eh... Xa... Xavier, gua cuma bercanda kok, jangan dianggap serius, lah. Hehehe," ucap Angkasa gagap karena ditatap tajam oleh Xavier.

Untung tidak lama kemudian bel berbunyi sehingga mereka menuju kelasnya masing-masing.

"Uh, untung bel. Kalau enggak, mati gua dihajar Xavier," batin Angkasa.

Saat jam pulang...

"Lio, Geo, mau ngerjain kapan tugasnya?" tanya Reygan sambil menuju parkiran untuk mengambil motornya.

"Sore aja nanti. Lu kirim alamat, sama siapin makanan aja," ucap Leo.

"Aman itu, oke gua pergi dulu," ucap Reygan lalu langsung mengendarai motornya meninggalkan sekolah.

Setelah itu, Leo dan Geo pun pulang ke rumah masing-masing untuk berganti pakaian dan izin ke orang tua mereka.

Setelah sampai di mansion-nya, Reygan pun langsung masuk ke dalam dan memarkirkan motornya.

"Assalamualaikum," ucap Reygan lalu masuk ke dalam. Ternyata, di sana juga ada teman-teman Xavier yang sedang berkumpul di ruang tamu, termasuk Evelyn.

"Bang Reygan udah pulang?" tanya Evelyn basa-basi.

Tanpa menjawab pertanyaan Evelyn, Reygan langsung menuju kamarnya.

"Xavier, Bang Reygan gak suka sama aku, ya?" tanya Evelyn ke Xavier sambil menunduk.

"Enggak usah peduliin dia. Kan nanti kita ke mall, kan? Jangan sedih, ya," ucap Xavier menenangkan Evelyn.

"Iya... Xavier, aku boleh pinjam dapur kamu gak? Aku mau bikin kue kacang," ucap Evelyn kembali ceria.

"Boleh kok. Tumben kamu pengen bikin kue?" tanya Xavier.

"Pengen aja, hehehe. Yaudah, aku ke dapur dulu yaa," ucap Evelyn.

Setelah kue dari Evelyn matang, dia memanggil Xavier dan teman-temannya untuk memakan kue itu bersama.

"Teman-teman, kuenya udah matang nih. Ayo ke sini, makan dulu," panggil Evelyn kepada mereka.

Mereka pun memakan kue tersebut.

"Maaf ya kalau kuenya gak enak," ucap Evelyn.

"Enak banget, weh. Jago juga lu bikin kue," ucap Arka.

"Iya, enak banget. Kapan-kapan bikin lagi, ya," ucap Angkasa menimpali.

Saat mereka sedang makan kue tersebut, Reygan sedang ke dapur untuk mengambil air.

"Bang Reygan, ayo ke sini. Aku buat kue kacang. Bang Reygan mau gak?" tanya Evelyn dan menyodorkan kue tersebut saat melihat Reygan.

Reygan hanya melirik sebentar, lalu ingin kembali ke kamarnya tanpa menjawab apapun.

"Dasar gak tau terima kasih," sarkas Xavier, menghentikan langkah Reygan.

"Tau apa lu soal terima kasih? Emang lu pernah terima kasih pas gua ngasih sesuatu ke lu? Kagak kan? Malah lu buang. Sebelum ngomong, lebih baik sadar diri," ucap Reygan.

Perkataan Reygan membuat Xavier terdiam.

"Lagi pula gua alergi kacang. Lu pengen gua cepet mati?" ucap Reygan melanjutkan sambil menekan kata 'mati'.

Setelah itu, Reygan pergi ke kamarnya, meninggalkan Xavier yang masih mencerna ucapannya.

"Hiks... hiks... Bang Reygan benci sama aku ya?" tanya Evelyn sambil menangis, menghentikan lamunan Xavier.

"Enggak kok, Sayang. Kan kamu gak tau Bang Reygan alergi kacang," ucap Xavier menenangkan Evelyn.

Sedangkan teman-teman Xavier? Mereka tidak mau ikut campur tentang masalah keluarga Xavier.

To be continued...

The invisible brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang