Selamat membaca
•
•
•
•
•"Hello semua," suara seorang perempuan menghentikan pembicaraan mereka tentang Perempuan itu yang ternyata adalah Evelyn Caroline pacar dari Xavier.
"Hai, sayang, kamu kenapa nggak bilang mau ke sini?" tanya Xavier kepada Evelyn sambil membawanya duduk bersama mereka.
"Kejutan dong, hehehe. Kamu nggak suka ya aku ke sini?" ucap Evelyn sedih.
"Enggak kok, sayang. Malah aku seneng kamu ke sini," jawab Xavier mesra, lalu mencium pipi Evelyn.
"Ehem... Ehem... Berasa dunia milik berdua ya. Kita semua cuma setan numpang lewat," sindir Arka kepada Xavier dan Evelyn.
"Aska, jangan nyari gara-gara deh lu," ucap Aska memperingatkan kembarannya karena melihat tatapan tajam dari Xavier.
"Yakan memang bener, hehehe. Bercanda doang, Xavier," gagap Arka saat baru sadar ia ditatap tajam oleh Xavier.
"Ada-ada aja kalian," ucap Evelyn kepada mereka.
"Oh ya, tadi kalian lagi ngomongin apa? Kayaknya serius banget," tanya Evelyn penasaran.
"Ngomongin abangnya Xavier tuh," jawab Arka.
"Bang Reygan? Ada masalah apa lagi emang?" tanya Evelyn dengan nada khawatir.
"Aneh aja, masa tadi Bang Reygan nolongin Xavier dari geng Aodra. Padahal mereka berlima, dan Bang Reygan sendiri, tapi mereka yang kalah," jelas Angkasa dengan antusias.
"Kok aneh ya? Coba kalian pikir deh, Bang Reygan yang tadinya lemah gitu bisa berantem. Aku khawatir geng Aodra sama Bang Reygan kerja sama, jadi biar Bang Reygan kelihatan keren di mata kalian," ucap Evelyn memanas-manasi mereka.
"Jangan berpikir negatif dulu, siapa tahu Bang Reygan beneran berubah," ucap Aska menasihati mereka.
"Apa bener Bang Reygan memang sengaja nyuruh geng Aodra nyerang gue?" batin Xavier bimbang.
"Drtt... Drtt..." suara telepon Xavier menghentikan pembicaraan mereka sementara.
"Assalamualaikum, Xavier," ucap sang mama dari seberang telepon.
"Wa'alaikumussalam, Ma. Ada apa?" tanya Xavier.
"Udah malem, Xavier, pulang. Jangan keluyuran," perintah sang mama menyuruh Xavier pulang.
"Oke, Ma. Sebentar lagi aku pulang," jawab Xavier, lalu mematikan sambungan teleponnya.
"Guys, gue pulang dulu ya, udah ditelepon nyokap gue," pamit Xavier kepada mereka.
"Oh oke, lu pulang aja," ucap Vano.
"Vel, ayo aku anter kamu pulang dulu, baru aku pulang," ajak Xavier kepada Evelyn.
"Oh, ayo. Teman-teman, aku pulang dulu ya, bye," pamit Evelyn kepada mereka.
"Iya," jawab mereka serempak.
Setelah itu, Xavier mengantar Evelyn ke rumahnya, lalu langsung pulang.
"Udah pulang, Den?" ucap Mang Ujang, pekerja di mansion Dirgantara saat melihat Xavier memasuki halaman.
"Udah, Mang Ujang. Saya masuk dulu ya," jawab Xavier. Setelah itu, dia menyimpan motornya, lalu masuk ke mansion.
"Assalamualaikum, Ma, Pa," ucap Xavier.
"Wa'alaikumussalam," ucap sang mama dan papa bersamaan.
"Mandi, ganti baju dulu sana. Mama mau nyiapin makanan," perintah sang mama.
"Oke, Ma. Abang udah pulang?" tanya Xavier.
"Udah, masih di kamarnya," jawab sang mama.
"Oke, Ma," ucap Xavier, lalu menuju ke kamarnya untuk bersih-bersih.
Beberapa lama kemudian, makanan sudah siap di meja. Sang mama, papa, dan Xavier sudah duduk di meja makan.
"Mama panggil Reygan dulu ya, tunggu sebentar," ucap sang mama.
Lalu sebelum menaiki tangga ternyata Reygan sudah turun dari kamarnya terlebih dahulu.
"Nggak usah, Ma. Aku udah turun kok," ucap Reygan menuruni tangga.
"Penampilannya berubah," batin Xavier saat melihat penampilan Reygan.
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
The invisible brother
Genç Kurgu[SEBELUM BACA JANGAN LUPA VOTE YA !!!] Lucas Gabriel Alexander, kakak dari Aslan Argantara Alexander, adalah seorang penggemar novel. Suatu hari, ia membeli sebuah novel berjudul "The Unvalued Sibling". Novel tersebut bercerita tentang Reygan Raymon...