Bab 8 (Teman baru)

2K 156 0
                                    

Selamat membaca





"Reygan, lu sekolompok sama kita aja, kekurangan anggota juga kita," kata seorang siswa yang menghampiri Reygan. Namanya Leondra Dileon, panggil saja Leo.

Reygan memandangi mereka sebentar, lalu menyetujui ajakan mereka.

"Oke, gua mau, tapi nanti kita ngerjain di mana?" tanya Reygan.

"Di rumah gua gak bisa, lagi ada acara soalnya," jawab Leo.

"Di rumah gua juga gak bisa, ada acara keluarga," sahut siswa yang bersama Leo, bernama George Emerson Armand. Panggil saja Geo.

"Yaudah, di rumah gua aja. Jam 2 kumpul," jawab Reygan.

"Yaudah, tapi rumah lu di mana? Kita gak tau, jirr. Kalo kesasar gak lucu," jawab Leo.

"Nanti gua share location. Nomor HP kalian berapa?" tanya Reygan.

Setelah itu, mereka saling menyebutkan nomor HP masing-masing.

"Yaudah, gua ke kantin dulu. Soal tugas kita bahas nanti di grup," ucap Reygan menyudahi pembahasan mereka.

"Gua ikut, Rey," sahut Leo.

"Gua juga mau ke kantin, sekalian aja," sahut Geo menimpali.

"Hmm," jawab Reygan sambil menganggukkan kepala, lalu mereka segera menuju ke kantin bersama.

Saat di kantin, setelah mendapatkan tempat duduk yang kosong...

"Leo, pesenin dong bakso sama teh manis buat gua," perintah Geo.

"Enak aja, gua yang mesen. Lu aja sono," sahut Leo, tak terima.

Karena kesal dengan perdebatan mereka berdua, Reygan mengambil uang Rp100.000 dari dompetnya dan memberikannya kepada Leo.

"Pesenin bakso tiga porsi. Kembaliannya buat lu," ucap Reygan.

"Serius lu? Oke deh, gua yang pesen!" ucap Leo semangat.

Tak lama setelah Leo pergi, Xavier dan kawan-kawan datang ke kantin, tentunya bersama Evelyn. Ketika mereka datang, kantin mulai heboh, terutama para siswi, karena mereka berlima termasuk dalam jajaran most wanted di sekolah itu.

"Ah, Vano cool banget, jirr!"

"Huaaa, Xavier ganteng banget!"

"Angkasa, I love you!" ucap salah satu siswi, yang dibalas senyuman dan kedipan mata oleh Angkasa, membuat siswi itu semakin histeris.

"Arka ganteng, kiw kiw!"

"Aksa juga ganteng banget, pinter lagi, paket komplit banget."

"Itu Evelyn hoki banget, jirr, bisa bareng mereka," ucap salah satu siswi iri.

Lalu, mereka mencari tempat duduk yang masih kosong. Setelah menemukannya, mereka segera duduk, dan tentu saja Evelyn duduk di samping Xavier.

"Siapa yang pesen?" tanya Evelyn.

"Arka, pesen sono lu," ucap Angkasa.

"Enak aja, lu aja yang pesen," ucap Arka balik.

"Hah... Arka, lu aja yang pesen. Nih uangnya, kembalian buat lu aja," ucap Xavier menengahi dan memberikan uang Rp200.000 kepada Arka.

"Oke, kalian pesen apa?" tanya Arka.

"Gua pesen nasi goreng aja," ucap Aksa.

"Aku juga mau nasi goreng ya," ucap Evelyn dengan nada lembut.

"Yaudah, samain aja semua, nasi goreng," kata Xavier. Setelah itu, Arka pergi membeli pesanan yang lainnya.

"Xavier, itu bukannya Bang Reygan, ya? Kok gak ke sini? Biasanya tiap jam istirahat ke sini mulu nganterin bekel buat lu," ucap Aksa.

"Iya, jirr, mana bekelnya enak lagi. Xavier aja nih gak tau makanan enak, malah dibuang," ucap Angkasa menimpali.

"Ga tau gua," jawab Xavier singkat, seakan tidak peduli, padahal dia juga bingung kenapa sifat abangnya berubah.

"Perbaiki sebelum lu nyesel," ucap Vano menasehati Xavier. Setelah itu, Xavier terdiam mendengar ucapan Vano.

Tiba-tiba Arka datang membawa nasi goreng dan minumannya, dibantu oleh ibu kantin.

"Weh, ada apa nih kok diem-dieman gini?" tanya Arka, memecah keheningan.

Tidak ada yang menjawab pertanyaan Arka, dan Arka, yang mulai mengerti situasinya, tidak melanjutkan pertanyaannya.

Saat mereka selesai makan, Evelyn terlihat ingin berbicara dengan Xavier.

"Ada apa, Evelyn? Kok kamu kayak mau ngomong sesuatu?" tanya Xavier, yang peka terhadap pacarnya itu.

"Xavier..."

To be continued...

The invisible brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang