Catatan 19

31 2 2
                                        

Grup posko ramai membicarakan hari ini. Tentang ucapan terima kasih, semangat, do'a, dan semua ucapan baik karena kelegaan acara Agustusan ini usai dengan luar biasa bagus. Karang taruna, anak-anak, bahkan warga desa yang lain pun ikut memberi kami masukan positif dan menuai kebahagiaan. Fadli sebagai ketua pelaksana acara ini menjadi orang paling bahagia, dan...penyakit narsisnya kambuh lagi.

Dari magrib menyapa, Fadli paling aktif membalas obrolan di grup. Padahal kita satu rumah, tapi seperti terhalang benua.

[Fadlun: Jam 8 kita kumpulan ya guys. Tenang, Aa kasep ini nggak ngasih kerjaan kok ><]

[Andin: Dli, lu depan gue, ngobrol langsung bisa, kan?]

[Fadlun: Jelas nggak dong Andin sayang, semua member harus tahu.]

[Elu teriak-teriak dari tadi kita harus kumpulan ya Fadlun, mana ada member yg gak tau!]

[Adit: Fadli sayang, jam 8 kan. Kita udah tahu kok jadi diem ya, berisik.]

[Fadlun: Najis nyet dipanggil sayang ku maneh, ih, amit-amit.]

Dan aku meninggalkan obrolan setelah Adit datang, pasti mereka lagi adu bacot. Aku melanjutkan melipat pakaian bersih dan menyimpan topi baseball hitam Irham. Untuk beberapa alasan, entah kapan topi itu akan kembali pada pemiliknya.

**

Ruang tv sudah dipenuhi member posko yang menghadiri undangan rapat dari Fadli. Aku duduk dengan Tyas dan Asfi di jajaran paling belakang. Andin dan Kay sudah di sisi kanan-kiri Fadli.

Setelah semua berkumpul, Fadli membuka forum dan rona wajahnya begitu ceria. Tidak ada Fadli zombie lagi atau Fadli yang banyak bengong. Semua beban pikirannya mungkin terangkat hari ini.

"Tengs ya barudak, ini mah Fadli happy pisan. Acara beres, terus responnya baragus. Mun bisa mah Fadli mau peluk kalian satu-satu."

"Heleh, gak usah modus lu! Gue tau arah pikiran lu kemana." Hana menjawab ucapan Fadli dengan nada guyon, membuat semua anggota di ruangan tertawa. Kecuali Tyas dan Asfi. Mereka sibuk berbisik-bisik.

Fadli berkoar lagi, namun fokusku teralih karena pertanyaan Tyas, "Dan, lu sama Irham ada hubungan sesuatu?"

Bagai disambar petir, leherku kaku dan mulut mendadak bisu. Mereka menunggu jawaban dariku, namun karena tak kunjung merespon, Asfi mengajukan pertanyaan tambahan.

"Yang diomongin Kay itu cuman sangkaan doang, kan?"

Mampus! Berarti tadi Tyas emang denger, dan Asfi yang dikasih bocoran info.

Aku berdehem dengan susah payah mencari suara, "Maksudnya gimana sih? Hubungan anggota sama ketua? Kalian juga gitu kan sama Irham." Aku melepaskan tawa hambar, tapi mereka tak memberiku senyuman.

Oke, kehidupan KKN damai yang diimpikan Danika tak terlaksana. Sudah terdeteksi ancaman dari wanita-wanita gila pemuja Irham.

"Terserah deh, gue cuma mau ngingetin aja. Hati-hati lu jadi pelarian Irham, mantan dia bahkan lebih baik dari lu."

Satu kalimat dari Tyas yang membuat hatiku ngilu. Aku gak tahu apa-apa soal Irham, bahkan aku masih harus memvalidasi perasaannya terhadapku, dan tiba-tiba ada peringatan dari makhluk yang hampir setiap hari mengekori Irham. Lalu mantan? Mantan Irham? Persetan dengan manusia itu, toh dia tidak ada di sini.

REMEANT: DanikaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang