Kegiatan tadi malam ditutup do'a bersama, acara tabligh Akbar selesai, kita semua pulang dengan keadaan ngantuk berat, dan lelah. Kita semua di sana mungkin cuman aku dan diriku. Nyatanya aku hanya bantu beres-beres sebentar, lalu pulang tanpa ketahuan. Gak sabar, ingin cepat rebahan.
"Danika!"
Aku menoleh ke sumber suara. Setengah mengantuk dan remang-remang, dari kejauhan Naren datang terengah-engah mengejar ku.
"Cepet banget jalannya!"
Aku membuang napas kasar, "Ngantuk, pengen cepet ketemu kasur."
Naren hanya melempar senyum mendengar jawabanku, "Kok gak bareng yang lain?"
"Mereka masih punya energi buat ngobrol sama warga."
Naren mengangguk singkat, lalu kita pulang beriringan dalam hening. Aneh, biasanya Naren bawel kalo ketemu aku. Garis bawahi, bawel soal kerjaan. Ini kan pas banget buat ngasih job desc untuk besok, ya, kan?
"Besok..."
Nah kan bener, dia udah mulai prolog.
"Besok kamu bareng aku ke lapangan, ya."
Otak yang udah kelewat eror dan lelah, hanya bisa menyalurkan sinyal ke mulut untuk berkata, "Oke."
Efeknya urusan besok deh. Aku gak tahu Naren bakal ngasih kerjaan apa lagi.
***
Aku bangun jam tiga dini hari, beranjak ke dapur ngambil minum, dan bengong sampai memutuskan untuk mandi. Cuman di sini aku berani mandi pagi-pagi banget karena gak ngerasa dingin sama sekali. Dan menguntungkan karena kalau telat mandi sedikit saja, bisa ikut antrean kamar mandi sepanjang jalan kenangan. Malas.
Satu jam setelah aku selesai dengan keperluan sendiri, member posko yang bertugas masak hari ini sudah bergegas mengeluarkan motor untuk pergi ke pasar dan sebagian lagi sibuk di dapur. Suara nyaring peralatan dapur dan pengeras suara di mesjid membuat orang-orang di posko ini ikut sadar dari tidurnya. Tak begitu lama teriakan booking antraean toilet terdengar, harum masakan, dan wangi sabun mandi bercampur jadi satu.
Well, prepare untuk lomba agustusan part dua, dimulai!
Gawaiku bergetar, tanda satu pesan masuk.
[Naren: Udah bangun? Kita briefing sama Fadli sebelum ke lapangan ya.]
[Naren: Jangan lupa sarapan :)]Dahiku berkerut memperhatikan tanda titik dua dan kurung tutup di akhir pesan dari Naren. Juga kalimat di pesan keduanya. Seorang Danika gak mungkin lupa makan, woy! Batinku teriak sambil mulut menyuap nasi. Makan mah gak usah diingetin, aku udah cocok jadi percontohan anak sehat.
"Dani mau nyicip ini, gak?" Anya menyodorkan satu bakwan jagung buatannya padaku.
"Mauuuu!!" Jawabku semangat setelah membalas pesan Naren. Sejak mencium wangi masakan dari dapur, aku menyerahkan diri jadi pencicip makanan. Lumayan bisa makan lebih banyak dari porsi normal.
Sekitar jam enam pagi kita sudah bersiap ke lapangan setelah diberi arahan oleh Fadli. Sesuai janji tadi malam, aku berangkat dengan Naren ke lapangan. Aku keluarkan lagi topi baseball hitam dari tas dan memakainya, sekelebat memori tentang kejadian itu membuat bibirku kembali tersenyum.
Gila! Ini benar-benar bikin gila!
Sebelum naik motornya Naren, aku melihat Irham di bale memperbaiki peralatan yang rusak. Sempat menahan kaget karena Irham melihatku balik dan melempar senyum, aku jadi ikut tersenyum. Dari jauh ia mengepalkan tangannya meninju udara dan berucap pelan, "Se-ma-ngat."

KAMU SEDANG MEMBACA
REMEANT: Danika
De TodoNamanya Danika Hisyam, cewek, doyan banget rebahan, gak suka cari ribut, tapi bisa berguna bagi Nusa dan Bangsa kalo gak dipaksa. Rada galak, gak tahu malu -lebih sering malu-maluin sebenernya, deket sama Rahma, dan ngerasain rindu berlebih ke sahab...