Setelah Fadli woro-woro di grup ngingetin jangan telat rapat pakai capslock dan emot api berjajar, kami berkumpul sekitar jam 8 malam di ruang tengah.
Duduk melingkar per-sie, aku diapit Naren dan pintu keluar, jadi kalau muak sama rapat aku bisa melipir. Nggak deh, bercanda. Ingat, hawa Purwakarta itu gerah, nah, biar ada adem-adem angin malam aja. Karena aku yakin rapat kali ini bakal panas.
Di hadapanku, kira-kira jarak tiga langkah, Fadli bersila kaki sambil memperhatikan member posko yang belum join. Kay dan Andin di sisi kiri kanannya, seperti raja dikawal dua ajudan aja lagak si Fadli. Lalu selang sie.PDD, di sana Irham berkutat dengan buku catatan, Hana di sampingnya tampak serius mendengar ucapan Irham. Sesekali aku melihat Hana menatap Irham lebih lama dari wajar. Maksudku, kalau sedang diskusi soal apalah itu, harusnya mata dia tertuju ke buku catatan Irham, bukan wajahnya. Bikin kesal aja!
Gawai di genggamanku bergetar, ada satu pesan masuk.
[Anton: Ngeliatin aku nggak usah segitunya dong, haha.]
Aku mengernyit, mengangkat wajah melihat Anton, dia terkekeh sendiri di samping Irham. Ah, ada yang ke GR-an di sana. Cepat-cepat aku mengetik balasan padanya.
[Iya, soalnya kayak ada upil di wajah kamu.]
Send.
Begitu membaca pesanku, Anton meraba-raba wajahnya panik. Aku tergelak.
[Anton: Wuasyem!]
"Oke Baraya, kita mulai aja. Supaya gak terlalu malem..."
Fokusku teralih pada suara Fadli membuka rapat. Dimulai dari basa-basi terima kasih sudah meluangkan waktu istirahat untuk kumpulan, sampai mempersilahkan laporan per.sie. Tidak ada masalah serius dari laporan mereka, bahkan kami sempat bersuka cita berteriak bahagia ketika sie.sponsor dan humas memberitahu budget yang kita dapat untuk acara.
Tibalah giliran kita, Naren memaparkan acara yang bakal kita lakukan dan PJ lomba ditentukan dengan kesepakatan bersama.
"Baik, terima kasih, izin nambahin," ucap Fadli setelah Naren menuntaskan poin-poin penting, "Ada satu hal lagi yang harus dibahas bersama. Terkait acara tabligh akbar di desa yang meminta kita membatu kegiatan tersebut. Apakah kalian ada yang bersedia?"
Awan mendung dan kilat petir muncul saat Fadli menyelesaikan kalimatnya. Atmosfer ruangan auto suram.
"Maksudnya bantu gimana?" Tyas nyureng.
"Ya, dari kita ada yang ke desa bantu persiapan acaranya." Jelas Fadli.
"Hah? Gimana mau bantuin acara desa, acara kita aja keteteran. Siapa juga yang nganggur," Celetuk Rina lalu bisik-bisik member posko mulai menggema, "Gimana sih Dli, bukannya rapat kemarin minta bantuan desa buat acara kita malah kebalik. Bener dong kerja jadi ketua, tuh!" Ucapnya lagi seraya melipat lengan di dada.
Fadli menghela napas berkali-kali.
"Kemaren juga udah bilang. Kita punya acara 17-an sendiri dan itu nyita waktu. Tapi pihak desa keukeuh, kalau acara tabligh akbar ini paten ada setiap tahun." Ucapan Fadli masih tenang, walau buku-buku tangannya sudah kemerahan.
"Plis banget ya Dli, kita udah capek dari sebelum hari-H---"
"Iya paham. Fadli paham," Ucapan Nindya terpotong oleh Fadli, "Cuman kita nggak bisa bantah acara dari Desa, apalagi itu udah jadi acara tahunan me--"
"Ah, lu nya aja yang gak bisa nego, di posko lain malah pihak Desa ikut bantu ke--"
"Ya itu desa lain Fi, ini di posko kita!" Nada suara Fadli naik dua oktaf membantah Asfi, mungkin kesal juga karena ucapannya terpotong. Suasana jadi hening sesaat.
![](https://img.wattpad.com/cover/238806181-288-k758600.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEANT: Danika
AcakNamanya Danika Hisyam, cewek, doyan banget rebahan, gak suka cari ribut, tapi bisa berguna bagi Nusa dan Bangsa kalo gak dipaksa. Rada galak, gak tahu malu -lebih sering malu-maluin sebenernya, deket sama Rahma, dan ngerasain rindu berlebih ke sahab...