Jam tiga dini hari sudah bangun dari tidur, bukan style aku banget, memang! Tapi itu harus dilakukan karena tugas piket posko!
Piket posko dibentuk oleh sie konsumsi tentang jadwal beberes rumah dan masak untuk anggota lain, singkatnya kita jadi babu sehari. Satu tim terdiri dari 3-4 orang yang setiap minggu kebagian satu kali piket, jadi dalam satu bulan kita akan piket sebanyak empat kali. Aku kebagian piket dengan Andin, Tyas dan Adit, sebenarnya karena kaum Adam di sini hanya 8 orang jadi setiap tim kebagian satu lelaki, walau ada sih yang dapat dua orang.
Tapi aku nggak peduli dengan itu, yang sekarang mengganggu pikiran adalah anggota tim piket aku ada yang bisa masak, nggak? Masalahnya Danika Hisyam itu nggak mahir masak.
"Ndin, bener kamu bisa masak?" kataku saat Andin akan pergi ke pasar dengan Tyas.
Dia nyengir, "Masak buat sendiri sih bisa, gak tau kalo banyakan gini."
"Yah... gimana, dong? Jujur, aku tuh nggak bisa banget, sekali, pisan, masak!"
"Kamu jangan khawatir, Dan. Aku punya aplikasi tentang masak-masak kok." Tyas ikutan nimbrung sambil ketawa.
Aku masih khawatir sebenernya. Khawatir kalau nanti mereka butuh bantuan di dapur tapi aku nggak bisa bantu apa-apa.
Suara bising mesin terdengar dari samping rumah, tanda Adit berhasil mengeluarkan motor untuk digunakan mereka ke pasar.
"Bener kalian berdua yang mau belanja? Nggak mau ditemenin sama aku aja?" kata Adit sambil menyerahkan kunci motornya ke Andin.
"Bener, lah! Kalo sama kamu aku nggak bisa diskusi harus belanja bahan-bahan buat masak nanti!"
"Ya udah, yuk berangkat! Nanti keburu pagi, nggak sempet bikin sarapan."
Aku dan Adit melihat mereka menghilang di belokan setelah Tyas mengajak pergi. Sambil menunggu, Adit berinisiatif memasak air untuk persediaan minum dan aku memasak beras, eh, sebenarnya hanya mencuci beras yang masaknya mejikom, haha.
"Aku mau sapu dan pel lantai luar, kamu siapin piring dan sendok buat nanti makan, ya, Dit!"
"Siap, Danika!"
Untung sama Adit satu timnya, dia memiliki hawa friendly yang kuat, bikin orang asing enak ngobrol dengannya tanpa ada rasa canggung. Aku mengambil peralatan tempur, sapu dan lap pel lalu siap menjalankan misi! Mih, anakmu pagi buta gini rajin beberes rumah orang, udah pantes belum jadi ibu rumah tangga? Mwehehe.
"Kamu serius nggak bisa masak, Dan?" kata Adit saat aku beres menjalankan misi.
"Serius. Aku masak air aja tiba-tiba airnya udah ilang dari panci."
"Hah?!" Tawa Adit membahana, "Parah, anjir!"
"Makanya aku khawatir banget kalo disuruh masak buat banyak orang. Misalnya nanti salah resep dan malah jadi keracunan masal, gimana?"
Adit tertawa lagi, "Antisipasi, ya! Mending jangan aja."
Aku mengangguk. Bunyi peluit teko membuat jiwa Adit terpanggil, ia melesat mematikan kompor lalu mengisinya dengan air baru setelah air yang matang dimasukan ke dalam termos. Aku melanjutkan bantu pekerjaan Adit melap satu-satu piring dan sendok basah yang kemarin sudah dicuci tim piket lain.
Setengah jam kemudian, Andin dan Tyas kembali. Adit tengah menyalakan mejikom ke dua. Kita sehari memasak pake tiga mejikom, kalau dicolokin barengan listriknya koslet, jadi harus satu-satu, sampai sini paham kenapa aku harus bangun pagi-pagi?
"Kita rencananya mau masak apa buat sarapan?" kata Adit sambil menggoyang-goyangkan timun.
"Mau bikin nasi goreng ala gerobak dorong," Jawab Tyas dengan santai merebut timun dari Adit, "Jangan dimainin!"

KAMU SEDANG MEMBACA
REMEANT: Danika
CasualeNamanya Danika Hisyam, cewek, doyan banget rebahan, gak suka cari ribut, tapi bisa berguna bagi Nusa dan Bangsa kalo gak dipaksa. Rada galak, gak tahu malu -lebih sering malu-maluin sebenernya, deket sama Rahma, dan ngerasain rindu berlebih ke sahab...