[P]
[Q]
[R]
[S]
[T]
[U]
[V]
[W]
[X]
[Y]
[Z]
[Mas Dani! Bangun!]
[DANI! ANJIR! HARI INI PEMBEKALAN KKN!!!]
[DANIIIIIII!!!!!]
[BANGUUUUUUUUUUUUNNNNN, KEBO!!!!]
[WOOOOOOYYYY!!!!]
[50 panggilan tak terjawab dari Rahma]
Di getaran hape yang entah keberapa aku melek, lalu shock melihat notif chat sepanjang koridor kampus dari satu orang, Rahma. Juga jangan lupakan panggilan tak terjawabnya sebanyak warga ngantri sembako gratis. Jangan tanya kaget nggak, jelas banget lebih dari kaget! Nggak ada acara ngumpulin nyawa dulu atau apalah, langsung loncat dari kasur dan masuk kamar mandi. Masih oleng, tentu saja, tapi nggak peduli! Aku telat! Dihari pertama ritual KKN!
“Jangan panik! Kamu udah sering telat, kan, Dan? Kalem!”
Walau merapal mantra penenang diri, tetep aja panik! Harus ganti mantra kayaknya!
Di kamar mandi langsung kusambar sikat gigi dan odol.
“Gila! Kapan odol ini abis? Ah, bodolah gosok gigi tanpa odol juga kamu tetep keren, Dan! Lanjutin!”
Kusikat gigi secara tak menentu, yang penting udah ada basah-basah air odol. Membasuh wajah terus menyeka dengan kasar. Mendobrak pintu toilet menuju lemari, mengambil baju yang pertama kali tertangkap retina. Mengambil ransel yang entah isinya apa, memakai sepatu tanpa kaos kaki, lalu melesat menuju kampus. Eh, hape dan chargenya! Gak mungkin benda itu dilupain seorang Danika!
Aku berlari sekencang orang yang baru bangun tidur. Tubuh masih mengumpulkan serpihan-serpihan kenyataan yang hilang dibawa mimpi. Untung jarak kosan dan kampus masih bisa ditembuh jalan kaki, dalam situasi kayak gini sih berlari. Tangan sibuk nyari info lokasi pembekalan di grup. Untuk pertama kalinya aku bersyukur atas kemajuan teknologi zaman sekarang. Apa-apa tinggal cek di website kampus atau mau yang lebih detail nyampe ke gosip-gosip sampahnya ada di grup chat kelas. Dengan cukup tahu kelompok dan lokasi KKN, kukira bisa bernapas lega dan nggak akan terjadi drama pagi hari kalo kesiangan. Nyatanya? Masih ngejalanin drama. Nggak apa-apa! Ayo kaki, melesatlah seperti anak panah!
Di depan pintu ruangan, aku atur napas, masih ngos-ngosan. Setelah kutemukan lokasi pertemuan, hawa kenyataan sudah berkumpul, dan baru sadar penampilanku seperti… mmhhh… absurd? Rok cokelat tua, baju hijau neon, kerudung corak warna biru langit, dan sepatu snikers pink smooth. Nggak enak dipandang mata diri sendiri, gimana orang lain? Ini juga, kenapa harus di gedung J sih? Kenapa kampus luas banget? Tapi nggak apa-apa, aku udah selamat nyampe sini dan berpakaian lengkap –walau nggak banget warnanya- dan nggak kelihatan aurat! Sip! Bismillaahirrahmaanirrahiiim….
Aku ketuk perlahan, bentuk formalitas aja sih, karena nyatanya itu pintu aku buka sendiri, nongolin kepala dikit sambil pasang wajah teraniaya biar dikasihani. Semua mata tertuju padaku, kayak Miss Indonesia aja kan ya.
“Izin masuk, Bu,” kataku. Ruangan itu sudah ada beberapa orang, ga tau berapa banyak. Aku nyari info di web sama grup ya nama sendiri doang. Mungkin ibu yang sedang duduk di depan adalah doping aku nantinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/238806181-288-k758600.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
REMEANT: Danika
DiversosNamanya Danika Hisyam, cewek, doyan banget rebahan, gak suka cari ribut, tapi bisa berguna bagi Nusa dan Bangsa kalo gak dipaksa. Rada galak, gak tahu malu -lebih sering malu-maluin sebenernya, deket sama Rahma, dan ngerasain rindu berlebih ke sahab...