Bab 3 - Mimpi

10 3 0
                                    

Happy Reading..
.
.
.

Halilintar yang mendapat pesan dari Taufan segera pulang ke rumah nya. Dan disinilah dia berada. Di ruang tengah rumah Amato Anderson.

Halilintar sedang di interogasi oleh Ayahnya. Tentang alasan ia pulang telat padahal ia tidak ada kegiatan di sekolah.

"Halilintar Anderson. Kemana kamu pergi tadi? Kenapa tidak langsung pulang?" tanya Amato dengan tegas,ia tidak suka anggota keluarga nya pulang telat tanpa alasan yang jelas

"Pergi ke bukit doang sebentar" jawab Hali dengan santai

"Sebentar? Kamu hampir 1 setengah jam disana Hali!" balas Amato yang mulai menaikkan nada suara nya

"Memang nya kamu ngapain disana hah?!" tanya Amato

"Hari ini hari ulang tahun Rachel" bukan Hali yang menjawab,melainkan Solar yang tengah menenggak segelas air dingin dari kulkas

Amato terdiam,lalu Halilintar pergi menuju kamarnya.

Amato yang melihat hal itu menghela nafas. Bagaimana bisa ia lupa pada hal itu. Sahabat Halilintar,Rachel hari ini ulang tahun yang ke 16 tahun.

"Lain kali,kawal lagi emosi nya makanya" sarkas Mara dari dapur

Amato hanya menghela nafas.

"Halilintar masih mencoba mencari dia?" tanya Amato pada istri dan juga anak anak nya

"Ya masih lah sayang,memang kenapa sih kalo dia masih cari Rachel?" balas Mara

"Bagaimana kalau Hali juga menghilang kayak Rachel?" tanya Amato dengan nada khawatir

"Yah,Rachel sama Kak Hali itu bedaa. Jangan samain dia sama Rachel. Lagipun kita ga ada yang tau penyebab hilangnya Rachel" Solar kini mulai buka suara,mungkin dia sudah sedikit muak dengan Ayah nya yang terlalu overprotective pada Kakak sulung nya

"Apa kata Solar bener Yah. Kasus hilang nya Rachel udah di tutup sejak 7 tahun yang lalu. Dan hasilnya pun kurang memuaskan. Polisi ga serius nanggepin masalah ini. Wajar Yah kalo Kak Hali pengen cari Rachel sendiri. Tanpa bantuan siapa pun" ujar Gempa yang juga mulai muak dengan Ayah nya

POV Halilintar's On

Dari dalam kamar ku,aku bisa mendengar perdebatan kecil mereka.

Ayah ku memang sangat protective dengan anak anak nya. Terutama aku,mungkin karna sifat keras kepala ku.

Pusing karna terus mendengarkan perdebatan mereka. Aku segera mengambil ponsel ku dan merebahkan diri di atas kasur.

Aku memiringkan posisi badan ku dan guling ku,ku impit di kaki. Setelah itu aku mulai kembali melihat fotonya. Ya,siapa lagi kalau bukan Acel. Melihat foto Acel sepertinya sudah menjadi hobi ku.

Lama aku memandang foto Acel dalam ponsel ku. Pandangan ku mulai memburam hingga akhirnya aku jatuh tertidur dengan posisi aku memeluk hp ku yang akan terlihat foto Acel jika hp ku di ambil.

Gelap. Itu yang kurasakan. Sekitar ku benar benar gelap hingga ada setitik cahaya yang menciptakan banyak cahaya lainnya. Beberapa detik kemudian,cahaya itu menampilkan sosok gadis perempuan yang cantik. Aku tidak tau itu siapa. Tapi rasanya aku pernah melihat seseorang yang mirip dengan nya.

Rambut pendek sebahu berwarna hitam dengan ada sedikit rona merah. Mata hazel yang indah disertai dengan bulu mata nya yang lentik.

Gadis itu mulai berjalan mendekat ke arah ku. Aku sedikit mundur ke belakang. Siapa tau itu iblis yang menyamar menjadi gadis cantik. Aku tidak akan tertipu dengan mudah.

Akhirnya jarak antara kami berdua terpaut beberapa cm saja. Hingga akhirnya kita berjarak 3 cm,gadis itu membuka suara nya.

"Haii Hali,kau ingat hari ulang tahun ku kann" ucap gadis itu dengan riang

Suara itu...

Suara yang selama ini aku rindukan...

Kali ini aku yakin. Gadis itu adalah Rachel Athala Ravenzie yang selama ini menghilang entah kemana. Dan sekarang,dia mengunjungi ku lewat mimpi.

"A-Acel?" dengan sedikit terbata bata aku mulai membuka suara ku

"Iyaa,kau masih ingat aku rupanya. Maaf yaa aku mengingkari janji kitaa. Jangan benci dengan ku yaa. Aku janjii akan kembali. Sabar yaa. Tapi mungkin ketika kamu sudah dapat bertemu dengan ku,ingatan belum pulih. Tapi aku yakinn kau bisa membantu ku memulihkan ingatan kuu. Yakan Lintar?"

Tess

Air mata ku tidak dapat di bendung lagi. Mendengar panggilan masa kecil ku kembali di ucapkan oleh nya. Ternyata dia tidak lupa dengan nama itu. Ahh sudah berapa lama rasanya aku tidak mendengar nama itu. Semakin dewasa,nama itu mulai ditinggalkan. Padahal aku suka dengan panggilan itu.

"Ehh Lintar kenapa nangis? Cup cup,maafin Acel yaa. Acel udah terlalu lama pergi ninggalin Lintar. Acel janjii tahun ini bakal balik ke sisi Lintar lagii oke? Jangan nangiss. Jadi jelek tau"

Acel membawa ku ke dalam pelukan nya. Pelukan hangat yang kurasakan tujuh tahun yang lalu. Kini dapat ku rasakan kembali.

Aku tidak ingin terlihat lemah didepan Acel yang sekarang. Tapi air mata ku tidak bisa di ajak kerja sama. Ia terus mengalir deras bagaikan air terjun yang mengalir tanpa henti. Hening menyelimuti kita berdua. Hanya terdengar suara isakan tangis ku yang tidak berhenti. Hingga akhirnya Acel buka suara,memecah keheningan yang melanda.

"Bagaimana penyakit mu Lintar?" tanya Acel dengan lembut

Pertanyaan ini lah yang aku takutkan. Sekarang sudah keluar dari mulut nya. Aku takut jika ditanya oleh Acel tentang penyakit ku. Karna sebenarnya aku tidak pernah check up lagi secara rutin sejak 2 tahun yang lalu. Dengan perlahan aku mulai bersuara.

"Aku.. Sudah tidak rutin check up sejak 2 tahun lalu Cel" jawab ku yang masih berada di pelukan nya

"Astagfirullah Lintarr,katanya mau sembuh. Tapi masa sekadar check up aja gamau. Kebiasaan deh" balas Acel yang mulai mengendurkan pelukan nya

Aku terkekeh mendengar balasan Acel tadi. Sudah 7 tahun aku tidak mendengar ocehan nya.

"Pokoknya minggu depan Lintar harus check up yaa. Acel bakal dateng di mimpi Lintar tiap hari Rabu. Ok?" ujar Acel dengan sedikit penegasan di kalimat pertama

Aku mengangguk sembari tersenyum. Lalu lama kelamaan cahaya disekitar kita mulai meredup. Begitu pula Acel. Sekarang Acel terlihat seperti bayangan saja. Aku berusaha menggapai tangan Acel untuk terakhir kali nya. Tapi.. Tidak sempat. Ia sudah menghilang beserta cahaya yang tadi menyelimuti kita.

Aku terbangun dengan posisi bantal ku dalam keadaan basah. Karna itu aku bergegas menatap kaca. Dan ternyata... Aku.. Menangis? Aku betulan menangis tadi? Berarti gadis dalam mimpi ku itu benar benar Acel.

Aku terdiam di hadapan kaca. Lalu aku melihat ponsel ku. Ahh ternyata sudah jam 5 sore. Aku bergegas pergi ke kamar mandi.

5 menit kemudian aku selesai. Sekarang aku menggunakan setelan baju tidur berwarna merah dengan ada sedikit garis hitam.

Lalu aku mengingat perkataan Acel di mimpi ku tadi sebelum dia menghilang terbawa cahaya.

Aku mengambil ponsel ku dan membuka aplikasi berwarna hijau. Lalu aku mengetikkan nama kontak yang aku tuju.

Dokter Fathan.

Aku akan membuat jadwal check up dengan dokter langganan ku,Dokter Fathan.

Aku meminta jadwal check up dilaksanakan setiap hari Rabu. Agar aku bisa segera memberitahu kepada Acel saat ia datang ke mimpi ku lagi.

Mulai minggu depan. Aku akan rajin check up. Demi diri ku. Dan demi Acel ku.

.
.
.
To Be Continued

We Made It Together [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang