Happy Reading...
.
.
.Disuatu sore, saat pulang sekolah, Halilintar melipir dulu ke sebuah toko bunga didekat komplek perumahan nya. Ia ingin membeli sebuket bunga. Entah untuk siapa.
"Permisi. Saya mau beli sebuket bunga mawar putih" ucapnya pada penjual
"Baik. Mau pakai kartu ucapan?" tanya penjual
Halilintar terdiam sebentar, lalu ia tersenyum tipis.
"Boleh. Tulisannya " Selamat Ulang Tahun Acel " "
Penjual itu menulisnya dikartu ucapan berwarna putih.
"Tunggu sebentar ya"
Setelahnya, penjual itu mulai membuat buket bunga yang dipesan Halilintar.
"Ini. Totalnya 80k" ucap penjual itu sembari memberikan buket bunga mawar putih yang dipesan Halilintar
"Ini uangnya. Terimakasih"
Setelah membayar, Halilintar keluar dari toko itu. Ia terus memperhatikan buket itu. Karena memang sangat cantik dan indah. Siapapun pasti akan merasa bunga itu untuk kekasihnya. Sebenarnya, buket itu untuk Rachel. Karena hari ini adalah ulang tahun nya yang ke 17. Iya. Sweet Seventeen. Itu sebabnya Halilintar mau memberikan buket bunga mawar putih, yang memang merupakan bunga favorit Rachel sedari dulu.
Gambar hanya ilustrasi
Cr : PinterestHalilintar menyempatkan diri untuk pulang kerumah terlebih dahulu.
Saat sampai dirumah, keadaan rumahnya sangat sepi. Sepertinya adik adiknya belum pulang. Ia lantas pergi ke kamarnya dan mulai merapikan diri. Ia mandi dan setelah selesai dia mengenakan pakaian rapi yang membuatnya terlihat sangat tampan.
Sebelum pergi, ia mengirim pesan terlebih dahulu pada Rachel untuk datang ke bukit bunga yang biasa mereka datangi akhir akhir ini.
Setelah mengirim pesan, Halilintar bersiap untuk turun dan berangkat menuju bukit.
Namun saat ia ingin mengambil buket bunga yang dia taruh sebelumnya diatas meja belajarnya, kepala nya terasa amat pusing serta perut sebelah kirinya terasa sangat sakit. Dia berusaha menggapai obat pereda nyeri diatas meja belajarnya dengan susah payah.
Sedikit lagi. Tetapi sebelum obat itu dia gapai, dia terlebih dahulu jatuh.
BRUUK!!
Sebelum Halilintar menutup matanya, ia mendengar suara langkah kaki dan pintu kamarnya terbuka. Detik detik sebelum matanya tertutup, dia mendengar suara Taufan dan Gempa yang meneriaki namanya.
Setelah itu, semuanya gelap.
⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
BRUUK!!
"Astaghfirullah" ujar Gempa terkejut
"Gem, lu ngapain?" tanya Taufan yang juga terkejut
"Apaan? Gue diem" jawab Gempa
Gempa dan Taufan baru saja masuk rumah, tetapi tiba tiba terdengar suara debuman yang cukup keras. Mereka saling melempar pandangan satu sama lain. Gempa melirik kearah garasi, ia melihat ada motor kakaknya, Halilintar, yang terparkir rapi disana. Ia langsung membulatkan mata dan menarik Taufan ke lantai dua.
Taufan pun menatap Gempa dengan heran. Ada apa? Sebelum menaiki tangga, ia ikut melihat garasi yang disana terparkir rapi motor kakaknya. Ia pun paham dan ikut membulatkan mata. Mereka berdua bergegas pergi mengecek kamar kakaknya.
Saat sampai, mereka dengan terburu buru membuka pintu. Betapa terkejutnya mereka melihat Halilintar sudah terjatuh dilantai dengan darah mengalir dari hidungnya.
"KAK HALI!!" pekik mereka berdua secara bersamaan
Gempa dengan cepat langsung menelepon ambulans dan adik adik serta orang tua nya. Sedangkan Taufan sudah dibanjiri oleh air mata.
Gempa juga ikut menitikkan air mata dan terus merapalkan doa doa didalam hatinya. Pikiran nya memang sudah tidak tenang sejak baru datang dan melihat motor kakaknya digarasi.
Tak lama, adik adik, orang tua, dan ambulans pun datang diwaktu yang bersamaan. Taufan dan Gempa, serta dibantu oleh beberapa perawat laki laki menggotong tubuh Halilintar dan menidurkannya dibrankar. Mereka pun langsung menuju kerumah sakit.
Sesampai nya dirumah sakit, Halilintar langsung dibawa keruang ICU dan dengan cepat langsung ditindak lanjuti oleh medis.
⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅
"Bisa jelaskan pada kami ada apa sebenarnya Taufan, Gempa?" tanya Ayah mereka dengan nada menginterogasi
Mereka berdua pun saling tatap dan menghela nafas bersama. Lalu mereka menceritakan semuanya.
Termasuk.
Penyakit Halilintar.
Disisi lain, Rachel sudah sampai dibukit yang disebut Halilintar. Ia merasa kebingungan. Karena tidak biasanya Halilintar telat seperti ini. Biasanya dia akan datang tepat waktu. Namun, sekarang jam sudah menunjukkan pukul 5 sore tetapi Halilintar masih belum terlihat batang hidungnya.
Saat ia ingin pergi tiba tiba saja kepalanya merasa sangat pusing dan secara tiba tiba, kepingan memori masa lalu yang selalu diingat Halilintar berputar dikepalanya. Rachel yang semula berdiri, terduduk begitu saja dibukit bunga yang sudah sepi.
Perlahan mata nya mulai menitikkan air mata.
Tak berselang lama, ponsel nya berdering. Terdapat telepon masuk dari Gempa. Ia pun menghapus air matanya dan menstabilkan suaranya sebelum akhirnya ia mengangkat panggilan telepon dari Gempa.
"Halo Gem, ada apa?"
"Halo Kak. Bisa kerumah sakit Sadipta?"
"Bisa. Gem, kamu gapapa kan? Suara kamu kedengeran parau"
Benar. Suara Gempa terdengar parau.
"K-Kak Hali..."
"Hali kenapa?"
"K-kak Hali koma kak"
Rachel mematung ditempatnya. Ponsel nya terjatuh dari genggaman tangannya. Matanya kian memanas hingga akhirnya, air mata nya kembali turun. Jauh lebih deras daripada sebelumnya.
Gempa diseberang sana juga mendengar suara tangis Rachel yang terdengar begitu pilu. Ia menutup matanya. Perlahan ia ingin menutup telepon secara sepihak. Namun, sebelum telepon ditutup oleh Gempa, Rachel diseberang sana terlebih dahulu mengatakan hal yang membuat Gempa menghela nafas lega.
"Aku udah inget semua Gem.."
.
.
.
To Be Continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
We Made It Together [FINISHED]
FanfictionBayangkan ada seseorang yang membuat janji antara dia dengan mu,misal nya berjanji tidak akan saling meninggalkan atau melupakan. Namun nyatanya dia mengingkari janji nya. Dia melupakan mu dan meninggalkan mu tanpa sepengetahuan mu dan tanpa berbica...