Bab 17 - Ingatan Rachel Mulai Pulih

3 1 0
                                    

Happy Reading...
.
.
.

"Jadi gimana tadi?" tanya Blaze tidak sabaran

Seperti biasa, keluarga Anderson sedang melakukan makan malam bersama seperti biasa. Kali ini tidak ada topik ceplas ceplos dari Blaze maupun Taufan. Sudah ada topik "penting" yang dinantikan mereka semua.

Atensi di meja makan pun beralih ke 3 sulung Anderson. Mereka mulai menceritakan kejadian tadi sore bersama Rachel.

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Disisi lain. Keluarga Ravenzie pun membahas hal yang sama. Bedanya, keluarga Ravenzie membahas hal itu di ruang tamu. Rachel menceritakan semua yang terjadi di sore itu, juga cerita yang diberitahu oleh Taufan. Rachel juga bilang kalau selama dia mendengarkan cerita Taufan dan melihat foto di album itu, kepala nya terasa sakit sekali. Ia bahkan hampir pingsan kalau saja dia tidak mengalihkan pikiran nya ke hal lain.

Arsa dan Chelsy lantas berpandangan satu sama lain. Nampak raut wajah Chelsy menjadi khawatir. Ia jelas mengkhawatirkan kesehatan Rachel. Tapi apa yang bisa dia lakukan? Tekad suami nya sudah bulat dan dia pun mengharapkan Rachel mengingat kembali semuanya.

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

Keesokan harinya. Rachel dan Halilintar sudah mulai dekat dan terbuka satu sama lain. Mereka sudah tidak merasa canggung lagi jika bertemu seperti sebelumnya. Rachel juga sering ke rumah Halilintar sekadar untuk main dan mengobrol bersama saudara dan orang tua Halilintar. Mereka berdua juga sering makan bersama di kantin hingga sesekali mereka jadi bahan perbincangan disekolah karena kedekatan mereka.

"Lintar, nanti ke taman bunga di komplek mu yuk" ajak Rachel

Kegiatan Halilintar yang sedang menyuap bakso pun terhenti mendengar ajakan Rachel.

"Tadi kamu panggil aku apa? Lintar?" tanya Halilintar memastikan

"Iya. Kenapa?"

Halilintar terdiam sebentar. Lalu dia menggeleng.

"Gapapa. Aku ke inget seseorang aja"

"Acel ya?"

Lagi lagi Halilintar menghentikan aksi makan bakso nya. Ia kembali menatap Rachel yang tengah menyeruput mie kuah yang dia pesan.

"I-iya"

Duh Halilintar jadi canggung sendiri. Pasalnya tiap mereka makan bareng begini pasti ada aja momen Halilintar ke inget Rachel yang dulu. Kan Halilintar sendiri jadi ga enak.

"Gapapa kok. Memangnya aku semirip itu ya sama Acel?"

Halilintar terdiam. Ia pun menghela nafas lalu tersenyum tipis.

"Kalau dibilang mirip sih mirip Cel. Dari nama panjang, suara, rambut. Mirip semua," ucap Halilintar

"Cuma ya aku tau. Kamu sama Acel yang aku kenal pasti beda" lanjut Halilintar

"Kenapa kamu se yakin itu kalau aku sama Acel yang kamu kenal itu beda?" ujar Rachel

"Maksudnya?"

"Yaa kan bisa aja kalau ternyata aku ini Acel yang kamu kenal cuma aku aja yang hilang ingatan atau gimana gitu"

Halilintar tertegun mendengar ucapan Rachel. Ia jadi curiga. Sebenarnya Rachel ini beneran hilang ingatan apa nggak sih? Jadi bingung.

"Yaa gatau deh kalau begitu. Cuman ya aku lagi berusaha buat ikhlasin Acel" ucap Halilintar

Setelah itu mereka kembali menuntaskan makanan mereka masing masing.

Setelah selesai makan, mereka berdua memutuskan untuk bersantai sejenak ditaman belakang sekolah.

"Lin" panggil Rachel

"Hm?" balas Halilintar

"Acel itu kayak gimana sih? Bisa ga kamu ceritain ke aku tentang Acel?" tanya Rachel

Mendengar pertanyaan Rachel, Halilintar terdiam. Sejujurnya dia belum pernah menceritakan tentang Acel kepada siapapun. Bibirnya terasa kelu untuk menceritakan tentang Acel pada seseorang.

Halilintar menghela nafas panjang. Setelahnya, ia pun mulai menceritakan tentang Acel ke Rachel.

⋅•⋅⊰∙∘☽༓☾∘∙⊱⋅•⋅

1 tahun kemudian...

Banyak momen yang sudah mereka berdua lalui bersama. Ingatan Rachel pun nampak mulai pulih. Ia beberapa kali sempat mengingat hal yang terkadang membuat Halilintar maupun orangtua nya terdiam. Tentu saja karena itu adalah ingatan masa lalu yang sebelumnya Rachel lupakan. Rachel juga sempat dibawa ke rumah sakit karena pingsan, dan dokter bilang bahwa ingatan Rachel dapat pulih dengan cepat.

Namun. Berbeda dengan Rachel yang sebentar lagi pulih, kesehatan Halilintar tampak menurun. Penyakit nya tambah ganas dan sudah sampai stadium akhir. Taufan dan Gempa sudah menyarankan Halilintar untuk melakukan kemoterapi dan operasi, akan tetapi dia menolak untuk melakukan 2 hal itu.

Halilintar merasa sudah tak ada gunanya melakukan kemoterapi, toh sudah stadium akhir kan? Melakukan operasi pun rasanya percuma. Kalau operasi nya gagal? Kan sama saja seperti mengulur waktu untuk "pergi".

Hingga akhirnya, hal yang ditakutkan oleh Taufan dan Gempa betulan terjadi.

Halilintar....









































Koma.

.
.
.
To Be Continued...

We Made It Together [FINISHED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang