Sepanjang masa remajanya, Anania sering membayangkan dirinya berciuman dengan Haagen, sahabat Asger—anak pertama Liisa. Sejak dulu Haagen sering keluar masuk rumah Liisa dan, pada banyak kesempatan, bertemu dengan Anania. Namun sayang, kesempatan Anania untuk menyukai Haagen secara terbuka selalu tertutup, sebab Haagen sudah punya kekasih. Tahun lalu, dari Asger, Anania mendengar kabar Haagen sudah bertunangan.
Sedangkan Anania, sejak ciuman pertamanya—yang gagal total—di masa remaja, belum pernah menjalin hubungan dengan laki-laki mana pun. Belum pernah sama sekali. Bukan karena pergaulan Anania tidak luas. Tidak. Sejak Liisa mengajari Anania bagaimana cara bergaul dengan berbagai kalangan di Copenhagen, melalui berbagai kegiatan dan acara, Anania memiliki banyak kenalan dari berbagai macam latar belakang. Bukan terbatas pada dunia balet saja. Tetapi tidak tahu kenapa, tidak ada satu pun di antara mereka yang bisa membuat kupu-kupu di perut Anania beterbangan dan menari. Seperti setiap kali Haagen menatap Anania.
Ditambah, sudah lama beredar berita bahwa Anania dekat dengan Viktor 'Viggo' Rasmussen, sesama principal dancer di The Royal Ballet of Denmark. Sehingga tidak ada satu laki-laki pun di kota ini yang berminat mendekati Anania, karena berpikir Anania sudah punya pacar. Siapa yang pertama kali mengembuskan isu tidak benar tersebut hingga kini belum diketahui.
"Oopsie." Vera terkikik sambil menutup bibirnya dengan telapak tangan.
"Sudah kubilang tunggu dulu sebentar. Jangan ke mana-mana tanpa memberi tahu orang dewasa." Haagen menghampiri Anania dan Vera. "Apa dia mengganggumu, Anania?"
Anania menggeleng. "Semua sudah selesai hari ini. Aku tidak tahu ... um ... kamu punya anak." Warna mata anak perempuan kecil ini mirip dengan Haagen. Mata biru yang cerah dan hangat, seperti samudera yang luas. Yang membedakan keduanya hanya warna rambut. Milik Haagen gelap, seperti tanah yang baru saja tersiram hujan pertama pada musim semi, sedangkan rambut Vera layaknya hamparan lahan gandum yang siap dipanen.
"Kalau dia anakku, aku sudah menghukumnya karena melarikan diri. Tapi karena aku adalah paman terbaik di dunia, aku akan membelikannya es krim. Apa kamu mau makan es krim bersama kami?"
Anania tersenyum. Ah, gammeldags isvafler*. Kudapan wajib saat musim panas. Bukan orang Copenhagen namanya kalau selama musim panas tidak memanfaatkan waktu untuk sering-sering menikmatinya. Gammeldags isvafler umumnya terdiri dari ice cream cone, satu sampai tiga scoop es krim, guf*, dan flødeboller*.
"Please." Vera-Louise menarik tangan Anania dan menatap Anania penuh harap dengan mata birunya yang bulat dan bening. "I want a visit with real ballerina."
"Please. I want a visit with real ballerina." Haagen menirukan sambil ikut menatap Anania dengan pandangan yang sama menggemaskannya dengan Vera-Louise.
"Baiklah." Anania tertawa. Siapa yang tidak mau makan es krim? Tidak ada waktu yang lebih sempurna untuk menikmatinya selain pada hari yang hangat seperti ini. Lagi pula tidak akan ada satu pun orang di dunia ini tidak akan sanggup menolak permintaan Vera-Louise dan Haagen, Anania yakin. Kecuali orang yang sudah tidak memiliki hati. Lagi pula, satu scoop es krim tidak akan mengganggu diet Anania.
***
"Apa kamu suka makan sayur, Vera?" Anania sudah menyelesaikan es krimnya.
Vera-Louise yang, dengan semangat dan antusias, menghabiskan es krimnya hingga dasar mangkuknya terlihat. Mereka bertiga berbicara dalam bahasa Denmark.
Vera belum bisa memegang ice cream cone dalam waktu lama, jadi dengan bijaksana Haagen meminta es krim Vera disajikan dalam mangkuk.
Haagen memperhatikan wanita cantik yang duduk berdampingan dengan Vera-Louise di hadapannya. Bukan Haagen yang memilih Anania untuk menjadi bagian dari buku yang sedang digagasnya. Keputusan ada di tangan Laure dan tim, Haagen tinggal menyetujui. Sebagai principal dancer kulit cokelat pertama dan termuda dalam sejarah The Royal Ballet of Denmark, sosok Anania sangat menginspirasi dan layak ditampilkan dalam buku tersebut. Siapa orang di negara ini—bahkan di dunia—yang tidak mengenal Anania? Bahkan anak usia empat tahun seperti Vera menatap Anania penuh kekaguman dan pemujaan, seolah matahari tidak akan bisa terbit tanpa perintah dari Anania.
"Tidak suka sayur," jawab Vera. "Aku suka es krim."
"Balerina harus suka makan sayur, karena sayur membuat kita sehat. Kalau sehat, kita akan kuat saat menari." Anania menjelaskan.
"Dengar itu, Vera. Sebentar lagi kamu pentas, kan? Kalau tidak makan sayur malam ini, kamu tidak akan kuat menari lama besok." Haagen menimpali, lalu memberi tahu Anania. "Dia selalu berusaha menyembunyikan wortel atau brokoli di saku bajunya kalau merasa tidak ada yang melihat."
"Dulu aku juga begitu. Tidak suka sayur. Baru saat tinggal bersama Liisa, dietku diatur ulang." Anania mengambil tisu dan membersihkan sisa es krim di pipi Vera. Hingga sekarang, Anania patuh pada dietnya. Jika seorang principal dancer sampai kelebihan berat badan, secara halus dia akan diminta untuk menurunkan.
"Apa kamu tidak tertarik pada Asger atau adiknya?" Membicarakan keluarga Liisa, sejak dulu Haagen penasaran dengan masalah ini. Setahu Haagen, Asger maupun Jesper—adiknya—tidak pernah melakukan pendekatan atau apa pun terhadap Anania. Apa mereka sudah rabun? Tidak lagi bisa melihat ada wanita cantik tinggal serumah dengan mereka? Kalau Haagen ada di posisi mereka, Haagen tidak akan repot-repot mencari calon istri di tempat lain. Ada yang dekat, kenapa harus jauh-jauh?
"Menurutku itu bukan urusanmu."
"Aku hanya ingin ... memulai obrolan denganmu." Hati-hati Haagen memilih kata.
"Kita bisa mengobrolkan hal lain. Masalah cuaca misalnya."
"Tidak masalah kalau kamu tidak mau jawab, aku akan tanya Asger besok. Jawabannya akan sama saja dengan jawabanmu."
Anania memutar bola mata dengan kesal. "Apa pentingnya itu untukmu? Kita jarang sekali mengobrol. Sekali mengobrol, kamu mau tahu urusan pribadiku."
Haagen menatap Anania. Tidak mengerti kenapa Anania seperti malas menanggapi Haagen dan tidak nyaman bicara dengan Haagen. "Apa aku pernah ada salah padamu? Tidak sengaja menyinggung perasaanmu? Jadi kamu tidak menyukaiku?"
Tidak menyukai Haagen? Seandainya Haagen tahu Anania terlalu menyukai Haagen sejak pandangan pertama tapi terpaksa menyembunyikan perasaannya atau Anania akan malu sendiri. Sudah tahu perasaannya tidak akan terbalas, masih saja diteruskan. Sekarang, duduk berhadapan dengan Haagen, tanpa ada orang dewasa lain di antara mereka, membuat perut Anania bergejolak karena semua kupu-kupu di sana kini tidak lagi hanya menari, melainkan berpesta.
Ingin sekali Anania meletakkan tangan di dadanya dan menyuruh jantungnya untuk tidak terlalu bersamangat berdetak. Saking kencangnya, Anania sampai khawatir kalau seisi kedai bisa mendengarnya. Telapak tangan Anania berkeringat. Tisu yang digenggamnya tidak terlalu membantu. Dikeringkan di gaun akan lebih baik.
Namun Anania tidak mau bersikap aneh. Ada image yang harus dijaga ... Anania menggelengkan kepala. Demi Tuhan, ini bukan acara kencan pertama. Dia dan Haagen hanyalah dua orang yang kebetulan duduk menikmati es krim untuk menyenangkan hati seorang balerina cilik. Tetapi kenapa rasa gugup yang dihadapi Anania saat ini bisa melebihi demam panggung yang dulu dialami Anania sewaktu pertama kali menari di panggung megah Det Konglige Teater?
"Sorry, aku cuma ... kamu tidak salah apa-apa. Aku tidakmembencimu. Kalau kesannya demikian, aku minta maaf. It has been a long day.Banyak yang bilang aku menyebalkan saat sedang lelah." Alasan yang payah, tapilebih baik daripada mengakui dirinya gugup setiap kali Haagen mengajaknyabicara.
####
*Topping es krim, terbuat dari putih telur dan gula halus. Biasanya diberi pewarna makanan atau jus stroberi sehinga berwarna merah muda.
**Bola kecil terbuat dari dark chocolate renyah yang diisi dengan whiped-cream.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DANCE OF LOVE
RomanceAnania Ingelisa Tjandrasukmana, principal dancer di The Royal Ballet of Denmark, tidak menyangka bisa mendapatkan kesempatan kedua untuk cinta pertamanya. Sebuah proyek buku mempertemukan kembali Anania dengan Haagen Verstergaard, urbanist dan CEO P...