"Kukira dia menangis gara-gara aku. Jadi aku minta maaf kalau selama ini aku tidak punya waktu untuknya. Liv menggelengkan kepala dan mengatakan aku tidak salah apa-apa. Malah Liv ganti meminta maaf padaku, bilang kalau aku adalah sahabat terbaiknya. Menyakitiku adalah hal terakhir yang ingin dilakukannya. Aku menyuruhnya untuk makan dan tidak usah memikirkan apa-apa.
"Di tengah acara makan malam kami, Liv melepas cincin pertunangan dariku dan meletakkannya di tengah meja. Sambil menangis dia meminta maaf lagi karena tidak bisa menikah denganku. Dia bilang dia mencintai orang lain. Dia mengaku dia tidak akan bisa mencintaiku sebagaimana dia mencintai orang lain itu. Pertunangan kami berakhir malam itu.
"Kupikir itu adalah hal terburuk yang terjadi padaku. Tapi tidak. Saat aku bertanya pada Liv siapa laki-laki yang membuatnya jatuh cinta, aku tidak percaya dia menyebutkan nama sepupuku. Aku dan sepupuku ... kami cukup dekat. Aku bahkan menganggap sepupuku sebagai salah satu teman baikku. Mengetahui dua orang terdekatku mengkhianatiku, aku sampai tidak tahu lagi harus berbuat apa saat itu.
"Tidak lama kemudian, aku mendengar kabar Liv dan sepupuku bertunangan. Mereka langsung mempersiapkan pernikahan. Adikku, Tascha, mengatakan Liv mempercepat pernikahannya karena sedang hamil. Aku tertawa saat itu, kalau memang Liv hamil, berarti Liv tidur dengan sepupuku saat aku dan Liv masih bersama. Tapi aku masih percaya Liv bukan orang seperti itu. Tidak mungkin dia melakukan itu padaku."
"Apa kabar itu benar?" Anania berdiri untuk mengisi ulang mugnya.
"Aku baru tahu tiga hari yang lalu."
"Jadi ... dia ...?"
"Membohongiku. Dia selingkuh. Secara emosional maupun fisik."
"Oh, Haagen." Anania menatap Haagen penuh simpati. "Seandainya sejak awal kamu tahu ... Liv hamil, apa kamu akan tetap menghadiri pernikahannya?"
"Mungkin. Tapi dengan niat berbeda. Aku ingin membuat diriku merasa lebih baik. Yakin ... bahwa semua telah berakhir. Liv sudah dalam perjalanan membangun keluarga bersama sepupuku. Akan terlihat tolol kalau aku masih berharap semua tidak terjadi. Ibuku benar. Kalau Liv mencintaiku, dia tidak akan jatuh cinta kepada orang lain."
"Aku sampai nggak bisa berkata-kata." Anania menggelengkan kepala. "But, Haagen, there is nothing you can do about your past, but plenty you can do about your future."
"Will you?" Haagen menatap dalam mata Anania.
"Will I what?" Kening Anania berkerut.
"Will you consider to be my future?"
***
Tidak peduli berapa banyak kelas akting yang diikuti Anania untuk mendukung baletnya, Anania tidak bisa berpura-pura tidak terkejut saat Haagen mengeluarkan pertanyaan sepenting itu dua hari yang lalu. Pertanyaan yang hingga hari ini masih bercokol di kepala Anania. Anania tidak tahu bagaimana bisa ada orang yang tidak memiliki rasa trauma atau takut untuk jatuh cinta lagi setelah disakiti sedemikian rupa. Seperti Haagen.
Sudah dua kali Haagen menyatakan—baik secara eksplisit atau implisit—bahwa dia memerlukan waktu untuk memperbaiki hatinya dan jika telah selesai, Haagen akan memberikannya kepada Anania. Hanya kepada Anania. Kalau Haagen berani melempar pertanyaan seserius itu kepada Anania—apakah Anania mau menjadi bagian dari masa depan Haagen—berarti Haagen telah menganggap dirinya sembuh dari patah hati. Atau seratus persen yakin akan sembuh. Tetapi justru Anania yang tidak yakin. Tidak mungkin Haagen siap dalam waktu sesingkat ini.
Anania duduk di lantai studio sambil memandang poster Giselle di akun Instagram-nya. Poster ini telah diunggah di seluruh portal informasi The Royal Ballet of Denmark dan dicetak besar untuk dipasang di bioskop-bioskop. Sampai saat ini Anania masih sulit memercayai dia bisa berada pada titik ini. Sejak dulu memang cita-cita Anania adalah menjadi seorang balerina. Tetapi Anania tidak menyangka dirinya akan menjadi seorang principal dancer. Menjadi corps de ballet saja sudah bisa dihitung mencapai cita-cita.
Untuk memupuk mimpi Anania, saat Anania masih kecil dulu ibunya membelikan boneka-boneka berkostum balet, buku-buku cerita mengenai balet dan balerina serta banyak benda yang berkaitan dengan balet. Bahkan Anania masih menyimpan boneka beruang berwarna cokelat yang mengenakan tutu putih, yang dulu menemaninya tidur setiap malam setelah kepindahannya ke Copenhagen. Hingga sekarang pun, ibunya adalah pendukung nomor satunya. Yang tidak akan pernah berhenti menyemangatinya, walaupun dari jauh.
"Ekspresi wajahmu bagus sekali. Terutama senyum pedihmu," komentar Mads, fotografer yang memotret foto untuk poster tersebut, beberapa waktu yang lalu.
Pedih. Adalah ekspresi yang mudah muncul di wajah Anania semenjak kencan gagal dengan Haagen. Kalau ingin terlihat menderita, Anania tinggal membayangkan kejadian itu.
Anania, apa kamu bisa ke apt Asger? Aku perlu pendapatmu untuk desain undangan. Selera Asger jelek tapi dia ngotot.
Anania tersenyum membaca pesan masuk dari Shopia.
Sebelum mengganti baju latihan dengan baju bersih, Anania memutuskan akan mandi di rumah saja. Sophia tidak mengatakan pukul berapa dia mengharapkan Anania datang. Jadi Anania punya waktu untuk melepas penat dengan berendam di air panas.
***
"Lebih baik kalian menggabungkan saja apa yang kalian inginkan. Buat desain baru." Haagen tidak percaya malam ini dia harus duduk di apartemen Asger, menengahi dua calon pengantin yang sedang meributkan warna undangan pernikahan.
Jemari Haagen bergerak di layar ponsel. Bukan, dia bukan sedang mencari ide untuk ditawarkan kepada Asger dan Sophia. Tetapi dia sedang menelusuri akun Instagram Anania. Satu jam yang lalu Anania mengunggah video saat dirinya tengah melakukan pemotretan untuk poster promosi Giselle. Benar-benar memukau, cantik sekali, Haagen tidak bisa berhenti mengagumi Anania. A living, breathing fairy-tale princess. Vera-Louise, saat menceritakan pertemuannya dengan Anania, menyebut Anania seperti Snow White. Versi seksi dan dewasa, kalau menurut Haagen. Dengan rambut hitam berkilau dan wajah halus seperti porselen. Warna kulit Anania sangat menawan. Anania jauh berbeda dengan kebanyakan wanita di Copenhagen. Namun perbedaan tersebut membuat Anania semakin istimewa. Semakin menonjol dan menarik perhatian di mana saja dirinya berada.
"Sorry, aku terlambat." Anania menginterupsi perdebatan Asger dan Sophia.
Saat Haagen mengangkat kepala, Anania bergegas menghampiri mereka. Hampir saja tadi Haagen memeluk dan mencium Asger saat Asger menyampaikan Anania akan menjadi maid of honor dalam pernikahannya dengan Sophia. Berpasangan dengan Haagen, sebagai best man. Sekarang mungkin Haagen akan benar-benar melakukannya. Asger seperti tahu sekali Haagen ingin memiliki kesempatan untuk bertemu dan bicara lagi dengan Anania tapi tidak punya alasan. Dengan terpilihnya Haagen dan Anania menjadi bagian terpenting dalam pernikahan Asger, maka Haagen dan Anania akan banyak bekerja sama. Banyak menghabiskan waktu bersama untuk membantu Asger dan Sophia.
"Ann, kamu setuju kan warna emas cocok untuk musim gugur?" Sophia menunjukkan contoh undangan pernikahan kepada Anania. "Tapi Asger tidak mau undangan berwarna emas."
"Kurasa warna emas terlalu tua untuk pernikahan kami, ya kan, Haagen?" Asger tidak mau kalah dan meminta pendapat Haagen.
"Kalian berdua." Anania menengahi. "Kalau kalian tidak keberatan, bagaimana kalau kita makan malam dulu? Aku tidak bisa berpikir dengan perut kosong."
###
KAMU SEDANG MEMBACA
THE DANCE OF LOVE
RomanceAnania Ingelisa Tjandrasukmana, principal dancer di The Royal Ballet of Denmark, tidak menyangka bisa mendapatkan kesempatan kedua untuk cinta pertamanya. Sebuah proyek buku mempertemukan kembali Anania dengan Haagen Verstergaard, urbanist dan CEO P...