Prolog

68 5 1
                                    

Untuk pertama kalinya, aku tidak berani menatap kedua matanya. Kepalaku tertunduk, dengan tangan sibuk memilin gugup.

Tidak ada suara. Semuanya senyap. Baik aku, maupun cowok di hadapanku, Kadavi.

Sampai kudengar suara napasnya yang berembus kasar menyapa udara, "Bangun, biar gue anter pulang."

Aku mengangguk. Berjalan di belakang punggungnya yang terlihat hangat itu. Sebulir air mata jatuh di pipi kiriku.

Seandainya saja aku bisa memeluknya dengan erat.

_____

PLAYERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang