"Bukan pacar gue."
Kadavi mengatakan itu setelah keheningan yang panjang.
Kemudian gadis bernama Khansa itu tertawa sambil memukul pundak Kadavi pelan. Perlu beberapa detik baginya untuk menuntaskan tawa lalu menatapku kembali. Sorot matanya kini berubah menjadi ramah kepadaku.
Lagi, gadis itu mengulurkan tangannya padaku.
"Kenalin, gue Khansa." ada sunggingan kecil di bibir gadis itu. "Sepupunya Kadavi."
Eh?
Aku mematung dengan raut wajah yang sulit dikontrol. Mengerjap beberapa kali guna memastikan apa yang baru kudengar itu bukanlah cuma khayalanku saja.
Dengan ragu aku membalas jabat tangan itu.
"Haniara, salam kenal." kataku dengan masih dilanda bingung.
Jika yang dikatakan Khansa adalah kebenaran maka selama ini aku hanya salah paham kepada mereka berdua? Memikirkan itu membuatku tersenyum simpul seraya membatin bahwa aku ingin segera pergi dari sini.
"Ah, iya, omong-omong gue murid baru makanya kemaren gue minta antar Kadavi buat beli beberapa buku yang belum gue punya."
Khansa tersenyum lebar menatapku ketika mengatakan itu.
Mataku berkedut, terkejut. Seperti orang bodoh aku berkedip sesekali lalu mengetahui jika Khansa menyadari keberadaanku di toko buku kemarin sore.
Aku menarik senyumku lebih lebar.
Hahaha, aku sama sekali tidak tahu harus membalas apa.
Lengang beberapa menit.
Suasananya menjadi begitu canggung.
Ekor mataku tak sengaja melihat paper bag yang tadi kubawa. Ah, aku lupa mengembalikan itu kepada Kadavi. Setelah menelan habis roti bakar yang sedang kumakan aku meraih paper bag itu.
"Dav, ini jaket kamu. Makasih ya." aku mendorong paper bag itu ke arah Kadavi.
Kadavi hanya berdeham sebagai jawaban.
"Jaket Kadavi kok bisa ada di elo Han?" tanya Ananta heran.
"Ah, itu," aku berhenti bicara. Duh, bagaimana aku menjelaskannya? Sementara kemarin aku bilang pada Sesa jika sedang ada masalah di rumah. Aku melirik Sesa sebentar lalu meringis ketika gadis itu juga tengah menantikan jawaban dariku. "Eum, kemarin waktu gue pulang, kan, hujan jadi gue neduh sebentar di toko buku terus nggak sengaja ketemu Kadavi di sana."
Aku melirik Sesa bertepatan dengan gadis itu yang sempat melirikku juga sebelum kembali memakan siomay-nya dengan nikmat.
Aku mengembuskan napas lega. Tampaknya Sesa percaya dengan ucapanku.
"Nggak, maksud gue tuh kenapa jaket Kadavi bisa ada di lo?"
Demi apa pun aku ingin mengutuk Ananta sekarang!
"Itu--"
"Gue yang kasih."
Sebaris kalimat Kadavi waktu menyelaku itu langsung memancing perhatian Ananta sepenuhnya.
"Maksud lo?"
"Lo nggak tuli."
Ananta geram.
"Gue juga tau monyet! Lo kalo ngomong jangan muter-muter apa, langsung aja intinya!"
Kadavi hanya mengangkat bahu acuh.
"Eh setan--"
Bel masuk berbunyi lebih dulu sebelum Ananta menyelesaikan omongannya.
Dengan tidak berdosanya Kadavi langsung bangkit berdiri. Melihat itu Ananta malah mengernyitkan keningnya.
"Mau ke mana lo?"
"Kelas." Kadavi membalas ketika sudah berjalan menjauh.
Kemudian segera di susul oleh aku, Sesa dan juga Khansa. Meninggalkan Ananta sendirian di meja kantin dengan segala kalimat bijaknya.
Aku tertawa mendengarnya dari kejauhan.
Ketika berjalan di lorong menuju kelas aku dan Sesa tak sengaja berpapasan dengan Pak Gavin. Guru muda dengan tangan yang sibuk membawa alat mengajarnya itu tersenyum saat aku dan Sesa menyapanya ramah.
Tetapi untuk kedua kalinya, aku merinding melihat senyum Pak Gavin. Entah apa alasannya aku sendiri tidak tahu kenapa.
"Han." Sesa memanggil.
"Kenapa Sa?"
Lama Sesa tidak menjawab.
Lalu dengan nada penuh ragu Sesa bertanya, "Lo ngerasa aneh nggak sih?"
"Aneh kenapa?" aku balik bertanya.
"Tadi gue ngerasa kayak Pak Gavin senyum ke lo aja gitu padahal, kan, gue yang nyapa dia." heran Sesa sambil terus berjalan. "Apa cuma perasaan gue aja ya?" lalu Sesa memandangku. "Lo merasa kayak gitu juga nggak sih?"
Aku tersenyum kecil lalu menggeleng. Tak mau membuat Sesa terlalu memikirkannya.
Tapi satu yang kuketahui bahwa bukan cuma aku saja yang merasakan itu.
_____
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
PLAYER
Teen FictionTangan Kadavi memegang salah satu pipi Hani dengan lembut. Ditatapnya gadis itu hangat seraya tersenyum ketika mengucapkan sesuatu. "Senyum lo cantik gue suka." --- Jatuh cinta dengan Kadavi adalah rencana yang tidak pernah disangka-sangka oleh Han...