Bab 27

9 3 2
                                    

Aku tidak bisa tidur.

Padahal jam menunjukkan pukul 23:36 WIB. Tapi mataku seolah enggan tertutup. Lima detik terpejam, sedetik kemudian akan terbuka. Begitu seterusnya. Aku mengembuskan napas panjang. Ini gara-gara Kadavi. Gara-gara perlakuan cowok itu siang tadi.

Mataku menerawang langit-langit kamar. Lalu kilasan serangkaian peristiwa hari ini kembali berputar.

Usai membuat dadaku berdebar tak henti-henti atas kalimat cowok itu. Kadavi beranjak bangun dan mengajakku ke berbagai tempat favoritnya (entah ke mana saja aku lupa mengingatnya). Kemudian saat sinar matahari mulai berubah warna menjadi jingga keemasan, Kadavi memutuskan untuk pulang. Di sepanjang jalan menuju rumah senyumku tak pernah pudar dibuatnya. Lengkungan senyum tercetak abadi di wajahku seharian ini. Aku lelah tapi juga senang.

Di depan rumahku, Kadavi berhenti.

Aku turun dari motornya tanpa senyum yang tak terlepas. Ia juga ikut turun.

"Aku nggak tau udah berapa kali bilang makasih tapi aku bener-bener berterima kasih banget sama kamu," ujarku seraya menarik senyum selebar mungkin.

Seperti biasa Kadavi tak mengatakan apa-apa.

Aku agak ragu mengatakan sesuatu. Karena rasa debar lebih dulu mengganggu. "Uhm, Kadavi berarti kamu," Aku menjeda ucapan dan sedikit salah tingkah. "Suka sama aku?" tanyaku pelan dan terjeda tiap kata. Pipiku terasa memanas setelahnya.

Lagi, Kadavi tak menjawab dan hanya menatapku. Lalu mengangguk sekali. "Gue masih malu untuk mengatakannya terang-terangan tapi seenggaknya lo udah tau perasaan gue yang sebenernya buat lo."

Aku mengangguk.

Lengang beberapa detik.

Sampai tangan Kadavi memegang pipiku lembut. Sampai ia tersenyum dan mengucapkan sesuatu padaku. Aku mematung karenanya.

"Senyum lo cantik gue suka."

Aku menutup mata rapat-rapat usai mengingat itu. Berjutaan kupu-kupu seakan menari dalam dada. Menggelitikiku dengan perasaan senang yang membuncah. Tak pernah terpikirkan olehku bahwa Kadavi akan mengatakan hal tersebut kepadaku. Sikapnya memang selalu berhasil membuat ragaku seakan terbang melayang, menapaki awan-awan.

Aku tersenyum lalu tertidur.

Bahkan bayang-bayang tadi siang berlanjut lagi dalam mimpiku.

_____

Aku sudah tak peduli tentang gosipku yang tersebar luas di sekolah. Ralat, bukannya tak peduli aku hanya mendiamkannya. Malas menjelaskan satu per satu pada tiap orang yang lebih percaya dengan apa yang mereka lihat dan dengar.

Setidaknya aku memiliki teman-teman yang kupercaya. Kadavi, Ananta bahkan Khansa (Sesa masih marah denganku). Juga anak-anak kelasku yang tidak memercayai postingan itu dan tidak pernah membahasnya saat aku berada di kelas.

Aku bersyukur atas kehadiran mereka semua.

Saat ini bel pulang telah berbunyi dan aku hendak pergi ke perpustakaan untuk mengembalikan buku yang sempat kupinjam. Ketika melewati lorong kelas aku berpapasan dengan Khansa. Kami saling melempar senyum kecil.

"Mau ke mana Han?" tanyanya membuka percakapan.

"Mau ke perpus Sa balikin buku," jawabku. "Gue duluan ya." Gadis itu mengangguk.

Kakiku melangkah menuju perpustakaan. Setibanya di sana, aku mengembalikan buku pada penjaga perpustakaan yang berada dibalik meja peminjaman.

PLAYERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang