🌱
Sudah tahu bagaimana caranya menghargai karya ini? Jika kalian suka lalu membacanya, tinggalkan jejak di sini karena ada banyak hal yang saya relakan sehingga naskah ini dapat kalian baca dengan percuma.
Silent readers adalah sosok paling egois di dunia literasi. Karena mereka hanya mau menerima tanpa memberi. Ini bukan perihal keikhlasan, melainkan caramu menghargai karya orang lain.
Naskah ini bukan hanya sekadar suara berisik dari kepalaku, tapi juga ide yang kukembangkan dengan bersusah payah.
Rate mature dan beberapa harsh words. Jika bacaan seperti ini bukan selera bacaanmu, maka jangan mampir kemari. Bijaklah dalam memilih bacaan!
🥀🥀🥀
THREE
.
.
.
.
.Aera mengangkat kedua tangannya yang telah terpasang borgol itu saat mengusap pelipisnya yang telah berdarah karena lemparan pisau oleh Jungkook tadi.
Jiwanya seakan tak berada dalam raga. Dia belum makan apapun sejak kemarin, sudah begitu mendapat siksaan bertubi-tubi pada tubuhnya. Namun, mengharap dirinya dimanusiakan di tempat seperti ini adalah suatu hal yang mustahil.
Tapi demi satu tujuan, Aera bertekad untuk terus bertahan. Ia melirik ke depan dan sedikit bergeser ke kanan sebab tubuh besar Jungkook sedang menghalangi pandangannya.
Dengan teliti, Aera mengamati ruangan sekitar. Ia melihat tuas yang sama dengan tuas yang Jungkook tarik saat membuka penutup lubang jalan rahasia menuju ruang kerja sipir tersebut.
Pandangannya tertuju pada bawah meja yang beralaskan permadani mirip kain lusuh yang lebih cocok dijadikan sebagai kain lap.
Bukan itu.
Bukan permadani itu yang menarik perhatian Aera, melainkan sesuatu di bawahnya sebab ada semacam bentuk lingkaran timbul di bawah permadani tersebut.
Aera mengalihkan perhatian pada seorang sipir yang tengah menyiksa tahanan perempuan dengan menekan ujung rokok yang sudah terbakar pada pipi manusia menyedihkan yang sedang digantung terbalik itu.
Aera menyadari satu hal. Jika dia ingin tetap aman, dia harus mendapat perlindungan di sini sampai tujuannya berhasil. Perhatiannya beralih pada sosok kepala sipir yang sama sekali tak meliriknya tersebut. Dia begitu dingin dan jarang berekspresi.
"Cepat kemari!" perintah Hana pada Aera.
Aera sendiri menoleh pada Jungkook seolah sedang bertanya dia harus bagaimana. Pria itu tak bergeming, tetapi saat Aera hendak melangkah, ia terus menghalangi.
"Jungkook. Jangan membuatku marah," kata Hana.
"Seharusnya aku yang berkata demikian. Jangan membuatku marah dengan merebut mainanku. Mau kuapakan dia, terserahku. Jika kau ingin bermain juga, silakan cari mainan lain." Jungkook menjawab.
Tapi di luar perkiraannya, Hana berjalan dengan langkah besar mendekati Aera dan hendak menarik tangannya. Ketika Hana menarik tangan Aera, tubuhnya hampir terjungkal ke lantai karena Jungkook mendorongnya.
Hana menatap tajam pada Jungkook terlebih pada Aera. Ia mengambil senjata api di pinggangnya lalu hendak menembak Aera. Hana bermaksud ingin menembak ke arah dada Aera tapi meleset karena Jungkook lebih dulu menarik Aera supaya terhindar dari tembakan Hana.
![](https://img.wattpad.com/cover/355337331-288-k834896.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUE VILLAIN
Romance🔞 21+++ HARD MATURE Bijaklah dalam memilih bacaan, bagi yang belum cukup umur dilarang mampir.