Who is The Villain?

280 45 10
                                    

Sudah tahu bagaimana caranya menghargai karya ini? Jika kalian suka lalu membacanya, tinggalkan jejak di sini karena ada banyak hal yang saya relakan sehingga naskah ini dapat kalian baca dengan percuma.

Silent readers adalah sosok paling egois di dunia literasi. Karena mereka hanya mau menerima tanpa memberi. Ini bukan perihal keikhlasan, melainkan caramu menghargai karya orang lain.

Naskah ini bukan hanya sekadar suara berisik dari kepalaku, tapi juga ide yang kukembangkan dengan bersusah payah.

Rate mature dan beberapa harsh words. Jika bacaan seperti ini bukan selera bacaanmu, maka jangan mampir kemari. Bijaklah dalam memilih bacaan!

🥀🥀🥀
NINETEEN
.
.
.
.
.

Beberapa bulan kemudian ...

Aera sedang berada di satu ruangan yang Yoongi katakan sering dijadikan oleh Jungkook sebagai tempat menginap jika di markas. Kamar itu tidak terlalu mewah, tetapi nyaman untuk ditempati. Ada beberapa barang pribadi milik Jungkook juga, seperti senjata dan beberapa pakaian.

Karena merindukan Jungkook, Aera sering memakai baju pria itu seperti yang dia lakukan sekarang. Dia sedang menatap keluar jendela kaca, melihat rintik gerimis di luar sana yang terus turun dari awan seakan tak lelah menjatuhkan diri dari ketinggian. Perhatiannya teralihkan manakala suara pintu kamar itu terbuka.

"Kenapa tidak turun ke bawah saat seharusnya kau makan siang?" tanya Yoongi sembari berjalan mendekati Aera.

Pria itu menyodorkan segelas susu hamil berwarna cokelat. Aera menerima gelas berisi susu tersebut tetapi tidak langsung meminumnya.

"Aku akan makan jika aku sudah merasa lapar," jawab Aera.

"Aku tahu kau sedang memikirkan Jungkook. Kau ingat bagaimana caranya membunuh saat di Mariana Island? Dia adalah pemburu sesungguhnya. Dia punya sembilan nyawa dan tak akan mati begitu saja dengan mudah. Jika kau ingin dia cepat kembali, jangan membuatnya khawatir dengan tidak mau makan saat kau sedang hamil anaknya seperti ini," ucap Yoongi.

Aera tersenyum kecut. "Aku bukanlah orang yang mudah ditangani, Min Yoongi. Tapi, sejauh ini aku terus menurut padamu karena Jungkook memintanya," ucapnya sembari memandangi susu cokelat di tangannya.

"Aku tidak suka susu cokelat dan Jungkook tahu itu. Maka dia selalu membuatkan susu hamil dengan rasa lain selain coklat untukku. Tapi, aku memakan semua makanan yang kau berikan padaku entah aku suka atau tidak bahkan entah itu beracun atau tidak," Aera kembali berucap.

Yoongi terdiam sejenak. Dia memang tak pernah menanyakan apakah Aera suka atau tidak dengan semua makanan bahkan hal lain yang dia lakukan terhadap wanita hamil itu, seperti memintanya untuk terus berada di dalam kamar ini sepanjang waktu kecuali jika hendak makan.

"Aku hanya merindukan suamiku. Dia tidak pulang berhari-hari hingga berbulan-bulan dalam pengejaran banyak orang yang ingin membunuhnya, lalu aku khawatir. Apa itu salah?" tutur Aera.

"Apa kau bisa membayangkan sekeras apa hidup kami? Aku tidak terbiasa melihat hal normal seperti yang kau lakukan. Kau tentu tahu sekeji apa saat kami membunuh. Kami menjadikan wanita hanya sebagai pelampiasan napsu lalu akan kami buang jika sudah merasa bosan dengan mereka. Seringnya akan kami bunuh. Melihat kau dan Jungkook seperti ini, jujur saja aku menganggapnya lucu," kekeh Yoongi di akhir kalimatnya.

Aera meminum susu pada gelas yang ia pegang tersebut beberapa teguk. Dia terus memaksakan diri meski tak menyukai rasa dari susu yang Yoongi buat sebab Jungkook berpesan padanya supaya mengikuti semua yang Yoongi katakan yang mana artinya Jungkook mempercayai pria itu.

THE TRUE VILLAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang