🍁
Buku dan pintu adalah hal yang sama
Ketika kamu membukanya, kamu pergi ke dunia lain..-anonim-
Sudah tahu bagaimana caranya menghargai karya ini? Jika kalian suka lalu membacanya, tinggalkan jejak di sini karena ada banyak hal yang saya relakan sehingga naskah ini dapat kalian baca dengan percuma.
Silent readers adalah sosok paling egois di dunia literasi. Karena mereka hanya mau menerima tanpa memberi. Ini bukan perihal keikhlasan, melainkan caramu menghargai karya orang lain.
Naskah ini bukan hanya sekadar suara berisik dari kepalaku, tapi juga ide yang kukembangkan dengan bersusah payah.
Rate mature dan beberapa harsh words. Jika bacaan seperti ini bukan selera bacaanmu, maka jangan mampir kemari. Bijaklah dalam memilih bacaan!
🥀🥀🥀
SEVENTEEN
.
.
.
.
.Seperti seekor serigala kelaparan tengah mengamati kawanan kancil yang hendak dijadikan sebagai santapan makan malam, Jungkook dan kedua temannya tengah mengamati sebuah gedung yang memiliki lima lantai di depan mereka. Menurut informasi yang mereka dapat, Ji Kyung menyekap Dongseok dan yang lain di dalam sana, termasuk Aera.
"Mana mungkin kita bisa menembus pertahanan mereka. Black Jack utusan Jung Yoonji saja gagal terus masuk ke sana," bisik Seokjin pada Jungkook yang berada di samping kirinya.
Jungkook tengah sibuk memasukkan beberapa peluru ke dalam senjatanya.
"Kalau tak mau mati konyol, kita harus melangkah dengan perhitungan yang tepat," timpal Yoongi.
Tak menggubris perkataan dua rekannya, Jungkook melangkah ke depan tanpa ragu dengan senjata yang telah dia persiapkan.
"Ayah ... Aku datang," ucap Jungkook yang masih bisa didengar oleh Yoongi dan Seokjin.
"Psikopat satu itu. Siapa Ayahnya? Ayah adalah panggilan Sayangnya untuk Ara? Cih ... Dia sampai rela datang ke markas musuh begini demi Ara. Dia pikir nyawanya ada berapa?" gerutu Seokjin. Dia menoleh ke arah Yoongi.
"Hubungi Jack yang lain atau Jung Yoonji sekalian. Aku belum mau mati." Jin kembali berbicara.
"Kenapa kau terus menyuruhku sementara kau bisa melakukannya sendiri?" keluh Yoongi.
Yoongi mengikuti Jungkook dan meninggalkan Seokjin yang masih ragu untuk keluar dari persembunyian.
"Mereka tidak lihat ada belasan orang sedang menjaga pintu? Apa mereka sudah bosan hidup atau bagaimana?" sungut Seokjin.
Mau tak mau, Jin mengikuti langkah kedua rekannya yang sudah berjalan lebih dulu. Dia terkesiap saat seorang pria dilempar ke arahnya. Pria itu menggelepar seperti ayam yang baru disembelih karena urat vena pada lehernya telah putus.
"Aku benar-benar harus berterima kasih pada Ara karena sudah membuat Jungkook berubah menjadi seperti iblis dari kerak neraka," ucap Seokjin dengan seringaian pada bibirnya.
Apa yang Jin katakan tidaklah berlebihan, karena Jungkook terus membunuh para penjaga pintu di gedung itu dengan brutal walau tanpa menimbulkan suara. Itu memang keahliannya selain bisa menembak tepat sasaran walau dari jarak jauh atau objek sedang bergerak.

KAMU SEDANG MEMBACA
THE TRUE VILLAIN
Romance🔞 21+++ HARD MATURE Bijaklah dalam memilih bacaan, bagi yang belum cukup umur dilarang mampir.