Love and Revenge

499 53 33
                                    

🔞

Hai 🤭
Maapin yak.. Aku datang lagi 😂
Maapin kerandomanku ini yang tadinya ngga pengen double up malah double up..
Mana ada tanda merahnya semua lagi 🌞
Anggep aja buat bayar aku ngga up dua hari yakk..

Happy reading..

🥀🥀🥀
.
.
.
.
.

Aera tak menjawab, tetapi dia memandangi Jungkook dengan senyum sendunya. Entah apa yang menjadi pertimbangannya saat ini, dia merasa enggan mengatakan siapa nama Ayahnya.

"Aku sudah sangat lapar, Sayang. Bisakah kita mulai makan malamnya?" Aera berusaha mengalihkan pembicaraan mereka berdua.

"Aku buat sausnya dulu." kata Jungkook sambil berjalan menuju lemari es untuk mengambil bahan untuk membuat saus. "Dongseok Hyeong sepertinya rajin memasak di rumah. Kulkas ibuku penuh dengan bahan makanan." gumam Jungkook seakan ibunya masih hidup.

Selama ini, rumah itu memang di tempati oleh Ayah angkatnya itu. Jungkook yang memintanya sementara waktu dia melakukan misi di Seoul. Itu karena dia ingin selalu ada orang yang dia percayai menempati rumah tersebut karena di rumah itu tersimpan sesuatu yang sangat penting.

Lucunya adalah, Dongseok menganggap Jungkook sebagai anaknya tetapi tak mau Jungkook memanggilnya dengan panggilan Ayah. Dia lebih senang di panggil Hyeong. Aera sendiri kini tengah membawa daging hasil panggangan Jungkook tadi ke meja makan lalu menunggu Jungkook selesai membuat saus untuk mereka makan malam bersama.

Belum saatnya aku jujur mengatakan siapa aku, Jungkook. Setelah file itu berhasil ku serahkan pada Junghyun Sajangnim, aku akan meninggalkan semuanya lalu mengikutimu kemanapun kau pergi. Kau.. Bisa menjagaku, kan? Batin Aera dalam hatinya sembari memandangi Jungkook yang kini tengah fokus membuat saus untuk di makan bersama daging panggang dan selada.

🥀🥀🥀

"Ini kamar siapa?" tanya Aera sambil melihat sekeliling. Kamar itu terlihat lebih luas dari kamar Jungkook di Seoul.

"Kamarku." jawab Jungkook. Pria itu tengah berlutut dan menaruh dagunya pada lutut Aera yang tengah duduk di tepi ranjangnya.

"Sayang.. Ada yang ingin ku katakan padamu." Jungkook kembali berucap. Ia menarik laci pada meja di samping nakas tempat tidurnya. Ia memegangi kotak kayu yang unik tapi tampak mahal, lalu membukanya. Kotak kecil itu berisi dua cincin yang terlihat mirip.

"Ini adalah cincin Ibu dan Ayahku. Mereka memakainya sampai mereka meninggal. Aku mengambilnya dan menyimpannya sebagai kenangan untukku, dan sekarang aku ingin kau menyimpannya juga." kata Jungkook sambil memegangi cincin milik ibunya lalu sebelah tangannya seakan sedang menunggu Aera menyerahkan tangannya.

"Apa ini?" wajah Aera bersemu merah. "Aku hanya menyimpannya saja, kan?"

"Ya. Sebagai seseorang yang ku beri tanda bahwa dia adalah milikku. Dengan cincin Ibuku ini, aku ingin melamarmu, jika kau bersedia."

Aera memegangi sebelah sisi wajah Jungkook lalu ia menunduk untuk mencium pria itu sebentar. "Bukankah ini terlalu cepat? Maksudku, apa kita bisa menjalani hubungan seserius ini dengan statusku sebagai buronan?"

"Aku hanya sedang melamarmu. Kau terima atau tidak, itu keputusanmu. Tergantung apakah kau yakin denganku bisa menjagamu dan melepaskanmu dari semua hal yang menyulitkanmu." jawab Jungkook.

THE TRUE VILLAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang