Love and Revenge

566 54 33
                                    

Sudah tahu bagaimana caranya menghargai karya ini? Jika kalian suka lalu membacanya, tinggalkan jejak di sini karena ada banyak hal yang saya relakan sehingga naskah ini dapat kalian baca dengan percuma.

Silent readers adalah sosok paling egois di dunia literasi. Karena mereka hanya mau menerima tanpa memberi. Ini bukan perihal keikhlasan, melainkan caramu menghargai karya orang lain.

Naskah ini bukan hanya sekadar suara berisik dari kepalaku, tapi juga ide yang kukembangkan dengan bersusah payah.

Rate mature dan beberapa harsh words. Jika bacaan seperti ini bukan selera bacaanmu, maka jangan mampir kemari. Bijaklah dalam memilih bacaan!


🥀🥀🥀
EIGHT
.
.
.
.
.

Aera tak menjawab, tetapi dia memandangi Jungkook dengan senyum sendunya. Entah apa yang menjadi pertimbangannya saat ini, dia merasa enggan mengatakan siapa nama Ayahnya.

"Aku sudah sangat lapar. Bisakah kita mulai makan malamnya?" Aera berusaha mengalihkan pembicaraan.

"Aku buat sausnya dulu," ucap Jungkook sambil berjalan menuju lemari es untuk mengambil bahan untuk membuat saus.

"Dongseok Hyeong sepertinya rajin memasak di rumah. Kulkas ibuku penuh dengan bahan makanan," gumam Jungkook seakan ibunya masih hidup.

Selama ini, rumah itu memang ditempati oleh Ayah angkatnya itu. Jungkook yang memintanya sementara waktu dia melakukan misi di Seoul. Itu karena dia ingin selalu ada orang yang dia percayai menempati rumah tersebut karena di rumah itu tersimpan sesuatu yang sangat penting.

Lucunya, Dongseok menganggap Jungkook sebagai anaknya tetapi tak mau Jungkook memanggilnya dengan panggilan Ayah. Dia lebih senang dipanggil Hyeong.

Aera sendiri tengah membawa daging hasil panggangan Jungkook ke meja makan lalu menunggu Jungkook selesai membuat saus untuk mereka makan malam.

Belum saatnya aku jujur mengatakan siapa aku. Setelah file itu berhasil kuserahkan pada Junghyun Sajangnim, aku akan meninggalkan semuanya lalu mengikutimu ke manapun kau pergi. Kau ... Bisa menjagaku, kan? batin Aera dalam hati sembari memandangi Jungkook yang tengah fokus membuat saus untuk dimakan bersama daging panggang dan selada.

🥀🥀🥀

"Ini kamar siapa?" tanya Aera sambil melihat sekeliling.

Kamar itu terlihat lebih luas dari kamar Jungkook di Seoul.

"Kamarku," jawab Jungkook.

Pria itu tengah berlutut dan menaruh dagunya pada lutut Aera yang tengah duduk di tepi ranjang.

"Ada yang ingin kukatakan padamu." Jungkook kembali berucap. Ia menarik laci meja di samping nakas tempat tidurnya.

Jungkook memegangi kotak kayu yang unik tapi tampak mahal, lalu membukanya. Kotak kecil itu berisi dua cincin yang terlihat mirip.

"Ini adalah cincin Ibu dan Ayahku. Mereka memakainya sampai mereka meninggal. Aku mengambil dan menyimpannya sebagai kenangan untukku, dan sekarang aku ingin kau menyimpannya juga," ucap Jungkook sambil memegangi cincin milik ibunya lalu sebelah tangannya seakan sedang menunggu Aera menyerahkan tangan.

THE TRUE VILLAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang